1992

DUA rantang nasi dengan isian lauk lengkap disiapkan Wati sejak pagi. Siang itu, suaminya, Anshori akan merantau ke pulau sebrang untuk mencari peruntungan. Masakan masakan terbaik dijejalkan Wati ke dalam rantang
Ada lele dan nila goreng. Sayung terong. Serundeng dan tempe bacem. Semuanya dimasak Wati sebaik mungkin agar suaminya bersemangat. Biasanya Anshori akan pergi tiga sampai enam bulan lamanya. Sampai proyek pembangunan gedung yang membutuhkan tenaganya selesai.
Wati tak bisa mengantar Anshori sampai ke pelabuhan siang itu. Jarak dusun dan Pelabuhan yang jauh tidak memungkinkan Wati untuk mengantar. apalagi tahun2 itu tak banyak orang memiliki sepeda motor. Wati hanya bisa mengantar Anshori sampai ke pangkalan ojek.
Lalu membiarkan Anshori perlahan menjauh di atas boncengan dengan tas besar dan dua rantang yang ditentengnya. Wati melempar senyum dan membatin doa. Berharap suaminya selamat sampai tempat kerjanya, dan bisa pulang sebelum Bulan Puasa nanti dengan banyak uang
Sepeninggalan Anshori, Wati kembali melanjutkan aktifitasnya. berkumpul dengan ibu2 yang sedang mengupasi kulit pala. Sugi, anak semata wayangnya masih belum pulang dari bermain.
"Wes budal Wat bojomu (sudah berangkat Wat suamimu) " Bu Ayuk menanyai Wati yang mulai ikut mengupas
"Mpun Bu,wau kulo terke teng ojekan (sudah bu.Tadi saya antar ke pangkalan Ojek) "sahut Wati sambil tanganya memindahkan tumpukan buah pala baru
. Jelang magrib, Wati baru pulang ke rumahnya. Di halaman Sugi tampak sudah bersiap pergi ke Musola dengan sarung yg membekap tubuhnya
Wati pun masuk ke dalam rumah lalu menyalakan lampu petromak. Ditunggunya Sugi mengaji sambil merapikan baju2 milik suaminya yg tadi tak jadi dibawa.
Wati baru saja hendak memejamkan mata waktu As'ad tetangganya mengetuk pintu rumah dengan keras. Wati menyambar kerudung ala kadarnya, lalu menemui As'ad di depan pintu. Ternyata tak hanya As'ad di depan. Ada pak RT juga yang mendampingi.
Pak RT lalu meminta Wati untuk tenang dan bersabar. Wati bingung dengan ucapan pak RT. Setelah saling lirik dengan As'ad, Pak RT menceritakan jika kapal yang ditumpangi Anshori karang di tengah selat. Ada polisi dan orang syahbandar yang mengabari ke rumah kepala desa.
Nama Anshori tercatat di data manifest penumpang yg ikut di atas kapal. Pak Kades lalu memberitahu Pak RT dan As'ad. Sekaligus meminta mereka mengabari keluarga Anshori.

Mendengar itu, Wati mendadak lemas. Tubuhnya ambruk seketika. Pak RT dan Asad membopong Wati ke ruang tamu
Belum pasti apakah Anshori menjadi korban. Tapi Wati sudah terlanjur sedih. Pak RT dan beberapa tetangga berulangkali mencoba menghibur Wati. Membantu menjelaskan jika petugas masih berusaha mencari
Esoknya Wati terus bertanya ke semua orang yang berpergian ke arah pelabuhan. Wati ingin tahu perkembangan pencarian korban kapal tenggelam. Pak Kades juga tak luput dari pertanyaan Wati. Sehari, Wati bisa tiga kali mencari pak Kades di rumahnya
Sampai hari ke tiga, tak ada satu pun yang memberi kabar keberadaan Anshori. Jawabanya selalu sama. 'Pencarian masih dilakukan' .
Wati mulai pasrah, tapi terus berharap suaminya bisa secepatnya ditemukan
Dimalam ke empat,pintu rumah Wati diketuk pelan.Wati yg sedang menjahit seragam milik Sugi langsung menyambut tamu yg ada di depan pintu. Dia berharap itu adalah Pak RT yg membawa kabar gembira
"Ya Allah, Kang Anshori.. "Wati seperti tidak percaya. Suaminya berdiri di depan pintu
Gerimis sedang turun di luar rumah. Lampu petromak tetangga terlihat sudah padam. Wati langsung menyeret tubuh Anshori ke dalam rumah.Diremas remasnya lengan suaminya. Baju Anshori tampak basah kuyup.
"Alhamdulillah Kang sampean selamet" Wati seperti tak percaya menatap suaminya
Anshori terlihat diam dengan wajah pucat Bibirnya memutih seperti menahan dingin.

"Adem dek... (Dingin dek)" Anshori bergumam mengigil. Wati langsung sadar, dia pergi ke Belakang mengambil pakaian kering dan sarung. Dilepasnya baju basah Anshori lalu dilemparnya ke dalam ember
Wati sibuk memasak air. Hatinya terasa campur aduk, antara lega, senang dan bingung. Dipikiranya Wati hanya bisa mengucap sukur karena suami yg dikawatirkanya akhirnya bisa pulang. Segelas kopi panas dibawa Wati ke meja ruang tamu. Anshori tampak duduk diam menatap kosong ke luar
"Sek adem mas?, sampean unjuk sek kopine. Mariki tak jupukno sego (masih dingin mas? kamu minum dulu kopinya. Habis ini saya ambilkan nasi) " Wati menyodorkan gelas dan terus menatap wajah Anshori.
Dua belas tahun menikahi Anshori, Wati tak pernah merasa se cinta ini kepada suaminya. Setelah nasi lauk telur dadar matang, Wati membawanya ke depan Anshori. Suaminya itu makan dengan lahap. Saat makan, Wati melihat kepala suaminya kembali basah.
Dikiranya itu keringat yang keluar dari kepala suaminya. Padahal saat itu malam sedang terasa dingin. Wati mendampingi Anshori sambil terus mengelap kepala suaminya yang basah. Air seolah tak berhenti mengalir dari lekuk kepala belakang suaminya
Saat Wati sibuk memperhatikan leher suaminya, Anshori tiba2 memutar lehernya "Dek, Ayo turu. Aku kesel (Dek ayo tidur. Aku capek) " .

Wati sedikit terkejut, lalu menatap mata Anshori yang terlihat sayu. Suaminya itu terlihat lebih pucat.
"Tak berseni sek mas kasure. Ben gak reget (saya bersihkan dulu mas kasurnya. supaya tidak kotor) " Sahut Wati.

Diambilnya penebah yg terbuat dari lidi untuk membersihkan kasurnya. Wati mengganti spreinya kasurnya dengan yang baru.
Wati mengangkat sprei tinggi2 agar menutupi kasur kapuk. Kain sprei berwarna putih melayang pelan, tiba2 tubuh Anshori sudah berdiri di samping Wati.
Hampir saja Wati menjerit karena kaget. Anshori melihatnya dengan tatapan kosong.
"Tepise dekek en njobo ae dek. (penebahnya kamu taruh luar saja dek) "

Wati sempat berdiri mematung sejenak. Sebelum kemudian menuruti suaminya. Wati mulai merasa aneh. Karena selama ini suaminya selalu meminta agar memasang penebah di samping kasur saat tidur
Ditaruhnya penebah di depan pintu kamar. Wati lalu masuk lagi dan naik ke atas kasur mengikuti Anshori yang sudah merebahkan tubuhnya. Wati mulai merasakan aneh gelagat suaminya. Anshori tidur miring membelakangi Wati. Padahal biasanya Anshori tidur dalam posisi telentang.
Wati memeluk Anshori dari belakang. Tubuhnya terasa dingin, seperti orang yg baru keluar dari kamar mandi. Tak butuh waktu lama, Wati langsung terlelap
maaf tertunda lama. Kondisi alam di sekitar tempat tinggal sdg tdk baik.
Di dalam mimpi, Wati menemukan dirinya tiba2 berada di atas kapal. Diamatinya sekeliling kapal. Tidak ada satu orang pun yg dikenalinya. Wati berjalan mengelilingi kapal, dia menemukan Anshori sedang duduk sendiri di kursi belakang penumpang.
Wati mendekat dan mengajak Anshori berbicara, tapi suaminya itu seolah tak mendengar. Anshori asik membuka bekalnya. Dicampurnya lauk pauk yang sudah dibawa dari rumah. Wati hanya bisa mengamati. Di tengah makan Anshori, tiba2 hujan lebat turun di luar.
Mendadak kapal mulai terguncang. Sepertinya ada gelombang tinggi di depan kapal. Anshori terlihat panik, ditutupnya rantang lalu mengintip ke depan jendela. Di luar orang2 saling mencari tempat aman. Ada yg berpegangan ke tiang2 kapal. Ada ibu2 yg membekap erat anaknya
Kapal bergoyang semakin kencang. Di luar orang mulai berteriak.

"Air masuk... Air masuk... Lompat!! "
Anshori yang tak bisa berenang semakin terlihat panik. Antara bertahan di dalam kapal atau ikut keluar bersama penumpang lainya. Mendadak, kapal seperti dengan cepat tenggelam
Wati mencoba meraih Anshori. Tapi tanganya tak pernah sampai menggapai. Air sudah masuk separuh di ruang penumpang.

"Tolooong.. Tolooong.. " Anshori berteriak sambil memegangi pipa besi di langit2 ruang penumpang. Petugas kapal yg membagikan pelampung di luar tak mendengar
Wati ikut panik melihat air yang seketika sudah sampai di leher Anshori..
"Kaaaaang...... " Wati berteriak. lalu tubuhnya terbangun.
Wati membuka mata. Dicarinya Anshori yg tadi tidur di depanya.

"Kang.. kang" Wati bangun mencari Anshori yg sebelumnya tidur di sebelahnya
Wati lalu mendengar ada suara orang yg sedang menangis tersedu. Sumbernya berasal dari halaman belakang rumah. Pelan2 dicarinya suara itu. Setelah membuka pintu belakang, Wati melihat suaminya sedang duduk di dekat sumur. Tanganya menutupi wajah.
Wati mendekat dan menggoyangkan pundak Anshori. Anshori membuka jari2 tangan yang menutup wajahnya. Wati terjengkang ke belakang, Wajah Anshori tampak pucat. Pipinya berlubang mengeluarkan air bercampur darah.
"Ikhlasno aku ya dek.. " Anshori berkata sambil menatap dingin ke Wati
Tak kuat melihat wujud di depanya, Wati lalu pingsan.

Wati baru bangun setelah matahari terbit. Sugi yang menemukan ibunya tergeletak ketika akan mandi sebelum berangkat sekolah. Wati lalu digotong ke rumah tetangga di depan rumah.
begitu bangun Wati langsung berteriak teriak mmanggil nama Anshori. Uyut Saleh yg dari pagi menemani Wati langsung mengusap wajah cucunya itu dengan air putih. Lalu diminumkanya ke mulut Wati. Setelah air masuk ke mulutnya, Wati baru mulai tenang
"Wong nek kenek ambune mayit ngene iki (orang kalau sudah kena bau mayat seperti ini) " kata Uyut Slamet pada Ayah Kandung Wati. Tetangga sudah mulai buyar saat itu. Hanya Wati, kedua orang tua kandungnya bersama Uyut Saleh dan Pak RT.
Wati yg masih bingung, masih berusaha mencari dimana keberadaan Anshori. Dia tidak menemukan ada suaminya di antara orang2 itu.

"Kang Anshori pundi Pak, Yut (Kang Anshori dimana Pak, Yut) " Wati mengajak berbicara Uyut Saleh dan Ayahnya
Semua orang di ruangan menggeleng. Mereka tak bisa menjawab karena memang sejak kabar kapal yg dinaiki Anshori karam, pria itu tak pernah. Kecuali Uyut Saleh. Kakek Satu yg sudah berusia 80an tahun itu seperti paham.
"Anshori wes adoh, gak bakal Bali (Anshori sudah jauh. Tidak akan pulang) sahut Uyut Saleh.

Wati tak terima dengan ucapan kakek ya itu. Seolah mengisyaratkan jika Anshori sudah mati. Wati lalu bergegas pergi ke rumahnya. Diambilnya baju basah Anshori yg sempat direndam di ember
Wati membawa setelan pakaian basah milik suaminya di depan orang2 yg masih berkumpul di rumah orang tuanya. Dia berusaha meyakinkan semua orang jika suaminya memang benar2 pulang.

Uyut Saleh lalu berbisik ke telinga Ayah Wati.
"Iyo Wat, bojomu sik enek urusan. Sesuk ketemu karo aku ya. Saiki awakmu istirahat sek (iya Wat. Suamimu masih ada urusan. Besok ketemu dia dengan saya. Kamu istirahat dulu)" kata Uyut Saleh menenangkan Wati.

Akhirnya Wati mau dibujuk, dia kemudian memilih kembali ke rumahnya
Wati seperti lupa tentang pertemuan terakhirnya dgn Anshori yg membuatnya pingsan. Esok harinya,Wati sudah berdiri di depan pintu kayu rumah Uyut Saleh.Dia menagih janji kakeknya itu agar bisa bertemu dengan Anshori

Uyut Saleh tertawa terkekeh saat melihat Wati di depan rumahnya
"Umbenen sek wedange. Mariki terus budal nemoni bojomu (minum dulu airnya. Setelah ini baru berangkat menemui suamimu)" Uyut Saleh menyodorkan segelas wedang uwuh. Dengan bermacam tanaman di dalamnya. Wati menyeruput minuman yg masih mengepulkan asap tipis itu
Uyut Saleh lalu masuk ke dalam kamar yg tertutup tirai. Wati menunggu dengan tidak sabar. Diliriknya ke arah kamar kakeknya yg sudah lama tinggal sendiri itu. Perlahan, matanya terasa semakin mengantuk. Wati lalu tertidur dengan pulas di atas kursi kayu
Tak lama kemudian Uyut Saleh keluar sambil membawa baskom berisi air bening dan kelopak2 bunga. Dia mendekati Wati lalu meletakan baskom itu tepat di pangkuanya.
Wati tersadar di dalam tidurnya. Kali ini dirinya kembali diperlihatkan suasana ketika air laut sudah memenuhi kapal yg ditumpangi Anshori. Wati kembali mencari suaminya di tempatnya terakhir melihat Anshori makan. Air sudah menenggelamkan seisi ruang penumpang.
Dilihatnya Ashori sedang megap megap meregang nyawa karena terjebak di dalam air. Hati Wati teriris melihat suaminya mengalami sakaratul maut. Sedetik kemudian, Wati dikagetkan dengan munculnya dua orang pria dengan rambut panjang dan bertelanjang dada.
Dua pria itu menyeret Anshori dari dalam ruang penumpang. Wati mengikuti dari belakang. Belum hilang kesedihanya, tapi sudah ada hal lain yg membuatnya terkejut.

Dua orang itu masing masing mengapit lengan Anshori. Membawanya keluar. Badan kapal sudah tenggelam seluruhnya.
Wati terus mengikuti. Dia mengira dua orang itu akan membawa Anshori ke permukaan agar bisa bernafas. Tapi ternyata, Anshori malah di bawa semakin dalam ke jantung lautan. Keduanya berenang cepat, bahkan lebih cepat dari kapal yg sedang tenggelam
Warna air laut semakin pekat.Pandangan Wati terus mengikuti laju berenang dua orang yg menggunakan celana beludru berwarna hijau itu.Sampai kmudian ada sebuah lorong yg tampak bersinar di tengah bebatuan karang laut.Tubuh lemah Anshori ikut masuk bersama dua orang itu ke dalamnya
Cahaya keemasan di ujung lorong sempat membuat Wati seperti kehilangan kesadaran sesaat. Begitu pandanganya kembali. Wati dikagetkan dengan pemandangan indah yg ada di hadapanya.
Ada rumah dengan kubah kubah megah keemasan berjajar. Wati lalu kembali mencari kemana Anshori dibawa dua orang yg tak dikenalnya itu. Rupanya mereka menuju sebuah rumah yg terlihat lebih besar dari rumah lainya. Sekejap Wati tiba2 sudah berada di dalamnya.
Dilihatnya Anshori sudah duduk di salah satu kursi ditemani beberapa orang pria dan wanita. Ashori terlihat bahagia. Dia tertawa2 seolah sudah lama berada di tempat tersebut. Anshori lalu melirik ke arah Wati, dia melambaikan tangan.
Wati mendekat sambil menahan kerinduan kepada suaminya itu. Anshori memeluk Wati dan membelai rambutnya.

"Mas wes seneng neng kene. Ikhlasno yo dek. (Mas sudah bahagia di sini. Ikhlaskan ya dek)" kata Anshori sambil menatap lekat mata Wati.
Tangan Wati menggenggam erat tubuh tubuh Anshori. Seperti tak ingin melepasnya lagi. Mendadak semuanya menjadi gelap. Wati terbangun dalam keadaan terduduk di kursi Uyut Saleh sambil memangku sebaskom air.
"wes nduk, ojo digoleki maneh. Anshori wes bedo alam saiki.ikhlasno (sudah nak, jangan dicari lagi. Anshori sudah beda alam sekarang. Ikhlaskan)" Uyut Saleh menasehati Wati yg terlihat belum ikhlas melepaskan suaminya.
Uyut Saleh mengatakan jika jasad Anshori kemungkinan sudah mati dengan karamnya kapal yg membawanya. Tapi sukmanya masih ada dan kini tinggal di alam gaib penduduk lautan. Uyut Saleh menyebutnya dengan istilah salah pati.
Orang yg mengalami hal itu diyakini akan mengalami dua kali kematian, karena proses kematianya tidak sempurna. Satu kematian tubuh fisik dan yg kedua kematian sukmanya.

Selesai.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Fredyaspiree

Fredyaspiree Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fredyraskin

8 Feb
Mumpung malem selasa.
Waktunya begadang, sekalian bagi2 cerita mistis tipis2
Kejadian ini sdh lama, sekitar awal tahun 2000an. Kebetulan ada beberapa teman yg masih ingat kejadian ini jadi sekalian dikumpulin.

Waktu itu rasanya kalau ada orang mati muda atau mendadak mesti arwahnya bakal nggangguin orang2. Minimal menampakan diri di sekitar lokasi
Salah satunya cerita ttg kematian Mbak Santi. Langsung sja saya bagi ceritanya. Jadi waktu itu sedang rame2nya musim layangan. Anak2 SD, SMP sampe bapak2 semua main layang2.
Read 35 tweets
21 Jan
Cerita ini saya dapat setelah berbincang dengan salah satu juragan bisnis kuliner.Karena penasaran,saya mencoba menanyai apa resepnya sehingga bisa sedemikian sukses. Ternyata,alurnya cukup panjang.Selain perjuangan keras tentunya,ternyata ada cara yang tidak biasa yg dia lakukan
2014.

RUMAH tangga yang dibangung Wardoyo dan istrinya Sasmi terasa semakin panas. Di usia pernikahan mereka yang keenam, hubungan Wardoyo dan mertuanya terus bermasalah. Puncaknya ketika Wardoyo dan Sasmi harus rela tinggal di rumah bagian belakang.
Read 73 tweets
14 Jan
2018

Ini hari kedua Milo dan Devi mengikuti kegiatan pelatihan di Balai Perikanan. Besok pagi, puluhan siswa SMA yg ikut pelatihan sudah bisa pulang. Sore iti keduanya memilih untuk berjalan2 ke daerah Pantai. Warga setempat memanggilnya Pantai Tanjungan.
Lokasi pantai yang tersembunyi membuat Milo dan Devi betah berlama2 di sana.Cipratan air laut sore yg sejuk menjalar saat Milo merendamkan kakinya.Gadis SMA itu merasakan ada yg mengawasinya di balik pepohonan.Dia sempat menoleh tapi tak menemukan apa-apa selain daun ketapang.
Read 52 tweets
8 Jan
1999.

AKU sama seperti remaja lainya yg tumbuh di tahun itu. Remaja desa, tak punya pekerjaan tetap. Uang apalagi. tapi ini bukan ceritaku. Ini cerita salah satu orang kaya di kampungku. Aku memanggilnya Pak Kuri.

Saat itu, Pak Kuri masih berusia 40an tahun. Masih gagah.
Pak Kuri punya usaha toko sembako. Tak banyak di Desa ku yang punya toko sembako. Hanya tiga orang. Bu Haji Mah, Wak Mustain dan Pak Kuri. Sisanya hanya warung2 kecil yg hanya menjual permen atau silet Tatra. Tak menarik pokoknya, terutama untuk remaja sepertiku.
Read 57 tweets
2 Jan
"Las, ojo lali ngko bengi bar magrib kondangan neng Wak Aji. Mas Waras mbojo (Las jangan lupa nanti malam setelah magrib kondangan ke Wak Aji. Mas Waras menikah) " kata Rudi kepada Muklas yang sedang sibuk mengampelas kaki meja.

yang diajak berbicara seperti tak mendengar.
"Tenan loh Las, tak tunggu neng Wakaf karo arek-arek. (beneran loh Las, saya tunggu bersama teman2) " Rudi kembali mempertegas omonganya. Kali ini Muklas mengangguk, lalu membalikan badan meja. Mengampelas bagian dalamnya.
Read 33 tweets
23 Dec 20
insyAllah saya tulis dan selesaikan malam ini.
2019.

Mobil pickup yang ditumpangi empat orang tukang ukur tanah melaju cepat. Jalanan Gumitir yg berkelok kelok membuat keempat orang bujangan itu harus mencengkeram kuat pinggiran bak pickup. Sesekali mereka tertawa saat ada yang terkejut karena hempasan mobil
Read 95 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!