Jarum jam menunjukkan pukul 23.16 WIB. Dan aku masih dalam perjalanan pulang menuju rumah kontrakan seorang diri dengan menggunakan kendaraan roda dua ku. Hari ini aku baru saja pergi dari kos salah satu teman untuk berdiskusi mengenai skripsi yang sedang kami kerjakan.
Karena kota besar tentu saja jam selarut ini masih terlihat ramai kendaraan berlalu lalang di jalanan. Terlihat pula beberapa cafe dan tempat-tempat nongkrong masih padat di kunjungi oleh para pemuda dan pemudi.
Sebenarnya ada beberapa pilihan jalan untuk menuju pulang ke rumah kontrakan, yaitu melewati perkampungan penduduk, parkiran samping kampus, dan jalan utama. Biasanya aku lebih memilih melewati parkiran samping kampus, dikarenakan walaupun hari sudah sangat larut,
masih banyak aktivitas dan keramaian di jalan itu. Jadi menurutku masih aman apabila harus melewatinya seorang diri.
Akan tetapi entah mengapa malam ini aku memilih untuk berbelok ke arah yang berbeda, yaitu melewati perkampungan yang sepi dan jarang sekali dilewati kendaraan.
Aku mulai tersadar sesaat setelah beberapa meter masuk ke dalam melewati rumah-rumah penduduk. Aku mengamati sekitar, sangat sepi,hanya terdengar suara mesin kendaraan roda ku yang aku kendarai, sempat terlintas tanya dalam benak, mengapa aku melewati jalan ini untuk pulang??
Tidak lama kemudian mata ini terasa perih terkena pantulan cahaya yang menyilaukan dari kaca spion. Tampak cahaya sebuah lampu kendaraan roda dua berada di belakang. Tentu saja hal ini membuatku sedikit tersenyum lega, itu berarti aku tidak sendirian.
Karena perjalanan menuju kontrakan masih cukup jauh, aku berharap kendaraan di belakangku ini bisa menemaniku hingga tiba di ujung jalan nantinya.
Sengaja aku pelan kan laju kendaraan, berharap menjaga jarak dari kendaraan itu agar tidak terlalu jauh.
Tak lama kemudian, kendaraan roda dua itu melaju mendekat tepat di sebelah kananku. Aku pun menoleh dan melihat seorang lelaki dengan umur sedikit lebih muda dari ku, tidak menggunakan helm keamanan, menggunakan kaos berwarna terang,
menjulurkan tangan kirinya hendak menyentuh bagian dada ku!
Aku yang terkejut segera menggerakkan kendaraan ke arah kiri untuk menghindar. Dan masih beruntung, tangannya meleset hanya menyentuh bagian perut sebelah kanan.
Aku yang merasa terancam dan mengetahui niat buruknya padaku, segera melaju kendaraan dengan lebih cepat.
Berharap dia tertinggal jauh, tetapi ternyata lelaki itu ikut melaju kencang mengejar mengikuti ku! Muncul rasa panik, takut dan tidak tahu harus bagaimana terus menghantui
Di tambah jalanan yang aku lewati saat ini, tidak terlalu rata dan kurang penerangan,membuatku kesulitan untuk melaju kendaraan dengan kecepatan tinggi. Berulang kali aku selalu menoleh ke belakang melalui kaca spion memantau pergerakannya, dan dia mulai semakin mendekat padaku!
Tiba-tiba tampak bayangan sesosok wanita berdiri di tengah jalan, aroma khas yang mulai tercium tidak asing lagi untukku.
Gaun berwarna merah yang terlihat awal di mata ku, kemudian senyuman menyeringai lebar dan tatapan matanya yg tajam seolah mengisyaratkan sesuatu padaku.
Si wanita merah telah hadir di hadapanku, mungkinkah dia hadir di saat yang tepat?
Entah mengapa setelah menatap si wanita merah aku merasakan perubahan pada diri ku, rasa panik dan takut ku berubah menjadi rasa benci dan amarah. Aku merasa sangat terganggu dengan lelaki itu,
aku merasa sangat membencinya karena dia sudah berani berlaku tidak sopan terhadapku bahkan sudah sempat sedikit menyentuh ku?!
Amarahku menggebu kemudian terlintas dalam benak apa yang harus dilakukan, aku menoleh dan menatap kaca spion sebelah kanan, memperhatikan ke belakang
bagaimana lelaki itu melaju mengejar dan mengikuti ku. Aku mengangkat bibir dan tersenyum sinis. Sengaja aku sedikit melonggarkan pegangan gas, ku biarkan kendaraan mulai perlahan mengurangi kecepatan. Aku menunggu kesempatan dimana lelaki itu sampai hampir dekat denganku.
Dan tiba saat dia tepat di samping ku, aku segera mengerem memberhentikan kendaraan ku secara mendadak dan saat itu juga aku menatap lelaki itu dengan penuh kebencian dan berkata,
"mampus kamu"
Si wanita bergaun merah dengan senyuman menyeringai lebar, tiba-tiba muncul menampakkan diri di tengah jalan menghalangi laju kendaraan lelaki itu. Tampak jelas bagaimana raut wajah lelaki itu sangat terkejut melihat kehadiran si wanita merah!
Tidak sempat mengurangi kecepatan kendaraan, dia pun berusaha menghindari si wanita merah yang sudah sangat dekat dengannya, akan tetapi dia tidak mampu mengendalikan keseimbangan, sehingga membuatnya oleng dan , braaakkkk!!! Sreetttt!!!!
Dia terjatuh dan sempat terseret jauh beberapa meter dengan kendaraannya. Sempat ku lihat juga bagaimana kepala nya yang tidak menggunakan helm keamanan itu terbentur jalanan beraspal dengan cukup keras.
Selama beberapa saat mataku terus menatap dan memperhatikan ke arah lelaki itu, tetapi tidak ada pergerakan apapun darinya.
Dia masih tergeletak tidak berdaya di tengah gelapnya malam dengan sedikit penerangan lampu jalan.
Aku yang tadinya melihatnya dengan tersenyum senang dan sinis, perlahan berubah menjadi wajah datar tanpa ekspresi.
Aku duduk terdiam membatu di atas kendaraan, lalu mencium aroma anyir yang kemudian membuatku makin tersadar. Tunggu! Dia masih bernafaskan??
Aku segera melangkahkan kaki turun dari kendaraan roda dua ku. Jantungku berdetak kencang, keringat dingin mulai menyelimuti telapak tangan, langkah ku terasa sangat berat. Tak lama, kembali tercium aroma khas yang tidak asing lagi bagiku,
ku melihat ke arah sisi jalan sebelah kiri, si kakek sedang berdiri menatap sambil mengerutkan kening, dan menggelengkan kepala, seakan menyuruhku untuk tidak mendekati lelaki itu dan segera pergi meninggalkannya.
Tetapi aku tidak menghiraukannya,
hati nurani ku berkata bahwa aku harus tetap melangkah mendekati lelaki itu. Dan saat jarak hanya sejengkal dengannya aku melihat kepalanya telah mengalir darah. Aku menutup mulutku dengan telapak tangan, aku menahan tangis dan jerit, aku duduk tersungkur,
menangis sejadinya dengan menutup seluruh wajahku dengan telapak tangan, apa yang sudah aku perbuat?? Apakah ini benar??!
Aku segera menyeka air mataku, aku bangun berdiri dan melihat sekitar, sangat sepi, tak ada siapapun, aku mulai berjalan mundur perlahan menjauhi lelaki itu,
dengan kepala terus menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu berulang kali membalikkan badan memutar, dalam benak terus bertanya apa yang harus dilakukan?? apakah aku perlu mengetuk pintu salah satu warga dan meminta pertolongan?? Ya Tuhan, tolong aku dan lelaki itu beri aku jalan Mu!
Dengan kepanikan yang masih menyelimuti diri samar terdengar suara orang sedang mengobrol serta langkah kaki dari kejauhan. Aku mulai menoleh dan mengamati dimana suara berasal. Dan mulai terlihat setidaknya tiga orang sedang melangkah mendekat ke arah dimana aku berada.
Tanpa pikir panjang aku pun segera berlari mendekati ketiga orang tersebut. Dan ternyata mereka merupakan warga sekitar yang sedang berkeliling untuk ronda.
"Tolong, ada yang jatuh kecelakaan di sana, tolong pak!" pintaku dengan nafas terengah-engah.
"Dimana mba dimana?!" tanya salah satu warga.
"Itu pak di sana, tolong pak cepat pak!"seru ku sambil menunjuk dan sedikit melangkah berlari.
Kami berlari mendekat ke lelaki itu, dia masih belum bergerak, rasa takut dan bersalah mulai menghantui diri,apa yang sudah aku lakukan?!
"Ini siapa mba?? Temannya mba? Kenapa bisa seperti ini??" tanya salah satu warga padaku.
"Bukan pak, saya tidak kenal, saya tidak tahu dia siapa. Tadi kebetulan posisi saya berkendara tepat dibelakangnya, dan tiba-tiba saja dia oleng dan terjatuh pak,
saya langsung berhenti dan segera mencari bantuan." jawabku sedikit terbata dengan nafas yang masih tidak beraturan.
"Tapi mba tidak apa-apa kan?" tanya seorang warga lagi.
"Iya pak, saya baik-baik saja, hanya saja saya panik melihat banyak darah" jawabku sambil menelan ludah.
Salah satu dari warga tadi lalu mengetuk kentongan yang dibawanya, membuat beberapa warga akhirnya membuka pintu dan keluar rumah, tak berselang lama banyak warga pun berkerumun mengelilingi lelaki itu.
Terdengar samar-samar dari obrolan warga,
bahwa mereka berinisiatif akan langsung membawanya ke Rumah Sakit terdekat.
"Ini anak mungkin mabuk dan terjatuh sendiri, kita langsung bawa saja ke Rumah Sakit terdekat, kita pinjam mobil salah satu warga saja."
Aku yang sedari tadi memperhatikan dari belakang kerumunan mulai melangkah mundur perlahan mendekati sepeda motor.
Aku sudah tidak tahu harus bagaimana, dan tidak siap apabila nanti mulai banyak pertanyaan tentang apa yang terjadi.
Ku nyalakan perlahan kendaraan sepeda motorku, aku laju memutar melewati kerumunan. Saat itu tidak ada satupun warga yang menyadari kepergian ku.
Selama perjalanan kembali ke rumah kontrakan, berulang kali aku melamun, membayangkan kembali bagaimana hal itu bisa terjadi,
masih teringat jelas dalam ingatan bagaimana dia terjatuh atas keinginanku. Ada rasa membenarkan apa yang telah aku lakukan, bahwa lelaki itu pantas menerimanya, tetapi ada rasa menyalahkan diri sendiri karena itu sangat keterlaluan, bagaimana kalau dia sampai tidak tertolong???
Setibanya di rumah kontrakan, bergegas aku masuk ke dalam kamar dan menguncinya, aku sempatkan menatap pada cermin, ku pandang diriku sendiri dalam cermin dengan tatapan ngeri, apa ini? Siapa aku?? Sampai kapan aku akan terus begini?
Benarkah ini adalah kelebihan dan anugerah dari Tuhan untuk ku???
Lama aku menatap dan merenungkan diriku di dalam cermin, sampai akhirnya aku membalikkan badan dan membelakangi cermin, sambil terus menundukkan kepala aku berpikir dan berkata dalam hati,
"Tidak, aku tidak normal, ini salah, ini sebuah kesalahan! Tidak harusnya seperti ini! apa yang ada dalam diriku ini salah, ini bukan kelebihan, ini justru kekurangan! Manusia normal tidak seperti ini! Aku mau normal!"
--------------------
Aku menatap pria kecil, ada sesuatu yang berbeda darinya. Aura nya telah berubah, bukan pria kecil seperti yang aku jumpai saat pertama kali bertemu dengannya.
Ada sesuatu yang membuatnya berubah. Sekilas aku pun seperti melihat sesuatu bayangan makhluk yang mengikutinya,
tetapi aku tidak berani untuk melihatnya lebih jelas. Aku merasa tidak pantas apabila mencoba mencari tahu sesuatu lebih dalam dari pria kecil.
Terkadang pula dia sengaja mengunci dan seakan membuat pertahanan diri, agar tidak mudah terbaca olehku.
Aku memiliki firasat kemungkinan besar makhluk tadi lah membawa pengaruh besar atas perubahan diri dari si pria kecil.
Beberapa hari yang lalu aku menyempatkan untuk pulang ke kampung halaman karena kondisi fisik ku yang masih belum membaik pasca kejadian dihantam tenaga dalam.
Aku merasa daya tahan tubuhku semakin menurun. Pria kecil pun diminta kedua orang tuaku untuk datang dan memperbaiki tubuhku ini. Saat dia datang dan melihatku, dia pun seolah terkejut dengan apa yang terjadi pada diriku.
Dia mengajakku untuk duduk bersila bersama dan saling
berhadapan. Dia memintaku untuk tenang, menarik nafas panjang, tidak lupa untuk berdzikir dan membaca shalawat, agar hati tidak merasakan kegelisahan.
Pria kecil menggerakkan kedua tangannya lalu mengarahkan telapak tangan ke arah kepala , lengan, punggung, tanpa menyentuhnya
secara langsung padaku. Yang aku rasakan adalah rasa hangat yang keluar dari telapak tangannya. Berulang kali dia menggelengkan kepala, memejamkan mata sambil mengerutkan kening. Entah apa yang terjadi aku kurang memahaminya. Beberapa saat kemudian dia mengucap "Alhamdulillah"
Kemudian lanjut berkata, "Ini sudah aku benerin tubuh kamu. Bagaimana apa yang kamu rasakan skrg??"
"Iya aku merasa hangat dan merasa lebih bertenaga dari sebelumnya. Terima kasih banyak ya."
"Alhamdulillah, Untung kamu kuat jadi tidak terjadi hal yang lebih buruk.
Tenaga dalam kalau di miliki oleh orang yang salah akan berakibat fatal. Teman kamu itu sungguh sangat ceroboh." berkata pria dengan raut wajah tidak suka.
Kemudian kami berdua terdiam. Seakan tahu apa yang ada dalam benak ku, si pria kecil lanjut berkata, " Aku memiliki kenalan
makhluk baru. Dan dia sangat cantik. Selalu hadir dalam mimpiku, dia juga sangat perhatian padaku, dan diaa..."
Sebelum si pria kecil menyelesaikan perkataannya aku langsung memotong dengan berkata ,
"Dan dia sekarang berada di belakangmu selalu mengikuti mu kemana kamu pergi?"
Pria kecil terbengong kemudian tertawa kecil sambil berkata, "Kamu sudah melihatnya? Cantik sekali kan? Aku berniat akan menikahinya."
Aku terbelalak terkejut dengan apa yang dia katakan, kemudian menghujaninya dengan banyak pertanyaan.
"Apa?? Menikahinya?? Makhluk itu?!
Apakah bisa kita menikahi jin? Kalaupun bisa untuk apa? Bukankah kamu sudah memiliki istri dan seorang putri?? Apa enaknya menikahi jin??" bertanya aku dengan raut wajah tak percaya.
"Ah kamu ini, namanya juga cinta, cinta tidak memandang siapa dia, yang penting dia baik,dan mau
sama diri kita." jawabnya dengan santai dan senyum lebar.
Aku menggelengkan kepala tidak percaya, aku semakin yakin bahwa makhluk itulah yang membuat si pria kecil berubah seperti ini. Aura nya sudah berubah menjadi lebih kearah negatif. Mungkinkah dia sudah tidak dapat
mengendalikan kelebihannya ini?? Padahal dahulu dia yang selalu menasihati ku untuk dapat memilah dan memilih dalam berinteraksi dengan makhluk seperti mereka. Untuk lebih mampu menjaga jarak, membedakan dunia nyata dan ghaib, karena tingkatan aku dan dia sudah memasuki dimana
sudah hidup saling berdampingan, harus lebih mampu membedakan mana yang benar dan salah, bagaimanapun makhluk seperti mereka banyak yang bersifat menyesatkan. Dan apabila kita terlalu dekat dan tidak mampu menjaga iman, bisa-bisa kita menjadi orang yang Lalai dan jauh dari
Sang Pencipta. Atau bahkan kita bisa menjadi golongan munafik, selalu berkata membawa nama Tuhan, tetapi perbuatan yang dilakukan sangat jauh dari Nya.
Aku bertanya mencoba untuk menyadarkan nya," apakah istrimu tahu akan hal ini? Apa yang membuatmu jatuh cinta dengan makhluk
seperti itu?? Secantik apa dia sampai kamu sangat berniat menikahinya???"
"Sssttt... Istriku tidak tahu, jangan sampai tahu. Makhluk itu aku simpan dalam cincin ini. Kalo aku ingin bertemu, tinggal menggosokkannya saja. Dia yang pertama kali mendatangi ku dengan tanpa busana
sehelaipun! Dia juga sangat baik dan perhatian. Tentu saja aku ada rasa untuk terus bersamanya."
Aku yang mendengar jawaban dari nya, semakin menampakkan wajah tidak suka dan heran, segera aku bangun berdiri dan melangkah menjauhinya sambil berkata dengan nada ketus,
"Dasar orang gila!"
Ibu yang melihatku melangkah masuk ke dalam kamar segera bertanya,"sudah selesai? Kamu sudah enakan badannya??"
Aku sempat menoleh sebentar kepada ibu dan menjawab pertanyaannya,"sudah bu, Alhamdulillah sudah lebih segar ."
"Alhamdulillah kalo gitu"berkata
ibu dengan senyum lega.
Beberapa saat kemudian, ku dengar si pria kecil berkata pada kedua orang tuaku untuk pamit. Aku tidak menghiraukannya, masih tetap berada dalam kamar, enggan keluar menemuinya, aku masih merasa marah dan heran padanya. Bagaimana ini bisa terjadi??
Ada rasa khawatir jika dia akan mempengaruhiku juga suatu hari nanti dengan pikirannya yang tidak masuk akal. Aku tidak mau berhubungan lagi dengannya, aku harus mulai menjaga jarak dengannya.
Tak lama ibu masuk ke dalam kamar menghampiriku dan berkata,
" Nak.. Semoga kamu sehat terus tidak ada hal buruk yang terjadi lagi, karena kalau ada sesuatu dan harus meminta pertolongan si pria kecil, ibu tidak mau lagi. Ibu merasa si pria kecil sudah bukan lagi dia, pemikiran kita sudah tidak sejalan.
Enggak tahu mengapa ibu merasa dia sekarang sangat berbeda."
Aku terdiam tertegun, ternyata ibu juga merasakannya, aku menatap wajah ibu dengan haru, lalu memeluknya lembut lalu berkata,
"Iya ibu, aku bakal sehat terus kok. Ibu yang tenang ya. Soal si pria kecil,
kita doakan saja ya bu, agar dia selalu dalam lindungan Allah, dan di beri petunjuk mana yang benar dan salah."
---------------
Aku sedang memperhatikan Bapak yang sedang sibuk memperbaiki sepeda di garasi rumah dekat dengan teras. Aku duduk tidak jauh darinya
sambil sesekali kami berbincang. Aku tidak pernah menyangka bahwa karena kecerobohan Bapak, diriku hampir terancam. Ini semua terjadi karena rasa ketidakpuasan manusia, dan kurangnya keimanan seseorang.
Masih terukir jelas dalam benakku, makhluk si wanita berambut kepang yang
datang menjemput ku tepat di usia 16 tahun. Ini terjadi karena perjanjian yang tidak sengaja di buat antara bapakku dan dia. Bapak dulu pada jamannya gemar mengikuti seni bela diri karate. Bapak bahkan banyak mengikuti kejuaraan dan mengukir prestasi di seni bela diri tersebut.
Akan tetapi rasa ketidakpuasan muncul dalam diri bapak. Sehingga dia mulai mempelajari ilmu tenaga dalam. Awalnya bapak mempelajarinya masih di batas wajar. Lama kelamaan muncul rasa ingin menjadi jauh lebih kuat lagi, hingga dia akhirnya mempelajari ilmu kebal. Ilmu kebal?
Iya dimana ilmu itu membuat seseorang menjadi kebal terhadap apapun. Kebal terhadap senjata tajam seperti pisau golok dan lainnya. Si pemilik ilmu menjadi jauh tidak mudah terluka secara fisik. Bapak tergiur akan hal itu, hingga akhirnya mempelajarinya sendirian tanpa didampingi
iman yang cukup, dan secara tidak sengaja melakukan perjanjian dengan si wanita berambut kepang. Bapak mendapatkan ilmu yang dia inginkan, dengan syarat pertukaran seorang anak yang lahir dengan memiliki kelebihan dan kemampuan turun temurun yaitu diriku.
Tentu saja akan hal ini Bapak tidak mengetahui dan menyadarinya. Dan aku tidak tahu pastinya alasan mengapa wanita berambut kepang lebih memilih menjemput dan mengambilku di usia 16 tahun, bukan di usiaku yang lain.
Beruntung di usia tersebut aku sudah memiliki teman terbaik
Si wanita ungu. Mungkin apabila tidak ada si wanita ungu, si wanita berambut kepang sudah mengambil dan membawaku ke suatu tempat entah kemana. Wanita Ungu memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita berambut kepang, sehingga membuat wanita berambut kepang sungkan.
Wanita berambut kepang selalu membayangi dan mengintai ku kemana pun aku pergi , akan tetapi tidak berani untuk lebih mendekati ku. Hingga akhirnya suatu hari si pria kecil menyadari akan kehadiran si wanita berambut kepang saat sedang berkunjung ke rumah, dan mengetahui akar
permasalahan dari semua ini. Si pria kecil kemudian melakukan negoisasi pribadi dengan wanita berambut kepang. Tidak ada yang tahu pastinya hasil negoisasi apa yang dibuat, dan si pria kecil menjelaskan apa yang terjadi dan meminta bapak untuk melepas semua tenaga dalam yang
masih tersimpan dalam dirinya tanpa terkecuali. Tentu saja hal ini di setujui oleh bapak, karena bapak sama sekali tidak ingin ada hal buruk menimpa anak perempuan satu-satunya ini. Bapak pun merelakan melepaskan semuanya demi kebaikan bersama.
Setelah usai semuanya, hari-hariku menjadi lebih terasa nyaman, aku tidak pernah lagi dibayangin oleh si wanita berambut kepang. Aku berharap urusan kami dengan dia benar-benar telah berakhir.
-selesai-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Aku masuk ke dalam kamar kos yang memiliki ukuran cukup besar. Ini adalah kamar kos kakakku. Setelah seharian mencari kos untuk aku nantinya, akhirnya kami dapat berbaring beristirahat. Aku sengaja mencari kos yang
tidak terlalu jauh dari kampus, karena untuk beberapa hari ini aku belum memiliki kendaraan pribadi.
Sebenarnya aku masih sangat ragu untuk tinggal di salah satu kos tepat depan kampus swasta ternama ini, tapi karena waktu yang mendekati hari dimana aku harus melaksanakan ospek,
Matahari senja kian redup. Cerahnya langit akan segera terganti dengan gelapnya malam. Terdengar lantunan merdu adzan maghrib menggema terasa menggetarkan jiwa.
Mataku menatap ragaku yang kini sedang dililit ular raksasa bersisik warna hijau gelap dan bermata merah. Sedangkan aku
kini terjebak dikelilingi beberapa sosok makhluk hitam tinggi besar bermata merah menyala. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, aku tidak tahu apa yang mereka inginkan. Satu yang ku tahu, mereka berniat buruk padaku.
Aku duduk memeluk lutut, terdiam menggigit bibir
Aku, ibu,ayah dan pria kecil saat ini berada dalam satu ruangan di dalam rumah. Ibu meminta saran dan bantuan kepada pria kecil itu agar diriku ini tidak terus menerus kesurupan di sekolah. Selain memang mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah,hal itu sangat mengganggu ku
berkosentrasi dalam semua hal. Nilai ku di sekolah anjlok, aku tidak dapat mengikuti kegiatan apapun di luar sekolah. Aku bahkan tidak menonjol dalam bidang akademik. Ibu sangat khawatir dengan masa depan ku sekarang.
Pria kecil diam duduk bersila sambil memejamkan mata.
Aku menatap kedua telapak tanganku yang berwarna putih pucat dan tampak gemetar. Nafasku berhembus tak beraturan.Keringat dingin mengalir jatuh menetes dari ujung hidung ke telapak tangan.Ada sesosok makhluk mencoba mengambil alih ragaku. Makhluk mengerikan yang haus akan ragaku.
Matanya besar melotot tak memiliki kelopak mata,mulutnya robek hingga ke belakang dan tak memiliki bibir.Rambutnya tipis nyaris botak.Aroma makhluk ini sangat amis menyengat. Jari-jarinya yang panjang menyatu dengan kuku memegang ubun-ubun kepala ku dari belakang berusaha menarik
Mentari menyinari hari.Ku pegang erat pinggang kakak ku dari belakang.Ku rasakan hembusan angin pagi menerpa wajah.Terdengar suara sepeda motor yang kami kendarai.Terlihat kendaraan berlalu lalang dan begitu padat.Sekarang memang waktu dimana semua orang mulai sibuk dengan segala
aktivitasnya. Aku satu sekolah dengan kakakku. Aku kelas 10, dan kakakku kelas 12. Kakakku ini kakak yang terlihat cuek, tapi sebenarnya dia yang paling sayang, paling pengertian dan perhatian padaku. Sebenarnya ada rasa ingin jujur dengannya mengenai kemampuan ku ini, aku tahu