Sebagai seorang IT pulang larut malam atau menginap dikantor sudah pasti sering dijalani Anton, sama seperti saat ini, jam sudah menunjukan jam 10 Malam, namun dia masih sibuk dengan laptop yang ada didepannya, Jarinya ceketan menekan keyboard, >>>
1998 Pasca kerusuhan mendera negeri ini, tersirat derita kelam ditanah Ibu Pertiwi, tak terkecuali dengan ku, kehidupan nan damai hanya kenangan yang tinggal ada diangan, neraka nyata mungkin sesuatu yang pasti harus ditapaki.
Perkenalkan saya Karina.
Karina Yustika, anak tunggal dari seorang tukang Sol Sepatu dan anak dari seoarang Ibu Rumah Tangga yang membantu prekonomian keluarga dengan menjadi tukang jahit rumahan.
Mendung tanpa hujan mewarnai langit dikala senja mulai menyapa, sekelebat awan hitam bersenandung lirih seolah bersedih melihat jenajah terakhir datang tuk dikuburkan.
*Pergi... Pergi dari sini !!!* Ucap Pocong itu dengan suara yg berat dan riak wajah yg sangat marah kala itu.
20 tahun lamanya bahtera rumah tangga sudah di arungi oleh Pak Agung dan Buk Heni, 5 orang anak dikaruniakan sebagai pelengkap rumah tangga, dan saat itu Desember 1988, 1 kabar gembira kembali menaungi mereka, tatkala Buk Heni kembali diberikan kepercayaan oleh Si Maha Pencipta.
Cahaya mentari samar bersinar, seakan malu dengan hempitan langit yg berwarna abu kehitaman.
Saat itu baru jam 6 pagi, namun hujan sepertinya akan turun seiring guntur yg terus berdentum mengetarkan dinding rumah Mbah Dirgo pagi hari itu.
5 bulan lamanya Mbah Dirgo sudah hidup sebatang kara tanpa aktivitas jelas, hari hari nya hanya dihabiskan sendiri, maklum saja istri tercinta nya sudah 2 tahun lalu berpulang, sementara anak semata wayangnya Burhan sudah membina rumah tangga, dan memilih tinggal ditempat lain.