Sekali lagi, buat yang masih belum kenal siapa teteh, silahkan acak-acak tabs like..
Gak kenal maka gak sayang, dan gak merinding..
Yuk mulai..
#memetwit
@InfoMemeTwit
Seorang perempuan yang berparas cukup cantik, waktu itu berumur sekitar 35 tahun.
Harus diakui, hasil masakannya cukup enak.
Ditambah, teh Yanti orangnya sangat ramah dan baik hati, gak butuh waktu lama bagi kami untuk mengakrabkan diri.
Kebanyakan pembelinya berasal dari lingkungan sekitar.
Cukup besar dan nyaman tempatnya, karna itulah kami sering menghabiskan waktu di warung itu hingga malam, walau hanya sekedar minum kopi.
Walaupun terlahir di Bandung, tetapi sejak kecil dia tinggal di Jakarta, ikut dengan tantenya. Hanya sesekali teh Yanti kecil mengunjungi rumah orang tuanya di Bandung, biasanya pada waktu libur sekolah.
Kembali ke Bandung dan menempati rumah orang tua, rumah yang pada akhirnya menjadi tempat dia mendirikan warung makan.
Teh Yanti mulai membuka warung kira-kira setelah hampir satu tahun kami tinggal di #rumahteteh.
~~
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, saat dimana perut sudah keroncongan meminta untuk diisi makanan.
Setelah berganti pakaian, gw langsung beranjak ke warung teh Yanti, yang jaraknya cukup dekat dengan #rumahteteh.
Teh Yanti terlihat sibuk melayani pembeli. Meja dan kursi penuh semua, memaksa gw untuk berdiri sejenak menunggu sampai ada orang yang selesai makan.
**
“Eh Brii, mau ngopi?” tanya teh Yanti yang akhirnya menyadari akan kehadiran gw, ditengah kesibukannya melayani pembeli.
“Oh.., ya gak apa-apa, berarti ini makan yang kedua kali dong ya..” ujar teh Yanti kemudian.
Oh iya, di warung teh Yanti, gw dan teman-teman penghuni #rumahteteh sudah biasa mengambil makanan sendiri sesuai selera, self service lah ceritanya.
**
Masih penasaran dengan omongan teh Yanti ketika gw baru datang tadi, akhirnya gw membuka perbincangan.
“Teh, kok tadi bilang saya mau makan yang kedua kali?” tanya gw.
Adit adalah anak laki-laki dari teh Yanti, berumur sekitar 12 tahun.
Oke, yang pertama, kami penghuni #rumahteteh, termasuk Sisi dan Memi, memang sering kali menelpon teh Yanti untuk memesan makan, dan minta diantarkan ke rumah.
Tapi kalau dia sedang gak bisa, Adit yang bertugas mengantarkan makanan.
Iya, gw yakin banget kalo rumah benar-benar kosong.
Ada yang aneh..
“Adit, tadi waktu nganter makanan, yang bukain pintu siapa?” tanya gw penasaran.
Ohh, Gw mulai mengerti.
“Oh, itu temannya Sisi teh, kebetulan sedang ada di rumah” jawab gw menutupi dengan menjawab sekenanya, karna gw sendiri masih kaget mendengar cerita Adit.
Sesampainya di rumah, gw langsung memeriksa seisinya, memastikan kalau rumah memang benar-benar kosong.
Dan benar, rumah memang benar dalam keadaan kosong.
Waktu pertama kali datang tadi, gw gak sempat memperhatikan meja makan.
Penasaran, gw membuka bungkusan itu, dan benar, di dalamnya berisi nasi dan lauk pauknya.
Tiba-tiba gw merinding, dan langsung ingat Teteh..
Gw gak berani melihat langsung, tapi dapat dipastikan itu adalah Teteh, yang hanya berdiri diam tak bergerak, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
***
Takut jadi trauma setelahnya..
Tapi dia lebih sering ngobrol dengan Memi atau Sisi.
Kami banyak berteraksi dengannya hanya ketika sedang di warungnya aja, entah ketika sedang makan atau pun sekedar minum kopi.
Karna sudah mulai akrab, teh Yanti mulai banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya.
Sedangkan orangtuanya tetap tinggal di Bandung, di rumah yang teh Yanti dirikan warung nasi di halamannya.
Mengetahui hal ini, muncul pertanyaan di benak gw.
"Kalo gitu, tahun 80an teh Yanti udah sering main ke sini dong ya..?" Tanya gw penasaran.
"Berarti waktu itu teh Yanti kenal dengan orang-orang yang tinggal di lingkungan sini dong?" Tanya gw lagi.
Nanti akan terjawab semuanya..
**
Banyak kejadian-kejadian aneh dan menyeramkan yang kami rasakan. Sudah banyak kengerian-kengerian yang kami lewati bersama.
Kami merasa sudah seperti "keluarga", walaupun pada setiap kejadian yang melibatkan Teteh kami masih ketakutan, masih ngeri.
**
Ditemani oleh teteh kadang membuat gw terjaga sepanjang malam, membuat pengerjaannya lebih cepat selesai.
Pada waktu itu, gw melihat ada yang aneh dari teh Yanti.
~Apa yang aneh Brii..?
Apabila harus mengantar makanan, dia akan menyuruh Adit yang mengantarkan.
Sama hasilnya ketika gw tanya perihal yang sama kepada penghuni rumah yang lain, mereka gak tau juga.
Kecuali Irwan..
Sempat punya pikiran seperti itu juga, tapi gw belum benar-benar yakin sebelum langsung dengar dari mulut teh Yanti.
Gw berniat mencari tau, penasaran..
**
Sambil menghabiskan makan malam, gw sengaja menunggu warungnya sepi, menunggu saat yang tepat untuk berbincang dengan teh Yanti, dan menanyakan tentang kenapa dia gak pernah lagi mampir ke #rumahteteh.
Perbincangan pun dimulai.
Awalnya kami hanya ngobrol seperti biasanya.
Tibalah saat yang gw tunggu, saat yang tepat untuk mengeluarkan pertanyaan:
Teh Yanti langsung terdiam, air mukanya langsung berubah, yang tadinya berseri-seri mendadak menjadi datar tanpa ekspresi. Gw menyadari gelagat yang aneh ini.
Setelah menarik napas sebentar, akhirnya teh Yanti bilang, "gak ada apa-apa Brii, teteh sibuk aja di warung, udah mulai rame banget kan", katanya sambil melepas senyum yang tampak dipaksakan.
Gw gak nyerah, gw tau ada yang ditutupi..
Teh Yanti kembali terdiam..
Cukup lama waktu yang kami habiskan untuk gw memaksa dia untuk mengatakan yang sebenarnya.
Hingga pada akhirnya, teh Yanti mulai berani jujur bertutur.
"Gak apa-apa teh, cerita aja.., cerita yang sebenar-benarnya.." jawab gw sambil mencoba meyakinkannya lagi.
"Janji teh.." jawab gw.
Dan teh Yanti pun mulai bercerita..
**
Di tengah-tengah kesibukannya, tiba-tiba Adit bilang ada telpon untuknya.
Teh Yanti langsung masuk ke dalam rumah untuk menerima telpon tersebut.
Di ujung telpon ada perempuan yang bilang:
"Yanti, bisa mampir ke rumah gak? Temani aku dong, di rumah sepi.."
Teh Yanti sempat bertanya-tanya mengenai itu, tapi akhirnya memutuskan untuk gak ambil pusing.
Waktu itu sudah sekitar jam 10 malam.
Gak ada mobil maupun motor yang parkir di halaman.
Gak berfikir macam-macam, teh Yanti berjalan ke pintu depan, dan mengetuknya.
Gak ada jawaban.
Tapi tiba-tiba pintu terbuka sendiri, gak terbuka penuh, hanya sebagian. Tampak terbukanya seperti ditiup angin.
Teh Yanti langsung membukanya, dan perlahan masuk ke dalam.
Teh Yanti melanjutkan berjalan ke ruang tengah, keadaannya sama, gelap dan kosong, hanya sedikit cahaya dari luar yang membantu penglihatannya.
"Sisi.., ini teh Yanti" sekali lagi dia mencoba memanggil Sisi.
Tetap gak ada jawaban..
Teh Yanti sempat untuk mengurungkan niat dan pulang, karna dia pikir rumah dalam keadaan kosong. Ditambah perasaannya mulai gak enak..
Sempat beberapa saat teh Yanti berdiri di ruang tengah sambil memperhatikan seisi rumah.
Tapi baru jalan beberapa langkah, tiba-tiba..
"Yanti, naik ke atas aja, aku di sini"
Ada suara perempuan yang memanggilnya, suara yang terdengar dari lantai atas.
Teh Yanti langsung berjalan ke arah tangga.
Perlahan teh Yanti menaiki tangga itu satu persatu di dalam gelap..
Tepat di ujung tangga paling atas, ada dua kursi kayu yang di tengahnya ada meja kayu kecil berwarna gelap.
Di depan meja dan kursi itu ada lorong buntu. Di sebelah kanan lorong ada dua pintu kamar, masing-masing kamar Memi dan Sisi.
Kebayang kan gimana bentuk lantai atas?
Menurutnya, saat itu dua kursi kayu di depan tangga terlihat kosong, kedua pintu kamar juga tertutup.
Cahaya lampu lorong yang redup mengantarkan langkah teh Yanti menuju ke depan pintu kamar Sisi..
"Assalamulaikum, Sisi...ini Teh Yanti..." teh Yanti kembali mencoba memanggil Sisi..
Gak ada jawaban juga..
Buku kuduknya mulai berdiri..
Berkecamuk pikiran teh Yanti, ketika dia semakin merinding..
Tiba-tiba..
Ada suara perempuan yang memanggil namanya, suara yang bersumber dari sisi kanan dia berdiri.
Perlahan dia menolehkan wajahnya ke arah sumber suara..
Terpaku teh Yanti melihatnya..
Dia menyadari kalau dia mengenali wajah itu..
Teh Yanti kenal dengannya..
Kaku, kaki teh Yanti seperti mati rasa, gak bisa digerakkan.
Ketika ketakutan memuncak, tubuh teh Yanti lemas, dan jatuh terduduk..
"Maaf teh, jangan ganggu Yanti.., hampura teh.." ucapnya dengan suara terbata-bata..
Teh Yanti perlahan mengangkat wajahnya, dan menatap ke arah perempuan itu berada.
Kemudian berjalan pelan menuruni tangga,
Dan gak terlihat lagi..
Sementara teh Yanti masih terduduk sambil menangis..
Suasana kembali hening dan sepi..
Mempercepat langkahnya menuju pintu keluar, tanpa berani sedikitpun meihat ke belakang.
**
Beberapa hari setelah kejadian itu, teh Yanti pergi berkunjung ke rumah adiknya di Margahayu, untuk menemui ibunya. Dan mencari tau tentang perempuan yang dia lihat di #rumahteteh.
Menurut cerita sang Ibu, dulunya perempuan itu memang tinggal di rumah teteh.
Teh Yanti langsung teringat masa kecilnya yang sering berkunjung ke lingkungan #rumahteteh. Yang membuat teh Yanti langsung ingat siapa dia.
Menurut ibu teh Yanti, perempuan itu meninggal di rumahnya sendiri, cukup menyedihkan prosesnya..
**
tiba-tiba teh Yanti masuk ke dalam rumah..
"Tunggu Brii, teteh mau menunjukkan sesuatu.." begitu katanya.
Dia menunjukkan foto semasa dia masih kecil ketika sedang berada di Bandung.
Gw mengenali perempuan itu..
Iya, perempuan itu adalah teteh..
"Namanya Helena..,dulu orang-orang di lingkungan sini memanggilnya dengan panggilan Teh Lena..."
***
Terimakasih banyak buat yang sudah mengikuti kisah gw ini..:)
Met bobo, semoga mimpi indah..
Salam
~Brii~ ~Teteh~