Profile picture
Brii.. @hantu_33
, 94 tweets, 16 min read Read on Twitter
Kita lanjut cerita di #rumahteteh ya..

Sekali lagi, buat yang masih belum kenal siapa teteh, silahkan acak-acak tabs like..
Gak kenal maka gak sayang, dan gak merinding..

Yuk mulai..

#memetwit
@InfoMemeTwit
Teh Yanti, seorang ibu ber-anak satu yang tinggal dekat #rumahteteh. Letak rumahnya di ujung paling depan gang, tepat di pinggir jalan utama, hanya berjarak sekitar 40 meter dari #rumahteteh.

Seorang perempuan yang berparas cukup cantik, waktu itu berumur sekitar 35 tahun.
Dia memiliki warung makan yang dikelolanya sendiri, warung yang berdiri di halaman depan rumahnya. Masakan sunda menjadi andalannya, dia memasak makanan jualannya sendiri tanpa bantuan siapun.

Harus diakui, hasil masakannya cukup enak.
Dan iya, bisa ditebak, kalau warung makan miliknya itu menjadi langganan kami. Disamping memang masakannya enak, harganya juga cukup ramah dengan kantong mahasiswa.

Ditambah, teh Yanti orangnya sangat ramah dan baik hati, gak butuh waktu lama bagi kami untuk mengakrabkan diri.
Warung makan teh Yanti tergolong cukup ramai pembeli, jadi bukan hanya kami yang menjadi pembeli tetap.

Kebanyakan pembelinya berasal dari lingkungan sekitar.
Warungnya berbentuk seperti layaknya warung makan kebanyakan, dibangun semi permanen berbahan dasar bambu.

Cukup besar dan nyaman tempatnya, karna itulah kami sering menghabiskan waktu di warung itu hingga malam, walau hanya sekedar minum kopi.
Oh iya, gw mau cerita sedikit tentang teh Yanti.

Walaupun terlahir di Bandung, tetapi sejak kecil dia tinggal di Jakarta, ikut dengan tantenya. Hanya sesekali teh Yanti kecil mengunjungi rumah orang tuanya di Bandung, biasanya pada waktu libur sekolah.
Beliau baru pindah dan menetap di Bandung setelah dewasa, ketika berpisah dari suaminya.

Kembali ke Bandung dan menempati rumah orang tua, rumah yang pada akhirnya menjadi tempat dia mendirikan warung makan.
Ayah teh Yanti sudah lama meninggal, sedangkan ibunya tinggal di rumah adiknya yang tinggal di daerah Margahayu, masih di Bandung juga.

Teh Yanti mulai membuka warung kira-kira setelah hampir satu tahun kami tinggal di #rumahteteh.

~~
Pada suatu siang, gw pulang kuliah seperti biasanya.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, saat dimana perut sudah keroncongan meminta untuk diisi makanan.
Sejak ada warung teh Yanti, gw dan teman-teman kost lainnya lebih sering untuk membeli makan di tempat itu, entah itu sarapan, makan siang, maupun makan malam.

Setelah berganti pakaian, gw langsung beranjak ke warung teh Yanti, yang jaraknya cukup dekat dengan #rumahteteh.
Sesampainya di warung, gw melihat kalau tempat itu cukup ramai, mungkin karna memang sudah jam-nya makan siang.

Teh Yanti terlihat sibuk melayani pembeli. Meja dan kursi penuh semua, memaksa gw untuk berdiri sejenak menunggu sampai ada orang yang selesai makan.
Sudah beberapa bulan teh Yanti memulai usaha warungnya, walaupun minggu-minggu pertama terlihat sangat sepi pembeli, tapi setelahnya beliau gak harus menunggu lama untuk mulai tersenyum lebar karna warungnya mulai ramai.
Rata-rata konsumennya adalah mahasiswa, karna memang di sekitarnya cukup banyak kost-kostan.

**

“Eh Brii, mau ngopi?” tanya teh Yanti yang akhirnya menyadari akan kehadiran gw, ditengah kesibukannya melayani pembeli.
“Ngopi? Makan dong teh..” jawab gw, sambil berjalan menuju kursi kosong yang baru saja ditinggalkan oleh orang yang sudah selesai makan.

“Oh.., ya gak apa-apa, berarti ini makan yang kedua kali dong ya..” ujar teh Yanti kemudian.
Makan kedua kali? Knapa teh Yanti bilang begitu? Gw kan dari pagi belum makan, kok tiba-tiba dia bilang begitu?
Gw bingung, tapi memutuskan untuk gak ambil pusing dan langsung mengambil makanan.

Oh iya, di warung teh Yanti, gw dan teman-teman penghuni #rumahteteh sudah biasa mengambil makanan sendiri sesuai selera, self service lah ceritanya.

**
Warung sudah mulai sepi ketika gw selesai makan, hanya tinggal beberapa orang yang masih duduk di kursinya.

Masih penasaran dengan omongan teh Yanti ketika gw baru datang tadi, akhirnya gw membuka perbincangan.

“Teh, kok tadi bilang saya mau makan yang kedua kali?” tanya gw.
“Kamu tuh gimana sih, kan tadi teteh udah kirim makanan buat kamu dan Sisi. Adit yang antar makanannya ke rumah jam sebelas tadi.” Jawab teh Yanti, terlihat yakin.

Adit adalah anak laki-laki dari teh Yanti, berumur sekitar 12 tahun.
“Sisi yang telpon tadi, katanya minta diantarkan makanan buat makan siang, sekalian buat Brii juga” lanjut teh Yanti lagi.
Hmmm…

Oke, yang pertama, kami penghuni #rumahteteh, termasuk Sisi dan Memi, memang sering kali menelpon teh Yanti untuk memesan makan, dan minta diantarkan ke rumah.
Kalau teh Yanti sedang senggang dan gak terlalu sibuk, maka dia yang mengantarkan sendiri makanan pesanan kami.

Tapi kalau dia sedang gak bisa, Adit yang bertugas mengantarkan makanan.
Yang kedua, ketika gw sampai di rumah sepulang kuliah tadi, rumah dalam keadaan kosong, gw yakin banget. Sisi dan Memi hampir gak pernah berada di rumah pada siang hari, kecuali akhir pekan dan hari libur.

Iya, gw yakin banget kalo rumah benar-benar kosong.

Ada yang aneh..
Ditengah-tengah perbincangan gw dan teh Yanti, tiba-tiba Adit muncul dari dalam rumah, sontak gw langsung memanggilnya.

“Adit, tadi waktu nganter makanan, yang bukain pintu siapa?” tanya gw penasaran.
“Yang buka pintu Teteh, yang ambil makanan Teteh, yang kasih uangnya juga Teteh..” Adit menjawab dengan lancar.

Ohh, Gw mulai mengerti.
“Teteh itu siapa Brii?” tanya teh Yanti membuyarkan lamunan gw.

“Oh, itu temannya Sisi teh, kebetulan sedang ada di rumah” jawab gw menutupi dengan menjawab sekenanya, karna gw sendiri masih kaget mendengar cerita Adit.
Gak berapa lama kemudian gw pulang.

Sesampainya di rumah, gw langsung memeriksa seisinya, memastikan kalau rumah memang benar-benar kosong.

Dan benar, rumah memang benar dalam keadaan kosong.
Dan yang lebih aneh lagi, gw melihat di meja makan ada dua bungkusan nasi berada di atas piring.

Waktu pertama kali datang tadi, gw gak sempat memperhatikan meja makan.
Gw ambil kesimpulan kalau dua bungkus nasi itu adalah makanan yang diantarkan oleh Adit sebelumnya.

Penasaran, gw membuka bungkusan itu, dan benar, di dalamnya berisi nasi dan lauk pauknya.

Tiba-tiba gw merinding, dan langsung ingat Teteh..
Posisi meja makan yang sejajar dengan dapur, menjadikan gw dapat melihat dapur dan isinya dari sudut mata, tanpa melihat langsung ke arahnya.
Pantas saja gw merinding, dari sudut mata gw melihat teteh berdiri di pojok dapur, tepat di depan kulkas.

Gw gak berani melihat langsung, tapi dapat dipastikan itu adalah Teteh, yang hanya berdiri diam tak bergerak, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Perlahan gw membalikkan badan dan langsung berjalan menuju kamar.

***
Setelah peristiwa nasi bungkus itu, kami semua berharap teh Yanti jangan pernah mengalami langsung kejadian seram yang melibatkan Teteh.

Takut jadi trauma setelahnya..
Teh Yanti sering berkunjung ke #rumahteteh, gak selalu ketika harus mengantarkan pesanan makanan, tapi kadang memang hanya ingin berbincang dengan penghuni rumah.

Tapi dia lebih sering ngobrol dengan Memi atau Sisi.
Kalau para penghuni laki-laki, terbilang jarang ngobrol panjang dengan teh Yanti, akrab tapi gak seakrab pertemanan teh Yanti dengan Sesi dan Memi.

Kami banyak berteraksi dengannya hanya ketika sedang di warungnya aja, entah ketika sedang makan atau pun sekedar minum kopi.
Nah, ada kisah tentang Teh Yanti yang menarik perhatian gw.

Karna sudah mulai akrab, teh Yanti mulai banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya.
Jadi, sewaktu kecil, entah alasannya apa, Teh Yanti dititipkan ke tantenya yang tinggal di Jakarta.

Sedangkan orangtuanya tetap tinggal di Bandung, di rumah yang teh Yanti dirikan warung nasi di halamannya.
Selama tinggal di Jakarta, teh Yanti hanya sesekali datang berkunjung ke Bandung, biasanya ketika liburan sekolah tiba.

Mengetahui hal ini, muncul pertanyaan di benak gw.

"Kalo gitu, tahun 80an teh Yanti udah sering main ke sini dong ya..?" Tanya gw penasaran.
"Oh iya Brii, biasanya libur sekolah aja. Bisa satu bulan tinggal di rumah ini," jawab teh Yanti.

"Berarti waktu itu teh Yanti kenal dengan orang-orang yang tinggal di lingkungan sini dong?" Tanya gw lagi.
"Kenal, waktu tahun 80an kan teteh sudah SMP. emang ada apa Brii?" Jawab teh Yanti yang diakhiri dengan pertanyaan.
Menurut informasi yang sebelumnya gw dapatkan, #rumahteteh itu mulai kosong sejak akhir tahun 80an, setelah itu cukup lama kosong dan gak ter-urus. Baru terisi lagi setelah dijadikan rumah kost oleh pemiliknya yang baru.
Dari situ gw berkesimpulan bahwa seharusnya teh Yanti kenal atau minimal tau siapa penghuni #rumahteteh pada tahun 80an.

Nanti akan terjawab semuanya..

**
Gak terasa waktu berjalan, mengiringi perjalanan hidup kami yang tinggal di #rumahteteh, kira-kira sudah satu setengah tahun kami tinggal di rumah itu.

Banyak kejadian-kejadian aneh dan menyeramkan yang kami rasakan. Sudah banyak kengerian-kengerian yang kami lewati bersama.
Dan seiring berjalannya waktu, mau gak mau, suka gak suka, kami sudah lebih "akrab" dengan teteh.

Kami merasa sudah seperti "keluarga", walaupun pada setiap kejadian yang melibatkan Teteh kami masih ketakutan, masih ngeri.

**
Gw ingat, waktu itu kira-kira ketika enam bulan terakhir kami tinggal di #rumahteteh, karena gw sudah mulai mengerjakan skripsi.
Oh iya, nantinya di skripsi gw tertera ucapan terima kasih buat teteh, karena telah sering menemani dalam pengerjaannya. :)

Ditemani oleh teteh kadang membuat gw terjaga sepanjang malam, membuat pengerjaannya lebih cepat selesai.
Kita kembali ke teh Yanti ya..

Pada waktu itu, gw melihat ada yang aneh dari teh Yanti.

~Apa yang aneh Brii..?
Teh Yanti yang tadinya sering berkunjung ke #rumahteteh, entah untuk mengantar makanan atau sekedar ingin ngobrol, belakangan gw perhatikan dia gak pernah datang lagi.

Apabila harus mengantar makanan, dia akan menyuruh Adit yang mengantarkan.
Gw sempat tanya ke Sisi dan Memi mengenai hal ini, mereka bilang gak tau, teh Yanti gak bilang apa-apa.

Sama hasilnya ketika gw tanya perihal yang sama kepada penghuni rumah yang lain, mereka gak tau juga.

Kecuali Irwan..
Dengan gaya khasnya Irwan bilang, "Mungkin teh Yanti ketemu teteh, jadi ketakutan dia...hehe" begitu katanya.

Sempat punya pikiran seperti itu juga, tapi gw belum benar-benar yakin sebelum langsung dengar dari mulut teh Yanti.

Gw berniat mencari tau, penasaran..

**
Malam itu, sekitar jam delapan, gw sudah duduk manis di warung teh Yanti.

Sambil menghabiskan makan malam, gw sengaja menunggu warungnya sepi, menunggu saat yang tepat untuk berbincang dengan teh Yanti, dan menanyakan tentang kenapa dia gak pernah lagi mampir ke #rumahteteh.
Warung sudah sepi, hanya gw dan teh Yanti yang ada di dalamnya.

Perbincangan pun dimulai.

Awalnya kami hanya ngobrol seperti biasanya.
Teh Yanti adalah tipikal orang yang senang bercerita tentang apapun, sering kali gw hanya menjadi pendengar yang baik, perbincangan hampir selalu beliau yang lebih banyak bercerita.

Tibalah saat yang gw tunggu, saat yang tepat untuk mengeluarkan pertanyaan:
"Teh, knapa belakangan ini gak pernah mampir lagi ke rumah? Ada apa teh?"

Teh Yanti langsung terdiam, air mukanya langsung berubah, yang tadinya berseri-seri mendadak menjadi datar tanpa ekspresi. Gw menyadari gelagat yang aneh ini.
Beberapa saat lamanya dia terdiam,

Setelah menarik napas sebentar, akhirnya teh Yanti bilang, "gak ada apa-apa Brii, teteh sibuk aja di warung, udah mulai rame banget kan", katanya sambil melepas senyum yang tampak dipaksakan.

Gw gak nyerah, gw tau ada yang ditutupi..
"Gak apa-apa teh.., bilang aja" desak gw lagi.

Teh Yanti kembali terdiam..

Cukup lama waktu yang kami habiskan untuk gw memaksa dia untuk mengatakan yang sebenarnya.

Hingga pada akhirnya, teh Yanti mulai berani jujur bertutur.
"Sebenarnya, teteh gak mau cerita, takut kalian jadi gak betah tinggal di rumah itu. Teteh gak mau seperti itu.." begitu katanya.

"Gak apa-apa teh, cerita aja.., cerita yang sebenar-benarnya.." jawab gw sambil mencoba meyakinkannya lagi.
"Yasudah kalau begitu, teteh akan ceritakan semuanya. Tapi kamu janji ya, jangan sampe kalian tiba-tiba langsung pindah semua.." begitu teh Yanti bilang.

"Janji teh.." jawab gw.

Dan teh Yanti pun mulai bercerita..

**
Sekitar dua bulan sebelumnya, pada suatu malam, teh Yanti sedang membereskan warungnya yang memang sudah mau tutup.

Di tengah-tengah kesibukannya, tiba-tiba Adit bilang ada telpon untuknya.

Teh Yanti langsung masuk ke dalam rumah untuk menerima telpon tersebut.
Perbincangan di telpon itu terjadi sangat singkat, hanya beberapa kalimat aja.

Di ujung telpon ada perempuan yang bilang:

"Yanti, bisa mampir ke rumah gak? Temani aku dong, di rumah sepi.."
Awalnya teh Yanti bingung, siapa perempuan di ujung telpon itu. Tapi beberapa detik kemudian teh Yanti menebak kalau itu adalah Sisi.
Kenapa teh Yanti menebak itu Sisi? Karna sudah beberapa kali Sisi menelpon ke rumahnya dengan permintaan yang sama, meminta tolong untuk menemaninya, ketika Sisi memang sedang sendirian di rumah.
Tapi ada yang aneh dengan perbincangan tadi, Sisi memanggil teh Yanti hanya dengan sebutan "Yanti" bukan "teh Yanti" seperti biasanya.

Teh Yanti sempat bertanya-tanya mengenai itu, tapi akhirnya memutuskan untuk gak ambil pusing.
Setelah selesai membereskan warung, teh Yanti langsung berangkat ke #rumahteteh yang jaraknya cukup dekat dengan rumahnya, sendirian.

Waktu itu sudah sekitar jam 10 malam.
Setelah sampai, teh Yanti melihat sekeliling, #rumahteteh terlihat sepi dan tampak kosong di dalamnya. Hanya lampu halaman yang menyala terang.

Gak ada mobil maupun motor yang parkir di halaman.

Gak berfikir macam-macam, teh Yanti berjalan ke pintu depan, dan mengetuknya.
"Assalamualaikum, Sisi..." dia memanggil nama Sisi dari luar.

Gak ada jawaban.

Tapi tiba-tiba pintu terbuka sendiri, gak terbuka penuh, hanya sebagian. Tampak terbukanya seperti ditiup angin.

Teh Yanti langsung membukanya, dan perlahan masuk ke dalam.
Ruang tamu terlihat gelap, kosong..

Teh Yanti melanjutkan berjalan ke ruang tengah, keadaannya sama, gelap dan kosong, hanya sedikit cahaya dari luar yang membantu penglihatannya.

"Sisi.., ini teh Yanti" sekali lagi dia mencoba memanggil Sisi.

Tetap gak ada jawaban..
Suasana tetap sepi dan hening..

Teh Yanti sempat untuk mengurungkan niat dan pulang, karna dia pikir rumah dalam keadaan kosong. Ditambah perasaannya mulai gak enak..

Sempat beberapa saat teh Yanti berdiri di ruang tengah sambil memperhatikan seisi rumah.
Akhirnya dia memutuskan untuk kembali pulang aja, membalikkan badan dan melangkah ke arah pintu keluar.

Tapi baru jalan beberapa langkah, tiba-tiba..

"Yanti, naik ke atas aja, aku di sini"

Ada suara perempuan yang memanggilnya, suara yang terdengar dari lantai atas.
Langsung menghentikan langkah, teh Yanti menjawab, "iya Si.., teteh kira gak ada siapa-siapa.."

Teh Yanti langsung berjalan ke arah tangga.
Dari bawah, lorong tangga terlihat sama, gelap dan kosong.

Perlahan teh Yanti menaiki tangga itu satu persatu di dalam gelap..
Gambaran lantai atas adalah seperti ini:

Tepat di ujung tangga paling atas, ada dua kursi kayu yang di tengahnya ada meja kayu kecil berwarna gelap.

Di depan meja dan kursi itu ada lorong buntu. Di sebelah kanan lorong ada dua pintu kamar, masing-masing kamar Memi dan Sisi.
Lorong depan kamar Memi dan Sisi hanya diterangi lampu kecil, yang cahayanya redup, tapi masih mampu menerangi, jadi gak terlalu gelap total.

Kebayang kan gimana bentuk lantai atas?
Sesampainya di lantai atas, teh Yanti melihat sekeliling.

Menurutnya, saat itu dua kursi kayu di depan tangga terlihat kosong, kedua pintu kamar juga tertutup.

Cahaya lampu lorong yang redup mengantarkan langkah teh Yanti menuju ke depan pintu kamar Sisi..
Sesampainya di depan pintu..

"Assalamulaikum, Sisi...ini Teh Yanti..." teh Yanti kembali mencoba memanggil Sisi..

Gak ada jawaban juga..
Perasaan teh Yanti semakin gak enak..

Buku kuduknya mulai berdiri..

Berkecamuk pikiran teh Yanti, ketika dia semakin merinding..

Tiba-tiba..
"Yanti.."

Ada suara perempuan yang memanggil namanya, suara yang bersumber dari sisi kanan dia berdiri.

Perlahan dia menolehkan wajahnya ke arah sumber suara..
Teh Yanti langsung diam membisu, badannya kaku gak bisa bergerak, ketika dia melihat kursi kayu yang tadinya kosong, tiba-tiba sudah ada yang duduk di atasnya..
Ada perempuan berambut panjang yang duduk di kursi itu, mengenakan baju terusan panjang berwarna gelap, bermotif kembang.

Terpaku teh Yanti melihatnya..
Walaupun sebagian wajah perempuan itu tertutup rambut panjang, dan ditengah redupnya lampu ruangan, teh Yanti dapat melihat wajahnya cukup jelas.
Beberapa saat kemudian teh Yanti menyadari sesuatu..

Dia menyadari kalau dia mengenali wajah itu..

Teh Yanti kenal dengannya..
Perempuan itu terlihat tersenyum memandang teh Yanti yang masih saja diam gak bisa bergerak.

Kaku, kaki teh Yanti seperti mati rasa, gak bisa digerakkan.

Ketika ketakutan memuncak, tubuh teh Yanti lemas, dan jatuh terduduk..
Sambil mulai menangis, teh Yanti bilang:

"Maaf teh, jangan ganggu Yanti.., hampura teh.." ucapnya dengan suara terbata-bata..
"Yanti.." sekali lagi perempuan itu memanggilnya..

Teh Yanti perlahan mengangkat wajahnya, dan menatap ke arah perempuan itu berada.
Perempuan itu terlihat sudah berdiri di depan kursi, masih dengan senyuman di wajahnya..

Kemudian berjalan pelan menuruni tangga,

Dan gak terlihat lagi..

Sementara teh Yanti masih terduduk sambil menangis..

Suasana kembali hening dan sepi..
Perlahan teh Yanti berhasil memaksa tubuhnnya untuk berdiri, dan berjalan menuruni tangga..

Mempercepat langkahnya menuju pintu keluar, tanpa berani sedikitpun meihat ke belakang.

**
Itulah alasannya kenapa teh Yanti gak pernah mau lagi menginjakkan kakinya di #rumahteteh.

Beberapa hari setelah kejadian itu, teh Yanti pergi berkunjung ke rumah adiknya di Margahayu, untuk menemui ibunya. Dan mencari tau tentang perempuan yang dia lihat di #rumahteteh.
Teh Yanti penasaran, karna dia mengenalinya.

Menurut cerita sang Ibu, dulunya perempuan itu memang tinggal di rumah teteh.

Teh Yanti langsung teringat masa kecilnya yang sering berkunjung ke lingkungan #rumahteteh. Yang membuat teh Yanti langsung ingat siapa dia.
Kebetulan juga, dulu perempuan itu cukup akrab dengan keluarganya.

Menurut ibu teh Yanti, perempuan itu meninggal di rumahnya sendiri, cukup menyedihkan prosesnya..

**
Masih di malam itu juga, ketika gw masih berbincang di warung dengan teh Yanti,

tiba-tiba teh Yanti masuk ke dalam rumah..

"Tunggu Brii, teteh mau menunjukkan sesuatu.." begitu katanya.
Gak lama, teh Yanti keluar sambil membawa album foto.

Dia menunjukkan foto semasa dia masih kecil ketika sedang berada di Bandung.
"Ini perempuan itu Brii.." teh Yanti menunjukan satu poto yang berisi beberapa orang. Jarinya menunjuk ke perempuan yang cukup cantik, rambut panjang terurai dengan senyum di wajahnya.

Gw mengenali perempuan itu..

Iya, perempuan itu adalah teteh..
Kemudian teh Yanti bilang:

"Namanya Helena..,dulu orang-orang di lingkungan sini memanggilnya dengan panggilan Teh Lena..."

***
Sekian kisah di #rumahteteh malam ini, semoga kapan-kapan bisa dilanjut lagi..

Terimakasih banyak buat yang sudah mengikuti kisah gw ini..:)

Met bobo, semoga mimpi indah..

Salam
~Brii~ ~Teteh~
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Brii..
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!