Malam ini (mungkin) adalah satu dari dua episode terakhir dari cerita di #rumahteteh. 😢
Sedih sih, tapi emang harus berakhir.
Kalau masih ada yang belum kenal teteh itu siapa, silahkan lihat-lihat tab likes.
Gak kenal maka gak sayang..
Yuk..
#memetwit
@InfoMemeTwit
Kebetulan, gw baru reuni dengan mereka sekitar dua minggu yang lalu, seru..😁
Jadi, masih fresh ceritanya.
Sisi, sebagai kakak, adalah perempuan tinggi langsing yang cukup cantik dengan penampilan yang modis.
Mahasiswi berkulit putih dengan rambut hitam panjang yang selalu terurai.
Perempuan banget..
Asesoris gelang dan cincin selalu menghiasi kedua tangan, make up gothic dengan eye liner di bawah mata.
Gw yang pertama tau tentang tato itu waktu pertama kali membuatnya.
Orangnya pasti sambil cengengesan baca twit ini, maaf ya Mems..😁
Kesimpulannya, Memi dan Sisi adalah perempuan yang baik.
**
Memutuskan untuk gak bercerita, dengan tujuan agar mereka gak ketakutan. Gak mau mengambil resiko, kami memilih diam.
Tapi akhirnya, pada suatu hari ada kejadian yang membuat kami gak bisa menghindar lagi, kami terpaksa harus cerita semuanya, cerita tentang keberadaan teteh di rumah itu.
Benar-benar kaget..
-Memang gimana tanggapan mereka brii?~
Nanti pasti gw ungkap semuanya, gak malam ini..
***
Umur mereka hanya berbeda satu tahun lebih. Berkuliah pada satu almamater tetapi beda fakultas.
Maka tanpa dikomando, mereka langsung mulai mencari rumah yang menurut mereka akan cocok dan nyaman untuk ditempati.
Prosesnya pun cukup aneh,
Proses ketika mereka mengetahui tentang keberadaan rumah teteh..
**
Menurut informasi yang mereka dapatkan, kalau rumah tersebut akan dijual. Rumah yang akan dikunjungi ini terletak di daerah Cigadung, jalan yang mengarah ke daerah Dago.
Menggunakan motor, mereka berboncengan menuju ke alamat rumah tersebut.
**
Terletak pada salah satu dataran tinggi di kota Bandung, jadi udara masih cukup dingin dan sejuk.
Kebetulan, harga yang ditawarkan juga cukup bagus.
Setelah selesai survey dan berbincang cukup lama dengan pemiliknya, mereka pamit pulang.
**
ketika sudah nyaris setengah perjalanan pulang..
Tiba-tiba motor yang mereka tumpangi mogok, berhenti tepat di depan salah satu jalan kecil di sekitar daerah Cikutra.
Jalan kecil yang bersih dan beraspal, jalan yang hanya dapat dilalui oleh satu mobil saja.
“Kenapa tiba-tiba motor mogok ya?, kan kakak baru kemarin servis.” Ucap Sisi dengan nada sedikit kesal.
“Aku jalan deh Kak, siapa tau di sekitar sini ada bengkel.” Memi berinisiatif untuk mencoba mencari bengkel.
Setelah Memi pergi, Sisi berdiri sendiri di mulut jalan itu.
Memperhatikan sekitar, Sisi tersadar kalau ternyata jalan itu sangat sepi, hanya sesekali orang melintas melaluinya.
Padahal hari belum beranjak malam, masih sore.
Perempuan yang entah dari mana munculnya.
Perempuan berumur sekitar 30an yang berwajah cantik, berambut panjang dengan kulit kuning langsat, berpakaian baju panjang warna putih bermotif bunga.
“Nunggu adik saya teh, dia sedang mencari bengkel, motor kami mogok.” Jawab Sisi sambil membalas senyuman.
“Mau pulang teh, kebetulan baru dari melihat rumah”
“Neng-nya sedang mencari rumah yang mau dibeli ya?” tanya perempuan itu lagi dengan ramahnya.
“Iya teh, kok teteh tau?”
Perempuan itu gak menjawab, hanya tersenyum.
Perempuan itu menunjuk ke arah rumah yang jaraknya hanya sekitar 30 meter dari tempat mereka berdiri.
Rumah berpagar besi berwarna hitam dan bertembok putih.
“Itu ada nomor telpon yang bisa dihubungi kok, tertulis di tembok depan rumah.” ucap perempuan itu tanpa menjawab pertanyaan Sisi.
Perempuan itu mengangguk tersenyum, kemudian menjauh, berjalan ke arah rumah yang dia tunjuk tadi.
Sekali lagi Sisi terkejut karena tiba-tiba Memi sudah berdiri di sampingnya.
“Kamu bikin kaget aja..” ucap Sisi.
“Aku lihat dari jauh, tadi kakak seperti sedang bicara sendirian, aneh kakak ini..”
Tapi perempuan itu sudah gak berada di tempatnya lagi.
“Mana?, gak ada siapa-siapa di sini kak.” Tanya Memi penasaran.
Ketika sudah tepat di depan pagar rumah, mereka memperhatikan rumah tersebut dengan seksama.
Rumah itu terlihat harus dicat ulang dan diperbaiki pada beberapa bagian, tapi struktur bangunannya masih tampak kokoh.
Kenapa Sisi tertarik?, karena menurutnya posisi rumah ini lebih dekat ke kampus, dan lebih dekat juga dengan keramaian, dibandingkan dengan rumah di Cigadung yang mereka lihat sebelumnya.
“Ya sudah kak, itu ada nomor telpon yang bisa dihubungi.” Memi mencatat nomor telpon yang terpampang di tembok depan rumah.
Aneh, mesin motor menyala normal, seperti gak pernah mogok sebelumnya.
Mereka berdua berpandang-pandangan, “kok Bisa..?” begitu pertanyaan yang timbul di benak keduanya.
Kenapa motor tiba-tiba mogok dan kemudian tiba-tiba bisa hidup kembali?
Kebetulan?
**
Singkat cerita, sekitar jam tujuh malam mereka berdua sudah berada di depan rumah, menunggu sang pemilik datang.
Gak terlalu lama, ketika tiba-tiba ada mobil yang berjalan mendekat.
Dari dalamnya keluar seorang bapak yang langsung menghampiri mereka seraya memperkenalkan diri.
“Saya Trisno, pemilik rumah ini. Ini neng Sisi ya?.”
“Iya pak, saya Sisi, ini adik saya Memi” Sisi menjawab sambil menjulurkan tangan mengajak bersalaman.
**
Debu tampak menutupi hampir setiap sudut ruangan, seperti sudah lama tidak dimasuki manusia.
“Terus, kenapa Pak Trisno menjualnya lagi? Kan belum lama bapak membelinya.” Tanya Sisi penasaran.
Mereka fokus melihat-lihat keadaan rumah, rumah yang menurut mereka sangat nyaman untuk ditempati.
Iya, mereka suka dengan rumah itu.
**
Tangga yang kokoh mengantarkan langkah mereka bertiga untuk naik, tangga yang pada kanan kirinya adalah tembok.
“Lukisan itu bapak yang beli? bagus pak lukisannya.” Tanya Memi.
Pak Trisno bilang, dia suka dengan lukisan itu, sayang kalau harus dibuang atau dijual. Dan memang benar, menurut Sisi dan Memi lukisan itu memang bagus.
Yang pertama ditemui adalah sepasang kursi kayu jati berwarna gelap yang mengapit meja yang bundar.
Hanya ada satu kamar yang memiliki toilet, tapi masing-masing memiliki akses menuju balkon.
Sisi dan Memi sangat menyukainya, mereka memang mendambakan kamar di lantai atas yang memiliki balkon yang dapat melihat pemandangan ke luar.
“Sebelum kami, apakah sudah ada yang pernah menawar rumah ini Pak?” tanya Sisi,
Cukup lama di lantai atas, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke lantai dasar, dan melanjutkan perbincangan di bawah.
Dia selalu menghindar ketika mereka minta untuk masuk ke salah satu kamar, yaitu kamar yang ada di sebelah toilet paling depan. Kamar agak kecil yang berjendela menembus ke ruang tengah.
Oke, Memi dan Sisi akhirnya menurut.
**
Motor berjalan menyusuri jalan kecil yang menuju jalan besar.
Tepat ketika sampai di ujung gang, Sisi melihat ada perempuan sedang berdiri di bawah tiang listrik.
Sisi yakin, kalau perempuan itu adalah perempuan yang memberikan informasi mengenai rumah yang akan dijual, sewaktu motor mereka mogok pada hari sebelumnya.
Sisi menghentikan motornya, kemudian tersenyum dan berkata: “Teh, terimakasih ya, saya baru aja ke rumah itu.”
Perempuan itu hanya diam dan tersenyum, gak mengeluarkan sepatah katapun.
“Kenapa berhenti Kak?, ada apa?”
“Ini ada teteh yang kemarin memberi tahu tentang rumah itu dek,”
“Teteh yang mana Kak?, gak ada siapa-siapa kok disini. Jangan buat aku takut deh kak..”
Seketika itu juga, Sisi langsung tancap gas meninggalkan tempat itu, menuju pulang.
****
Semua tanya pasti akan terungkap di buku #rumahteteh, yang insyaAllah terbit di akhir tahun, semua harus beli ya..
Sekian kisah #rumahteteh malam ini, thread berikutnya adalah episode terakhir..:)
Met bobo, semoga mimpi indah bersama teteh..
Salam
~Brii~