Profile picture
Brii.. @BriiStory
, 82 tweets, 11 min read Read on Twitter
Hai..

Malam ini (mungkin) adalah satu dari dua episode terakhir dari cerita di #rumahteteh. 😢
Sedih sih, tapi emang harus berakhir.

Kalau masih ada yang belum kenal teteh itu siapa, silahkan lihat-lihat tab likes.
Gak kenal maka gak sayang..

Yuk..

#memetwit
@InfoMemeTwit
Kembali ke awal, gw akan ceritakan proses bagaimana Sisi dan Memi bisa menemukan #rumahteteh, hingga pada akhirnya sukses membujuk kedua orang tua mereka untuk membelinya.

Kebetulan, gw baru reuni dengan mereka sekitar dua minggu yang lalu, seru..😁

Jadi, masih fresh ceritanya.
Memi dan Sisi adalah kakak beradik yang sangat berbeda sifat dan penampilannya, namun yang gw tahu mereka sangat rukun, hanya sedikit pertengkaran-pertengkaran kecil layaknya kakak beradik.
Selama tinggal di rumah itupun, kami penghuni pria, gak pernah melihat sifat-sifat mereka yang kurang berkenan, hanya bawel dan cerewet dalam skala yang wajar, benar-benar dua perempuan yang cukup baik dan punya toleransi yang tinggi dengan penghuni rumah lainnya.
Gw akan bahas sekali lagi mengenai keduanya ya..

Sisi, sebagai kakak, adalah perempuan tinggi langsing yang cukup cantik dengan penampilan yang modis.

Mahasiswi berkulit putih dengan rambut hitam panjang yang selalu terurai.

Perempuan banget..
Sedangkan Memi, perempuan tomboy yang selalu berpenampilan “Laki”, rambut pendek, berkulit lebih gelap dari kakaknya, selalu mengenakan celana jeans sobek dan kaos band metal.
Asesoris gelang dan cincin selalu menghiasi kedua tangan, make up gothic dengan eye liner di bawah mata.
Ada rahasia yang gw pegang sampai sekarang tentang Memi, dia punya tato kupu-kupu cantik di pinggangnya.

Gw yang pertama tau tentang tato itu waktu pertama kali membuatnya.

Orangnya pasti sambil cengengesan baca twit ini, maaf ya Mems..😁
Dari awal perkenalan, kami sudah cukup cocok dengan mereka berdua secara pertemanan, gak pernah ada percekcokan atau masalah yang pelik, semuanya berjalan dengan baik.

Kesimpulannya, Memi dan Sisi adalah perempuan yang baik.

**
Pada awalnya, ketika mulai menyadari tentang keberadaan teteh, kami gak pernah bercerita tentang kejadian-kejadian seram dan aneh yang kami alami kepada mereka.

Memutuskan untuk gak bercerita, dengan tujuan agar mereka gak ketakutan. Gak mau mengambil resiko, kami memilih diam.
Karena kami pikir, toh teteh gak pernah menampakkan sosoknya ketika Memi dan Sisi sedang berada di rumah.

Tapi akhirnya, pada suatu hari ada kejadian yang membuat kami gak bisa menghindar lagi, kami terpaksa harus cerita semuanya, cerita tentang keberadaan teteh di rumah itu.
Tapi ternyata tanggapan Sisi dan Memi di luar perkiraan, kami cukup terkejut mendengarnya,

Benar-benar kaget..

-Memang gimana tanggapan mereka brii?~

Nanti pasti gw ungkap semuanya, gak malam ini..

***
Awal menginjakkan kaki di Bandung, Memi dan Sisi tinggal dalam satu kamar kost di bilangan Jalan Dipatu Ukur. Selama satu tahun mereka tinggal di tempat itu.

Umur mereka hanya berbeda satu tahun lebih. Berkuliah pada satu almamater tetapi beda fakultas.
Hingga pada akhirnya, Tante Lusi dan Om Aan sebagai orang tua mereka, berniat akan membeli rumah untuk tempat tinggal mereka selama berkuliah di Bandung.
Mendengar kabar itu, Memi dan Sisi sangat senang, akhirnya cita-cita untuk punya tempat tinggal sendiri di Bandung akan tercapai.

Maka tanpa dikomando, mereka langsung mulai mencari rumah yang menurut mereka akan cocok dan nyaman untuk ditempati.
Tante Lusi dan om Aan menyerahkan sepenuhnya kepada kedua anaknya itu untuk memilih rumah yang akan dibeli, jadi yang pada akhirnya memutuskan rumah teteh sebagai tempat tinggal, murni adalah keputusan Memi dan Sisi, om Aan dan tante Lusi setuju-setuju saja.
Proses pencarian rumah juga gak terlalu lama, rumah teteh adalah rumah ketiga yang mereka kunjungi untuk disurvey.

Prosesnya pun cukup aneh,
Proses ketika mereka mengetahui tentang keberadaan rumah teteh..

**
Pada suatu hari, Memi dan Sisi berencana untuk mengunjungi dan melihat satu rumah.

Menurut informasi yang mereka dapatkan, kalau rumah tersebut akan dijual. Rumah yang akan dikunjungi ini terletak di daerah Cigadung, jalan yang mengarah ke daerah Dago.
Ini adalah rumah kedua yang menjadi sasaran survey, rumah pertama gagal, karena menurut mereka kondisi rumahnya kurang bagus.

Menggunakan motor, mereka berboncengan menuju ke alamat rumah tersebut.

**
Rumah berlantai dua dengan kondisi yang cukup bagus. Lantai dasar ada tiga kamar, lantai dua hanya ada dua kamar.

Terletak pada salah satu dataran tinggi di kota Bandung, jadi udara masih cukup dingin dan sejuk.
Melihat rumahnya, Mereka sebenarnya cukup cocok, dan mulai berpikir untuk menjadikan rumah tersebut sebagai rumah yang akan dipilih.

Kebetulan, harga yang ditawarkan juga cukup bagus.
Tampaknya, 99% mereka akan memilih rumah itu, dan segera menghubungi orang tua mereka untuk memberitahukan bahwa mereka sudah mendapatkan rumah yang akan dibeli.

Setelah selesai survey dan berbincang cukup lama dengan pemiliknya, mereka pamit pulang.

**
Dalam perjalanan, Memi dan Sisi berbincang dengan senangnya, mereka sangat antusias membicarakan rumah yang baru saja mereka kunjungi. Membicarakan tentang bagusnya rumah tersebut, keadaan serta lingkungannya.
Intinya, mereka cocok dengan rumah itu, dan gak sabar untuk segera memberitahu orang tua mereka tentang hal ini.
Tapi..

ketika sudah nyaris setengah perjalanan pulang..

Tiba-tiba motor yang mereka tumpangi mogok, berhenti tepat di depan salah satu jalan kecil di sekitar daerah Cikutra.

Jalan kecil yang bersih dan beraspal, jalan yang hanya dapat dilalui oleh satu mobil saja.
Memi dan Sisi mendorong motor ke dalam mulut jalan itu, dan berhenti tepat di bawah gapura kecil yang sudah terlihat kusam.

“Kenapa tiba-tiba motor mogok ya?, kan kakak baru kemarin servis.” Ucap Sisi dengan nada sedikit kesal.
Mereka berdua gak mengerti sedikitpun tentang mesin motor, jadi hanya bisa berdiri di samping motor, gak melakukan apapun, dengan wajah bete-nya..

“Aku jalan deh Kak, siapa tau di sekitar sini ada bengkel.” Memi berinisiatif untuk mencoba mencari bengkel.
"Ya sudah, kakak tunggu di sini ya.”

Setelah Memi pergi, Sisi berdiri sendiri di mulut jalan itu.

Memperhatikan sekitar, Sisi tersadar kalau ternyata jalan itu sangat sepi, hanya sesekali orang melintas melaluinya.

Padahal hari belum beranjak malam, masih sore.
Pegal rasanya kaki Sisi berdiri, sudah semakin gak nyaman dia berdiri sendirian.
Ketika sudah cukup lama Sisi menunggu Memi yang tak kunjung datang, tiba-tiba sudah ada perempuan yang berdiri di sampingnya.

Perempuan yang entah dari mana munculnya.
“Nunggu siapa neng?” Tanya perempuan itu sambil tersenyum.

Perempuan berumur sekitar 30an yang berwajah cantik, berambut panjang dengan kulit kuning langsat, berpakaian baju panjang warna putih bermotif bunga.
Cukup kaget Sisi melihat perempuan itu, karena dia benar-benar gak menyadari kehadirannya.

“Nunggu adik saya teh, dia sedang mencari bengkel, motor kami mogok.” Jawab Sisi sambil membalas senyuman.
“Oh begitu, memang tujuannya mau kemana?”

“Mau pulang teh, kebetulan baru dari melihat rumah”

“Neng-nya sedang mencari rumah yang mau dibeli ya?” tanya perempuan itu lagi dengan ramahnya.

“Iya teh, kok teteh tau?”

Perempuan itu gak menjawab, hanya tersenyum.
“Kalau mau melihat-lihat, itu ada rumah yang dijual neng.”

Perempuan itu menunjuk ke arah rumah yang jaraknya hanya sekitar 30 meter dari tempat mereka berdiri.

Rumah berpagar besi berwarna hitam dan bertembok putih.
“Itu rumah siapa teh, rumah teteh?” Tanya Sisi sedikit penasaran.

“Itu ada nomor telpon yang bisa dihubungi kok, tertulis di tembok depan rumah.” ucap perempuan itu tanpa menjawab pertanyaan Sisi.
“Kalau begitu, nanti saya lihat rumahnya deh, saya tunggu adik saya datang dulu. Terimakasih infonya ya teh..”

Perempuan itu mengangguk tersenyum, kemudian menjauh, berjalan ke arah rumah yang dia tunjuk tadi.
“Kak, gak ada bengkel, sepertinya kita harus dorong motor deh..”

Sekali lagi Sisi terkejut karena tiba-tiba Memi sudah berdiri di sampingnya.

“Kamu bikin kaget aja..” ucap Sisi.

“Aku lihat dari jauh, tadi kakak seperti sedang bicara sendirian, aneh kakak ini..”
“Siapa yang bicara sendirian, kakak ngobrol dengan perempuan itu kok..” Jawab Sisi sambil menunjuk ke arah perempuan yang baru saja bicara dengannya.

Tapi perempuan itu sudah gak berada di tempatnya lagi.
Aneh, karena hanya beberapa detik jarak antara perempuan itu pergi dan kedatangan Memi. Cukup cepat dia menghilang dan gak terlihat lagi.

“Mana?, gak ada siapa-siapa di sini kak.” Tanya Memi penasaran.
“Mungkin dia sudah masuk ke rumahnya.” Jawab Sisi, yang akhirnya jadi ikut sedikit bingung.
“Oh iya dek, tadi perempuan itu bilang, kalau rumah itu akan dijual, kita lihat yuk sebentar, siapa tau bagus. Gak ada salahnya kan” Sisi menunjuk salah satu rumah yang ada di sebelah kanan jalan,
Sambil mendorong motor, mereka berdua berjalan mendekat ke rumah yang dimaksud oleh perempuan tadi.

Ketika sudah tepat di depan pagar rumah, mereka memperhatikan rumah tersebut dengan seksama.
Rumah berlantai dua dengan halaman yang cukup luas, terlihat agak kusam, seperti sudah lama tidak ditempati.

Rumah itu terlihat harus dicat ulang dan diperbaiki pada beberapa bagian, tapi struktur bangunannya masih tampak kokoh.
“Bagus dek rumahnya, kakak tertarik deh, kalo kamu gimana?”

Kenapa Sisi tertarik?, karena menurutnya posisi rumah ini lebih dekat ke kampus, dan lebih dekat juga dengan keramaian, dibandingkan dengan rumah di Cigadung yang mereka lihat sebelumnya.
Dan pastinya, rumah itu terlihat sangat nyaman, Sisi seperti langsung jatuh hati.

“Ya sudah kak, itu ada nomor telpon yang bisa dihubungi.” Memi mencatat nomor telpon yang terpampang di tembok depan rumah.
Setelah dirasa cukup, Sisi mencoba menghidupkan motor sekali lagi, berharap semoga saja bisa hidup lagi.

Aneh, mesin motor menyala normal, seperti gak pernah mogok sebelumnya.

Mereka berdua berpandang-pandangan, “kok Bisa..?” begitu pertanyaan yang timbul di benak keduanya.
Tanpa pikir panjang, mereka menaikinya dan pergi dari situ.

Kenapa motor tiba-tiba mogok dan kemudian tiba-tiba bisa hidup kembali?

Kebetulan?

**
Keesokan harinya, memi dan Sisi berencana akan datang kembali ke rumah itu pada malam hari sepulang kuliah, setelah sudah menghubungi nomor telpon pemiliknya.

Singkat cerita, sekitar jam tujuh malam mereka berdua sudah berada di depan rumah, menunggu sang pemilik datang.
Rumah terlihat gelap gulita, gak ada lampu yang menyala.

Gak terlalu lama, ketika tiba-tiba ada mobil yang berjalan mendekat.

Dari dalamnya keluar seorang bapak yang langsung menghampiri mereka seraya memperkenalkan diri.

“Saya Trisno, pemilik rumah ini. Ini neng Sisi ya?.”
Seorang laki-laki berumur sekitar 40 tahun, berlogat jawa, berperawakan tinggi dan berkumis, dengan sebagian rambutnya tertutup uban.

“Iya pak, saya Sisi, ini adik saya Memi” Sisi menjawab sambil menjulurkan tangan mengajak bersalaman.
Setelah berbincang singkat, Pak Trisno mengajak Sisi dan Mimi untuk langsung masuk ke dalam rumah.

**
Di dalam, Sisi dan Memi dapat semakin jelas melihat suasana dan keadaan rumah.

Debu tampak menutupi hampir setiap sudut ruangan, seperti sudah lama tidak dimasuki manusia.
Tapi walaupun begitu, udara di dalam rumah terasa nyaman dan sejuk, tidak pengap seperti layaknya rumah yang sudah lama kosong.
“Jadi rumah ini baru saja saya beli sekitar enam bulan yang lalu, ketika kantor tempat saya bekerja menugaskan saya untuk memimpin kantor cabang di kota Bandung, rencananya memang saya akan ditempatkan di sini dalam waktu yang lama."
"Kebetulan saya dan keluarga memang sejak lama ingin tinggal di Bandung” Pak Trisno membuka perbincangan.

“Terus, kenapa Pak Trisno menjualnya lagi? Kan belum lama bapak membelinya.” Tanya Sisi penasaran.
“Nah, sekitar tiga bulan lalu Ayah saya meninggal. Saya anak tunggal, saya harus menemani dan merawat Ibu saya yang jadi tinggal seorang diri, beliau gak mau ikut tinggal di Bandung. Akhirnya, saya meminta agar dipindahkan kembali ke kampung halaman, Jogjakarta.”
“Syukurlah, Perusahaan mengerti dengan keadaan saya, dan memenuhi permintaan saya agar dimutasi kembali ke Jogyakarta.”
“Kami sekeluarga sudah sempat tinggal di rumah ini selama kurang lebih dua bulan. Kemudian setelahnya, anak dan istri saya kembali tinggal di Jogja, sedangkan saya masih tinggal di Bandung untuk membereskan pekerjaan, dan tentu saja untuk menjual rumah ini.”
“Terus, kenapa rumah tampak berdebu pak?, seperti sudah lama gak berpenghuni, Bapak gak tinggal di rumah ini selama di Bandung?" Tanya Memi penasaran.
“Hmmmm.., setelah anak dan istri saya kembali ke Jogja, saya mengontrak rumah yang lebih kecil. Saya gak bisa tinggal sendirian di rumah sebesar ini.” Begitu penjelasan pak Trisno.
Beberapa bagian dari penjelasan pak Trisno memang agak membingungkan, tapi Memi dan Sisi gak terlalu memikirkan hal itu.

Mereka fokus melihat-lihat keadaan rumah, rumah yang menurut mereka sangat nyaman untuk ditempati.

Iya, mereka suka dengan rumah itu.
Alasan yang paling besar adalah karna harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari pada rumah yang di Cigadung, dengan luas tanah dan bangunan yang jauh lebih besar pula.

**
Setelah menghabiskan waktu cukup lama di lantai bawah, pak Trisno mengajak Sisi dan Memi untuk melihat lantai atas.

Tangga yang kokoh mengantarkan langkah mereka bertiga untuk naik, tangga yang pada kanan kirinya adalah tembok.
Di ujung tangga sebelum berbelok ke kiri, ada lukisan bunga yang berwarna-warni, lukisan besar itu sudah terlihat agak kusam tapi masih indah dipandang mata.

“Lukisan itu bapak yang beli? bagus pak lukisannya.” Tanya Memi.
“Nggak neng, itu sudah ada sebelum saya membeli rumah ini.” Jawab pak Trisno.

Pak Trisno bilang, dia suka dengan lukisan itu, sayang kalau harus dibuang atau dijual. Dan memang benar, menurut Sisi dan Memi lukisan itu memang bagus.
Setelah melewati lukisan, tangga berbelok ke kiri, hanya tinggal beberapa anak tangga lagi, mereka sudah sampai di lantai atas.

Yang pertama ditemui adalah sepasang kursi kayu jati berwarna gelap yang mengapit meja yang bundar.
Di depan dua kursi dan meja, ada lorong yang agak lebar, lorong buntu sepanjang sekitar 10 meter. Sebelah kanan lorong ada dua pintu kamar, yang nantinya akan menjadi kamar Sisi dan Memi.

Hanya ada satu kamar yang memiliki toilet, tapi masing-masing memiliki akses menuju balkon.
Itulah keadaan di lantai atas, cukup sederhana bentuknya, tapi nyaman.

Sisi dan Memi sangat menyukainya, mereka memang mendambakan kamar di lantai atas yang memiliki balkon yang dapat melihat pemandangan ke luar.
Pak Trisno cukup antusias menjelaskan dan memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut Sisi dan Memi, tampak sekali dia sangat menginginkan agar rumahnya cepat terjual.

“Sebelum kami, apakah sudah ada yang pernah menawar rumah ini Pak?” tanya Sisi,
“Ada beberapa neng, tapi semuanya mundur tanpa alasan yang jelas. Ya saya gak bisa memaksakan..” Jawab pak Trisno singkat.

Cukup lama di lantai atas, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke lantai dasar, dan melanjutkan perbincangan di bawah.
Menurut mereka, pak Trisno tampak agak aneh sikapnya ketika berada di lantai bawah.

Dia selalu menghindar ketika mereka minta untuk masuk ke salah satu kamar, yaitu kamar yang ada di sebelah toilet paling depan. Kamar agak kecil yang berjendela menembus ke ruang tengah.
“Kamar itu sangat kotor dan bau neng, nanti saja setelah dibersihkan neng berdua bisa melihat ke dalam.” Begitu jawab Pak Trisno.

Oke, Memi dan Sisi akhirnya menurut.
Malam itu, mereka juga bilang ke pak Trisno, kalau mereka jadi membeli rumah itu, nantinya kamar yang ada di lantai bawah, semuanya akan dijadikan kamar kost, jadi mereka berdua gak akan sendirian tinggal di situ.
“Oh, itu lebih bagus neng. Jadi rame kan rumahnya ya.” Pak Trisno terlihat cukup lega mendengar informasi seperti itu.

**
Singkat cerita, kunjungan malam itu selesai. Memi dan Sisi pamit pulang, dan berjanji akan memberi kabar secepatnya.
“Tolong dijadikan saja ya neng, saya sudah ingin cepat-cepat pulang ke Jogja. Saya jamin, neng sekeluarga gak akan kecewa dengan rumah ini.” Begitu pak Trisno menutup pertemuan.
Setelah sudah berada di atas motor, mereka keluar halaman rumah.

Motor berjalan menyusuri jalan kecil yang menuju jalan besar.
Tiba-tiba..

Tepat ketika sampai di ujung gang, Sisi melihat ada perempuan sedang berdiri di bawah tiang listrik.

Sisi yakin, kalau perempuan itu adalah perempuan yang memberikan informasi mengenai rumah yang akan dijual, sewaktu motor mereka mogok pada hari sebelumnya.
Perempuan itu tetap manggunakan pakaian terusan panjang berwarna putih dengan motif bunga.

Sisi menghentikan motornya, kemudian tersenyum dan berkata: “Teh, terimakasih ya, saya baru aja ke rumah itu.”

Perempuan itu hanya diam dan tersenyum, gak mengeluarkan sepatah katapun.
Memi yang dari awal begitu fokus dengan HP nya bertanya kepada kakaknya,

“Kenapa berhenti Kak?, ada apa?”

“Ini ada teteh yang kemarin memberi tahu tentang rumah itu dek,”

“Teteh yang mana Kak?, gak ada siapa-siapa kok disini. Jangan buat aku takut deh kak..”
Benar saja, ketika Sisi memaling kan wajah kembali ke tempat perempuan itu berdiri, ternyata dia sudah gak ada di tempatnya, sudah menghilang.
“Kemana perempuan itu pergi?” tanya Sisi dalam hati.

Seketika itu juga, Sisi langsung tancap gas meninggalkan tempat itu, menuju pulang.

****
Itulah awalnya, ☺️

Semua tanya pasti akan terungkap di buku #rumahteteh, yang insyaAllah terbit di akhir tahun, semua harus beli ya..

Sekian kisah #rumahteteh malam ini, thread berikutnya adalah episode terakhir..:)

Met bobo, semoga mimpi indah bersama teteh..

Salam
~Brii~
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Brii..
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!