Profile picture
anon @enjoyajasay
, 24 tweets, 3 min read Read on Twitter
“Setelah sekian lama, perasaanku masih sama.”

— Friendzone (👧x👨) Part 2
aku adalah diriku. dengan sejuta kekuranganku. gadis berisik, bawel, cerewet, yang kerap memaksa semesta agar bertemu sekali lagi denganmu.
setelah perpisahan kala itu, segalanya terasa mudah. tak ada lagi ukiran kisah yang indah. tak ada lagi getaran-getaran di dada seperti biasanya. semuanya seolah musnah, tergantikan oleh kisahku yang biasa-biasa saja.
mungkin kamu bukan yang pertama, tapi harusnya kamu percaya. ketika aku sudah mencintai seseorang, maka akan kucintai dia lebih lama daripada selamanya. kedengarannya bagaimana? jangan remehkan sumpahku, aku sedang bersungguh-sungguh.
pada akhirnya semesta juga mendukung, memberiku peluang untuk bertemu denganmu sekali lagi. melihatmu terakhir kali.
Jogja, 2015.

aku bersyukur pada acara sekolah baruku. membuat si dia yang kutunggu akhirnya ikut pergi bersama ayahnya yang bekerja sebagai guru. ya, ayahnya guru disekolahku.
kamu duduk dibelakangku, bercanda bersama teman perempuanmu tanpa memikirkan perasaanku. lantas aku berpikir; harusnya perempuan itu adalah aku. nyatanya itu hanya harapan semu.
tapi melihatmu baik-baik saja, rasanya sudah jelas. aku harus menuntaskan perasaanku dengan tegas, kan?
tapi semua tak semudah itu. aku masih menyayangimu dan berharap kita memulai semuanya seperti dari awal kita bertemu. tapi sepertinya kamu tak mau. memikirkan soal itu, awan seolah ikut bersedih pada perasaanku. lalu setelahnya, hujan mengguyur pada hari itu.
ayahmu selalu menarikku. seharian aku bersamamu, tiap jam aku berdiri di sisimu, tapi kamu seolah mengabaikanku. apa salahku? kita berdua bagai dua insan yang bisu. tak ada lagi canda konyolmu seperti yang kamu lakukan di hari perpisahan itu.
lalu aku mengerti. setiap kisah yang berujung pada berpisah, memang tak mudah untuk bersatu kembali seperti sedia kala. seperti kita berdua, hanya kecanggungan yang melingkup seolah memeluk kita, mendekap kita se erat-eratnya sampai lupa pada kosa kata.
padahal sudah banyak kalimat yang kususun untukmu saat kita bertemu lagi, tapi semuanya terpecah belah dalam satu waktu. melihatmu yang menatapku begitu datar dan dingin, membuatku kembali mengingat siapa diriku, hah, hanya upik abu.
kupikir hariku terasa indah saat bersamamu, apalagi kita hanya diberi kesempatan tiga hari untuk melepas rindu. ah, bukan tentang ‘kita’, tapi hanya aku, bersama rasa rinduku. hari itu terasa abu-abu, benakku bertanya-tanya, “Mengapa kamu seperti itu?”
ternyata dugaanku kemarin meleset jauh seperti yang kukira. hari mingguku menjadi istimewa saat pertama kalinya kamu berbicara padaku, mengajakku makan malam bersama ayahmu, juga teman perempuanmu itu. tapi, sekarang bukan waktunya untuk cemburu, kan?
pada minggu malam itu, tak hentinya aku menarik sudut bibirku menjadi lengkungan manis, senyuman yang hanya kuberikan untukmu. suasana kala itu tak lagi canggung, kamu menganggapku seolah melupakan sikap dinginmu kemarin yang melukai hatiku.
lalu kita bertukar cerita tentang kisah-kisahku dan kisahmu. mendengar banyak raihan prestasi disekolahmu berhasil membuatku semakin merasa kecil. semakin membuatku yakin kalau aku tak pantas bersanding denganmu.
siapa, sih, aku? bocah nekat yang berani-beraninya mencintaimu.
pertemuan itu tak sepenuhnya membuatku bahagia. bolehkah aku mendekapmu lebih lama? paling tidak, izinkan aku menggenggamu selama beberapa menit. aku ingin melakukannya sampai sakit rasanya. tapi aku bukan siapa-siapa, rasanya begitu serba salah.
pada akhirnya, kita sampai pada perpisahan kedua. tak tau kalimat apa sebagai penutupnya. kita berdiri saling berhadapan tanpa suara. mengabaikan suara berisik kendaraan yang berlalu lalang disamping kita. kupikir ini mimpi, ternyata ini nyata.
lagi, lagi, dan lagi, aku tak bisa menggenggam sesuatu yang kekal. aku selalu merasa kehilangan. pada akhirnya aku sadar, ada cita-cita yang harus kamu kejar. laki-laki hebat sepertimu layak mendapat gadis hebat yang kelak akan bersanding denganmu.
rasanya lebih sakit daripada sakit, lebih perih daripada perih, tak tau kata apa yang cocok untuk mengungkapkan kekecewaanku. sebenarnya, aku kecewa apa kamu atau diriku? kecewa karena kamu pergi lagi, atau aku yang padahal rindu tapi gengsi?
tidak tau. maka kuputuskan untuk mengambil keduanya sebagai alasan. aku membenci diriku yang selalu bungkam saat bersamamu, padahal banyak hal yang ingin kukatakan namun seolah tertelan di dada.
lalu,
akhirnya kita benar-benar berpisah tanpa aba-aba. tak ada pelukan, tak ada gurauan, tak ada air mata. semua terasa biasa aja, seolah kita akan baik-baik saja. mungkin kamu iya, atau mungkin kamu begitu pandai mengubur rasa.
kepada Tuhan sang pengendali hati, bolehkah aku meminta pertemuan tanpa perpisahan ketiga?
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to anon
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!