Thread by @Mentimoen

Memahami masalah Uighur di China hrslah pake kacamata yg jernih dan berimbang, bukan dari hasil propaganda.

Apakah benar China mencoba memaksakan perilaku sehari2 di Xinjiang pada Uighur? Jawabnya: Benar.. Mmg itu China lakukan.

Apakah China mencoba mengatur cara warga Uighur berpakaian? Jawabnya lagi lagi Benar.. Ga ada gunanya ditutup2i, Chinapun tahu soal itu.

Tetapi apakah itu Genocide Budaya, nah ini nanti dulu, budaya yg mana dulu...

Sejak awal pemerintah China mendukung pelestarian budaya & bahasa Uyghur, itu bisa dilihat dari poster2 propaganda pemerintah China dari dulu. Puluhan thn lalu, cara berpakaian Uyghur sama sekali beda dgn sebagian saat kini.

Bbrp dekade lalu, sewaktu radikalisme dan fundamentalisme agama mulai melanda wilayah itu, negara tetangga Afghan jatuh ke tangan Taliban, Pakistan makin penuh Islamist radikal. Eh cara berpakaian mulai berubah.

Perubahan pelan2 ini awalnya tidak ditanggapi pemerintah China. Kemudian ketika mulai muncul pemboman di China, serangan2 dipasar dgn pisau, dsb, pemerintah disana mulai waswas. Iya, ini trend seluruh dunia, seluruh dunia juga kena terror Islamist. Ttpi China ga mau dikerjain.

Mulailah dilakukan pembatasan2 cara berpakaian dsb. Poster2 bermunculan untuk mengajak warga Xinjiang kembali ke pakaian tradisional Xinjiang, bkn gaya pakaian yg barusan diimport dari Timur Tengah...

Propaganda pemerintah memperlihatkan mana yg baik diikuti, mana yg buruk. Tetapi apakah itu genosida budaya Uyghur? Sebenarnya, bukankah itu bisa dilihat proses mencegah budaya Uyghur dari habis total diganti dgn budaya ala Wahabbi?

Untuk standard Barat, hal ini keterlaluan, moso mengurusi pakaian warga. Tetapi ini China. Semua aliran atau ajaran yg masuk ke sono hrs melalui proses sinifikasi, atau di indonesia namanya penusantaraan. Agama Buddha, dibikin jd Buddha China, Kristen dibikin jd Kristen China.

Masjid2 awal di China (Islam masuk China sdh 1400 thn, jauh2 sebelum Nusantara), semua mengalami proses akulturasi budaya, sinification.

Jadi mo diapain, China mmg begitu dari ribuan thn lalu, mrk berpegang pada budaya lokal, sambil menyerap budaya luar.

Jdi kalopun ada genosida budaya di Xinjiang, yg digenosida itu budaya radikal ala Timteng modern yg melanda dunia dekade2 belakangan ini. Tetiba seluruh dunia kok jadi seragam ya?

China mengambil keputusan untuk menolak ikutan trend tsb. Itu masalahnya.

Islam di China juga dinamakan sebagai QINGZHEN. Jadi namapun diubah, masjid kuno ditulis nama itu. Artinya malah bagus, JERNIH MURNI.

Nah, dari dulu label halal dipakai nama ini, Qingzhen. Kalo ada kata ini, artinya halal.

Untuk masa modern, malah kata Qingzhen (halal) menjadi ngetrend di China. Krn kata jernih murni itu mencerminkan makanan sehat. Akhirnya warga China yg peduli kesehatan banyak membeli makanan Qingzhen, kira2 dianggap spt makanan organik kali, padahal ya ga begitu.

Tetapi akhir2 ini Label Qingzhen mulai menghilang diganti dgn kata Arab, HALAL. Di salah satu kota di Gansu, pemerintah kota melarang pelabelan dgn bahasa Arab, dan mengembalikan dgn label Qingzhen.

Nah itu kemudian rame di dunia muslim, katanya melarang makanan halal.

Padahal soal halal haram mah sama aja, yg diganti label tok. Kembali ke label yg dipakai sejak ratusan tahun lalu. Pemerintah disono menolak pengaraban budaya.

Jadi apakah itu salah? Hhmm... menurut sy malah lebih baik ditiru negara2 lain lho..

Sekarang di Indonesia sama saja, ada teriakan dari kelompok berbudaya tradisional yg merasa terancam budayanya menghilang diganti budaya Arab....

Pada dasarnya, apa yg terjadi di China sama aja, cuma disana, pemerintah memihak kelompok budaya lokal tanpa malu2 kucing aja..

Jadi apakah itu Genosida Budaya, atau malah mencoba mencegah Genosida budaya lokal oleh ajaran Islam Transnasional?

Ya setiap org ada pilihannya masing2... Kalo kamu Islamist, teriak protes di Kedubes China sono.