Atau juga emosi sekunder; misalnya si mas mas ini sebenarnya malu/takut/tau dia salah tapi ditutupi oleh kemarahannya
Yang mana yang terjadi? Saya juga ga tau. Saya ga ikut wawancara masnya 🙄🙄
Saya nyimak aja. Lagi ga enak badan dan ngerjain tesis
Selaras dgn kedua orang panutan saya, kemarahan tdk selalu perlu ditahan/dilampiaskan. Ada cara lain, yaitu disadari dan diterima(mindful)
Perasaan itu hanya sementara, sebentar lagi dia akan mereda
Maka jangan lakukan hal hal yang membuat kita menyesal atas sesuatu yang sementara. Beri jeda antara emosi dan perilaku
Kenyataannya, kita punya pilihan, yang tidak mudah tapi lebih indah
Belajar menyadari emosi, memberi jeda antara emosi dan perilaku. Dan mengijinkan emosi mereda dalam kesadaran
Saya meningkatnya jadi TUAS
T-UNDA
U-NDUR
A-MATI
S-ADARI
Tunda semua yang ingin kamu lakukan. Kamu ingin unboxing motor? Unboxing hape? Unboxing aspal? Tunda semua keinginan dan dorongan itu. Pokoknya jangan dilakukan. Kenapa? Karna jelas saat itu kita tidak bisa berpikir sehat, kita sedang dipenuhi emosi.
Jika memungkinkan, mundurlah dari situasi yang mencetuskan stres berat itu. Keluar dari ruangan, pergi ke toilet, sekedar mencuci muka dengan air dingin akan membantu sedikit menjernikah pikiran
Apalagi kalau cuci muka pakai air es (saya serius di bagian air es)
Amati yang ada pada lingkungan sekitar, amati apa yang terjadi dalam dirimu, amati apa yang terjadi pada orang di dekatmu; dan amati apa yang sebenarnya ingin kamu tuju, dan apa yang dorongan ini ingin lakukan.
Coba sadari posisi diri kita sebagai subjek, ambil sudut pandang orang kedua, juga sebagai orang ketiga. Sadari kejadian ini dalam konteks yang berbeda. Sadari sebuah perasaan bisa bermakna bermacam macam bergantung sudut pandang
Jadi yuk belajar jadi pribadi yang bertanggung jawab atas apa yang kita pilih kita lakukan dalam keadaan emosi sekalipun 🙏