Yang salah adalah apa yang kita lakukan setelah kita merasakan perasaan tersebut. Apakah kita bijak berpikir dalam menelaah rasa? Atau spontan saja mengikutinya?
Pertama, sadari bahwa semua perasaan itu sementara. Termasuk cinta yang diagung agungkan pun hanya sementara. Sadari, apakah benar kamu mau bergerak karena sesuatu yang sementara ini? Atau mau berpikir melampaui yang sementara?
Cinta mu itu sementara
Kerusakan rumah tangga itu melampaui perasaanmu yang sementara
Kerusakan anak anak di rumah tangga itu bahkan lebih panjang lagi akibatnya
Kamu bertindak atas dasar yang sementara? Atau membiarkan rasa ini berlalu
Kalau kita benar sadar rasa ini sementara, maka sekalipun terasa berat saat ini melepaskan dia, kita sadar bahwa ini pun sementara.
Suatu hari hal ini akan jadi mudah
Atau menyadari bahwa amarah ini pun sementara
Akibat dari amarah yang saya ledakkan mungkin bisa melampaui yang sementara ini
Adakah saya mau bertindak lebih baik ketika saya marah?
Langkah kedua adalah, melambatlah. Niatkan untuk melambatkan semua, kecepatan bergerak, bicara, melihat, merasa dan berpikir. Lambatkan semuanya sampai kita bisa melihat lebih jelas
Aku ingin cepat melampiaskan marah
Aku ingin cepat bersama dengan dia
Aku ingin cepat senang
Aku ingin cepat... Cepat... Cepat...
Selama kita masih mengikuti yang cepat cepat ini, kita sulit menelaah dgn jujur
Tidak perlu cepat cepat memiliki
Tidak perlu cepat cepat marah
Tidak perlu cepat cepat ingin senang
Tidak apa saat ini sakit, tidak apa saat ini tidak nyaman, tidak apa saat ini terluka. Bahkan semua itu pun baik
Tidak perlu terburu buru
Biarkan diri ini berproses untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik