Thread by @zoelfick

Prabowo itu bukan pembawa agama. Dia juga bukan pemuka agama.

Kok bisa ada yang terpikir, bahwa membelanya mati-matian tanpa peduli dia salah atau benar, sama dengan membela agama?

Kalau alasannya adalah banyak ulama di belakangnya, lha kurang apa coba jumlah ulama di belakang lawannya?

Kalau alasannya adalah ulama di belakang Prabowo lebih baik, coba lihat lebih baik, ulama di kubu mana yang mengajak bernegara dan beragama dgn cara² baik?

Lihat lagi, ada berapa orang dari begitu banyak ulama yang berdiri bersama Jokowi yang pernah pamer amarah dan hasutan?

Bisa dipastikan hampir tidak ada.

Dari sana cukup terlihat, bahwa klaim yang mengatakan membela Prabowo adalah setara dgn membela agama, hanya propaganda utk mengusik kewarasan saja.

Mereka tahu, di tengah mayoritas umat Muslim di negeri ini mmg tidak seluruhnya berpendidikan baik dan terlatih bernalar dgn baik.

Mereka memanfaatkan realitas itu utk menanam berbagai propaganda, hasutan, s.d provokasi.

Hasutan s.d provokasi tadi mmg terbilang berpengaruh.

Ada bukti bgm banyaknya pendukung Prabowo yg berani memamerkan ancaman lewat video dlsb.

Mereka bisa seberani itu krn tersugesti oleh waham bahwa mereka membela Prabowo sama dgn membela agama.

Padahal, sori, tak ada yg benar² bisa buktikan seberapa agamis seorang Prabowo.

Bahwa ia belakangan rajin tampil dgn ulama, kupikir itu hanya caranya saja sbg seorang politikus yg memang butuh branding yg relevan dgn "pangsa pasar" yang ia sasar.

Apakah krn kedekatan dgn "ulama" lantas Prabowo jadi representasi Islam? Tentu saja tidak.

Sebab bukan rahasia, politikus mmg butuh utk membangun kedekatan dgn siapa saja.

Bahkan dgn musuh pun, sepanjang memungkinkan tetap akan dibangun kedekatan itu.

Sebab dlm politik, bukan rahasia, kepentingan di atas segalanya. Prabowo terlihat rajin bersama ulama, pun krn alasan kepentingan politiknya.

Apalagi dekat dgn "ulama" yg memang garis keras, ia dan mereka sama² saling berangkat dr kepentingan masing².

Kalau saja menang, bkn mustahil mereka akan berkelahi lagi utk mengukuhkan siapa lebih berhak mengatur siapa.

Keberadaan para "ulama" tadi mmg berpengaruh dan menguntungkan Prabowo. Terlepas kembali gagal menang, suara ia dapat msh bisa disebut signifikan.

Mau tidak mau, suara besar yang diraup Prabowo--meski kalah besar drpd lawannya--harus diakui terjadi krn andil mereka yg berperan sbg "ulama" di lingkarannya.

Kenapa saya sebut "ulama" bukan ulama. Sebab, di kubunya mmg adanya kalangan yg paham agama, punya ilmu agama, tapi blm bisa dikatakan ulama besar.

Ia cuma punya sekelompok orang yang lihai bicara agama dan lebih tenar.

Tenar bukan benar. Ketenaran mereka pun tidak menjamin kebenaran.

Toh, Prabowo tiap bicara di depan mereka pun acap tak mampu bisa bicara dengan benar. Setidaknya, data-datanya sering tidak benar.

Ia punya pengikut dr kalangan lebih tenar, memang benar. Namun sekali lagi, hanya lebih tenar. Belum tentu lebih benar.

Terbukti, ada "ulama" di belakangnya yg meyakinkannya akan menang kali ini pun terbukti tidak benar.

Kenapa? Sebab ia bersandar pd "ulama" yang tenar, namun belum pasti benar.

Terbukti, ramalan "ulama"-nya mmg tidak benar.