Thread by @sasisudibyo

Berawal dari ghibah soal free sex sama ponakan2, berakhir diskusi tentang kenapa kok kami, Jawa Ortodoks ini, begitu repot memperlakukan darah menstruasi.

"Apa gara2 bakal dijilatin genderuwo kalo ga dicuci?"

Oh bukan begitu anak manis...

Sedari sebelum mens pertama, saya udah diwanti2 sama Mama dan kakak perempuan saya untuk SELALU MENCUCI BERSIH darah menstruasi baik yang tertampung di pembalut maupun yang beleber ke underwear, apalagi yang tembus ke baju/ sprei.
Dan harus dilakukan sendiri, g boleh orang lain.

Dan sebisa mungkin, sisa pembalut kotor yang masih ada dan ga bisa bersih dicuci itu dikubur, dan tidak dibuang sembarangan. Dibungkus sedemikian rupa sampai ga kelihatan.

Wawww ribet yhaaaa...
Nanges lah jadi perempuan jawir ortdoks ini hmmmmhhh 😭

Bertahun2 saya melakukannya, manut aja tanpa penjelasan. Sampai satu hari Pakde, guru kami, bercerita tentang filosofi sel-sel reproduksi dan hubungan suami istri.

"Jangan paksakan hubungan badan ketika salah satu dari kalian lelah. Kalau perlu, tunggu istrimu yang minta jatah"

LHO PIYEE?!
KOK ISO?!

"Di rumah, perempuan paling lelah, apalagi kalau mereka bekerja, jadi biarlah mereka yang memulai supaya kamu tau kapan mereka bersedia...

... sehingga persetubuhan dilakukan dengan ridho kedua belah pihak."

LHA NEK AKU PENGEN PIYE *suara hati bapak2 horny-an*

"Tunggulah sampai istrimu siap, lakukan dalam keadaan kalian berdua bersih, mandi sebelum berhubungan, dan berdoa sebelum memulai"

"Supaya apa? Supaya jadi atau tidak pertemuan sel telur dan sperma itu, mereka akan menjadi keberkahan bagi kalian.
Kalau ternyata jadi anak, maka jadilah ia anak yang diberkahi, kalau tidak, maka gagalnya sel2 telur dan sperma itu akan menjadi 'bekal akhirat' kalian"

Berat yha

Kami mempercayai bahwa gelombang pikiran maupun hati akan sampai kepada yang dituju walaupun belum diucapkan.
Maka kami dituntut untuk selalu berpikir dan berprasangka baik. Supaya gelombang yang sampai juga baik.
Termasuk dalam berhubungan suami istri.

Ditakutkan, jika dilakukan dalam keadaan terpaksa, marah, atau nggresulo, vibe negatifnya bakal sampai ke si calon jabang bayi, dan dikhawatirkan kelak akan jadi sifat si anak.

Nahlo...

Nah kalau gagal, dalam artian ternyata fertilisasi tidak berhasil:
Sel telur luruh menjadi darah menstruasi dan sel sperma sudah dikeluarkan, maka wajib diperlakukan dengan baik sebagaimana memperlakukan 'calon jabang bayi' yang gugur.

Itulah kenapa, darah menstruasi menjadi WAJIB dibersihkan dan dikubur, karena ya itu tadi, mereka adalah simbol gugurnya calon jabang bayi yang gagal dibuahi.

Bagaimana dengan sperma?
Kurang lebihnya ya sama. Dibersihkan dengan cara yang baik dan...

... dihimbau untuk nggak buang2 sperma sembarangan. Termasuk colok sana sini walaupun ga tembak di dalem.

Bagaimanapun, mereka, sel telur dan sperma, adalah benih kehidupan. Bagaimana hasilnya tergantung bagaimana kita menyemainya.

Sopo nandur, ngundhuh.

Buat saya pribadi, tidak melakukan seks pranikah bukan perkara glorifikasi keperawanan dan tunduk pada patriarki, tapi lebih kepada penghormatan atas hidup dan kehidupan.

🙏🏼🙏🏼🙏🏼

Bagiku keyakinanku, bagimu keyakinanmu 😊