Tanpa dia sadari dirinya tertidur di istana ular selama sebulan lamanya, pengalaman ini yang membuatnya berhenti bekerja sebagai pemburu ular.
“Isyarat apa dik?” Tanya ku kesal.
“Isyarat bahwa kita tidak boleh melanjutkan perjalanan ke gunung Manggar”. Jawabnya
Ya, Sodik takut pada cerita yang tersebar mulut ke mulut yang belum pasti kebenarannya itu.
“Maksudmu, Gunung Manggar ini tempat yang angker?” Ucapku mengejek.
Melihat kemauannya tidak bisa dibelokan akupun mengalah. Kuberi dia uang untuk menambal ban dan kusuruh dia pulang. Sedang aku berjalan ke pangkalan ojek dan mencari kendaraan kesana.
Setelah itu aku melangkahkan kaki ke jalan yang diapit semak belukar, lebat. Tidak lupa aku pasang mata dan telinga mencari jejak jejak yang dilalui ular. Tapi begitu diikuti jejaknya selalu terputus dan hilang ditengah jalan
Aku yakin disekitar tempatku berdiri banyak terdapat ular ular yang akan kuburu. Keyakinan ini muncul karena naluriku yang mengatakannya.
Karena itu aku terus mempertajam lagi mata dan telinga, kususuri jalan sambil memperhatikan sekeliling. Setelah lelah berjalan dan tubuh ku basah dengan keringat,
Untuk menghilangkan kekesalan kuhisap rokok sebatang. Aku beristirahat untuk mengembalikan tenaga pada saat itu juga aku merasa ada yang mengawasiku dari jauh.
Entah siapa dan Entah dimana?
@bacahorror @bacahorror
Namun usahaku kali ini pun sia-sia. Ular ular laknat ini pun tak kunjung kutemukan.
Tanpa terasa kekesalanku memuncak dan aku mengumpat tanpa tahu siapa yang kuumpat.
Berarti...? Selama ini langkah ku ini hanya berputar putar melewati tempat yang sama
Lariku cukup kencang, namun anehnya aku tak dapat menyusulnya padahal ia berjalan dengan tertatih tatih.
“Tolonglah saya, kek saya tersesat. Tolong antarkan saya turun menuju desa terdekat” pintaku saat berada dihadapannya
Seperti terkena hipnotis aku tak kuasa untuk menolak ajakannya. Aku ikuti langkahnya yang tertatih tatih tanpa sedikitpun berbicara.
Ya, istana yang megah, aku hampir tidak percaya dengan penglihatanku. Benarkah diatas gunung ada bangunan yang menyerupai istana??
Tanya si kakek sambil berdiri.
“Saya sedang berburu ular” jawabku
“Mengapa hewan tak berdosa ingin kau buru?” Tanya si kakek lagi
“Untuk dijual lagi, kata orang daging ular bisa dibuat obat” kataku lagi.
“Soal itu bukan urusan saya kek, saya hanya mencari nafkah untuk anak dan istri” kataku dengan suara gemetar.
“Ma..af kek kalau pekerjaan saya kurang berkenan di hati kakek” jawab ku gemetar dengan perasaan takut yang tiba tiba datang
“Saya akan berusaha kek” jawab ku sedih
Mendengar jawaban itu kakek di hadapanku tersenyum, meski senyumnya terkesan dingin.
Bagai kerbau dicocok hidungnya, aku ikuti perintah sikakek. Aku atur posisi sebaik mungkin kemudian aku tatap lampu kristal yang berkelap kelip diatas kepalaku.
“Astaghfirullah!” Ucapku tanpa sadar.
Setelah itu, perlahan-lahan aku merangkak turun dr atas btu. Setelah melihat keadaan sekeliling, aku kemudian melangkak kaki ke jalan setapak
Entah sudah berapa lama aku melangkah, aku tak tahu pasti aku baru menghentikan kaki saat kulihat serombongan pencari kayu yang sedang melakukan pekerjaan mereka
Mereka tidak menanggapi permintaan ku seolah olah aku dianggap tidak ada oleh mereka
“Sudah berapa lama kejadian sejak berangkat mencari ular hingga saat ini?” Tanya nya kepada ku
“Baru kemarin. Aku hanya tinggal semalam di rumah kakek misterius itu” jawab ku
“Kamu salah, tanggal dan bulan yang kamu ceritakan itu bulan lalu udah lewat jadi kamu tinggal disana sudah 1 bulan” jawab nya serius
Disaat petani itu menjelaskan keadaan sekarang disitu juga aku baru menyadari keadaan diriku yang dulunya berisi sekarang tinggal tulang yang terbungkus kulit
Yang pastinya setelah kejadian itu aku memutuskan untuk tidak berburu ular dan menjualnya.
Aku kapok!.
@bacahorror #bacahoror