Kecil-kecilan, sih. Tapi, lumayan membuat uang menjadi tanaman yg mampu berkembang biak.
Apakah aku menjalani pekerjaan sbg rentenir? Hush! Rajin² dalami dunia lain buat cari uang dong.
Atau, kalau tidak, uber tanah di tempat² terjangkau. Simpan dulu, kapan2 memungkinkan, harga enak, jual. Beli lagi, jual. Begitu, Mblo.
Itu para SJW, hal dilarang agama saja mereka berani bajerin, kok. Masak kalian minder bicara hal yg tidak terlarang?
Apakah aku minder? Lha, ngapain minder, toh kehidupan mrk yg gemar mencibir itu ketaker, kok.
Elu yang cari makan dgn tangan sendiri mau minder? Jangan deh. Harga elu bukan ditentukan mereka, kok.
Terutama jika label lo sudah level influencer, dimana tiap kata dan konten lu, jadi perbincangan orang.
Lu cuma perlu tampilkan keahlian elu: menulis, merapikan pikiran, punya wawasan, berbagilah.
Termasuk belasan artikel ttg tokoh politik, tanpa dibayar. Kenapa? Sebab itu pengejawantahan prinsip, tunjukkan kemampuan lu sampai dunia tahu keahlian lu.
Silakan simak jg bgm seorang @zarryhendrik bisa beromset ratusan juta dr keahliannya menulis.
Ia mengawali dgn berbagi, memberi. Netijen pun hampir tdk ada yg nggak kenal karyanya.
Aku mengawali dgn menulis gratis, dan baru pasang harga setelah ada pihak2 yg butuh jasaku.
Harga sesuai, lanjut. Nggak sesuai, cabut. Gampang.
Jika kusimak ia butuh, kutuliskan tanpa kupungut bayaran.
Catatan, tetap jadi diri sendiri. Jangan pernah mau diinjak kepala oleh siapa-siapa.
Cuma berbagi sudut pandang, sbg respons atas kencangnya desas-desus bajer-bajeran.