1. Politik dalam Islam adalah suatu yang maklumun min al-din bi al-dharurah. Memisahkan politik dari Islam, dengan menjadikan Islam hanya sebatas ritus dan moral adalah pendiskreditan Islam.
2. Masuk akal kalau ide pemisahan Islam dengan politik ini tidak kita jumpai pada generasi Islam terdahulu. Ini adalah ide aneh yang sebelumnya tidak dikenal di dalam Islam.
3. Memang, dlm hazanah turats Islam kita jumpai pendapat atau orang yg 'nyleneh'. Abu Bakar al-Asham misalnya. Dia seorang tokoh Muktazilah yg ekstrim. Dia menyatakan bahwa mengangkat imam itu tidak wajib. Pendapat ini didokumentasikan dg baik oleh Imam al-Qurtubi dlm tafsirnya.
4. "Al-asham berkata: imamah itu tidak wajib dalam agama bahkan hal tersebut hanya melengkapinya (saja). Bahwa umat itu ketika mereka menegakkan hujjah, jihad, serta mengatur apa yang ada diantara mereka, mencurahkan yang haq dengan diri mereka, membagi ghanimah, fa'i, zakat...."
5. Meski al-Asham menegaskan bhw mengangkat Imam (khalifah) itu tidak wajib, tapi dia masih mensyaratkan bahwa hukum2 yg seharusnya dilaksanakan oleh Imam mesti terlaksana. Rupanya bagi Abu Bakar al-Asham esensi keberadaan khilafah lebih penting dibanding sosok khilafah sendiri.
6. Maka bagi dia, asal semua hukum yang seharusnya diimplementasikan dengan khilafah sudah berjalan, maka keberadaan khilafah itu bukan suatu keharusan. Tapi pertanyaan yang menarik yang kita terpaksa kemukakan adalah mungkinkah?
7. Jawabannya jelas & pasti, yaitu tidak mungkin. Padahal ide pemisahan politik dari Islam, yang sekarang 'dijajakan' oleh segelintir kaum muslim adl pemisahan tanpa syarat. Bukankah ini lebih 'nyleneh' dan lebih menyimpang dibanding dgn pendapat Abu Bakar al-Asham al-Muktazili?
Hi
@threadreaderapp
unroll please
@threadreaderapp
unroll please
