, 193 tweets, 28 min read
My Authors
Read all threads
-MEREKA MENGINCAR BAYI-BAYIKU-

Cerita ini berasal dari temanku, sepenggal kisah yg mungkin terjadi kpd siapa saja tanpa kita bisa menolaknya, tapi yakinlah akan kebesaran dan pertolongan Allah yg maha kuasa.

A thread horror story

@bacahorror #bacahorror
@ceritaht #threadhorror
Kreeetttt krrreeett kreeettt
Aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara seperti papan kayu yg di garuk-garuk dgn kuku panjang, kulihat jam menunjukkan pukul 1 dini hari.

Saat aku melihat dari jendela kamar, terlihat masih banyak orang yg terjaga di teras rumah,
termasuk suamiku, ya.. esok adalah hari mitoni (tujuh bulan) kandungan dalam perut ku, jadi memang sudah sewajarnya jika malam ini banyak saudara dan tetangga yg datang untuk membantu atau sekedar berbincang.
"Kok wis tangi nduk? Sik yahmene iki, ndang mapan turu neh ngasoh, ben sesuk segeran" (kok udah bangun nduk? Masih jam segini, segera tidur lagi istirahat, biar besok lebih segar)
suara ibu mertua ku mengagetkan ku yg saat itu masuk ke dalam kamar untuk meletakkan bak besar berisi buah-buahan, pisang, kelapa, dan makanan lainnya, disini hal tersebut memang sudah biasa, mereka meletakkan makanan untuk sandingan (makanan untuk "mereka")
meskipun aku sudah bicara kepada suamiku, tapi apa daya aku dan suami tidak bisa apa-apa karena keluarga suamiku masih memegang teguh adat istiadat dan budaya nenek moyang termasuk mitoni kali ini.
"Ngge buk kulo niki wau badhe teng wingking kajenge mundut nginum" (iya bu saya ini tadi mau ke belakang ambil minum) jawabku sekenanya, aku tidak mau menceritakan apa yg kudengar barusan, toh mungkin itu tadi hanya salah dengar atau itu suara bapak-bapak yg sedang -
melekan(begadang) di teras, pikirku.

Sambil berjalan keluar kamar ibu mertua ku mengatakan "Oh ya wis ibu yo arep turu nduk, kesel lan ngantuk sisan" (oh ya sudah, ibu juga mau tidur nduk, cape dan ngantuk juga) , akupun menjawabnya dengan anggukan kepala.
Grrrrrhhh grrrrhhhhh ... (terdengar seperti orang mengorok) Bruaak...
Untuk yg kedua kalinya aku terbangun tapi kulihat kali ini jendela terbuka lebar padaha sebelumnya aku yakin sudah menutup jendelanya, kulihat masih pukul 01.53 , baru saja aku terlelap tidur, aku dibuat kaget dengan suara jendela tersebut.
(jendela disini terbuat dari kayu seperti triplek tapi lebih tebal),

saat aku akan mengelus perutku yg sudah mulai membesar, "aneh" batin ku, aku melihat perutku sudah tidak membesar, rata.. iya rata tidak seperti perutku yg sebelumnya, aku menangis histeris menjerit sekuat-
Tenaga, teringat 7 bulan yg lalu aku merasa bahagia saat suami dan keluarga mendengar kabar baik ini, karena kehamilan ku yg kutunggu selama 2 tahun akhirnya membuahkan hasil, tapi kini hilang begitu saja, betapa sakit dan hancur nya perasaan ku,
aku bertanya-tanya kenapa seperti ini? Kemana bayiku? Kemana perut besarku?. Suami ku, mertua ku dan seluruh tetangga mengerumuni ku , mereka kebingungan apa yg telah terjadi.
"Dek enten nopo kok jejeritan? Sakit nopo?" (Dek ada apa Kok menjerit kencang? Sakit apa) tanya suamiku dengan memegang kedua pipiku yg basah dengan air mata, "nyoh nduk" sela ibu mertua ku "di ombeh sik, alon-alon ceritake ono opo"
(diminum dulu, pelan-pelan ceritakan apa ada) , "wetengku mas" (perutku mas) .. belum selesai aku berbicara tiba-tiba tetanggaku memotong "loh kok weteng e kempes sih kuwi?" (loh kok perutnya rata sih itu?).
Aku menangis lagi sejadi-jadinya dan setelah tenang aku menceritakan yg kualami, semua orang kebingungan tak terkecuali suamiku, suamiku memelukku tak hentinya menenangkanku kala itu, ibu mertua ku pun kebingungan
"cah iki mau sik ora popo kok, aku maeng pas ndepek sandingan weteng e sik gedhe yo nduk, lah kok ga suwe moro ilang, opo iki ono ubungane karo lelembut pak?" (Anak ini tadi ga apa-apa kok, aku tadi waktu menaruh sandingan perutnya masih besar ya nduk?Lah kok ga lama udah hilang
Apa ini ada hubungan nya dengan bangsa halus?" Tanya ibu kepada ayah.

"hush ngomong opo kowe iki" (hush bicara apa kamu ini) .
ayah mertua ku pensiunan PNS dan masih berpikir logis mengenai hal-hal semacam ini, "wis ngene ae, sesuk tetep di adakne selametan, tapi tujuan e duk mitoni, banca'an wae nggo keselametan e kene sak keluarga sing utomo gawe si nduk,
bar kuwi sesuk bojomu terno nyang rumah sakit yo le, cek di perikso dokter"

(sudah begini saja, besok tetap di adakan selametan tapi tujuannya bukan mitoni, tasyakuran saja untuk keselamatan kita sekeluarga terutama untuk si nduk,
setelah itu besok antar istrimu ke rumah sakit supaya di periksa dokter) memang ayah mertuaku memanggilku si nduk dan saudara suamiku hanya memanggilku dengan "bojone rama"(istrinya rama) atau rama saja,
sudah menjadi kebiasaan dikeluarga suami yg sepeti itu. Singkat cerita setelah tasyakuran tersebut aku di antar suamiku ke rumah sakit biasa kami periksa, dokter yg biasa menangani ku pun kaget kenapa bisa sampai hilang, padahal kami rutin cek dan USG,
dokter pun menjelaskan jika bisa jadi ini Pseudocyesis atau hamil semu.

Setelah beberapa bulan dari kejadian hilangnya bayiku itu aku mendapatkan kabar gembira lagi, ya aku hamil lagi semua keluarga bersyukur.
kali ini aku lebih hati-hati, mertua dan orang tua ku pun memperlakukanku dengan sangat hati-hati. Sampai saatnya tiba saat kandunganku masuk 3 bulan kejadian malam itu terulang lagi ,perutku rata seperti tidak ada kehidupan sebelumnya,
dan kejadian ini sudah menyebar keseluruh pelosok desa.

Satu tahun berlalu aku dan suami merencanakan kehamilanku lagi, begitu aku hamil aku selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah agar aku dan bayi ku di lindungi,seperti yg sudah kalian duga,
ya bayiku hilang untuk ketiga kalinya di jam yg sama di hari yg sama, antara jam 1 sampai jam 2 dini hari, aku ingat betul waktu pertama bayiku hilang itu hari kamis, bayi kedua juga hari kamis dan yg ketiga ini juga hari kamis, kali ini memasuki usia 5 bulan kandungan ku,
kalo diruntun lagi saat kehilangan ini semua usia kehamilan ku di bulan ganjil yg pertama 7 bulan, kedua 3 bulan dan yg kali ini 5 bulan .

Aneh nya dari semua kehamilan ku waktu di USG janin tersebut nampak itu berarti ada janin dalam perutku, berbeda dengan Pseudocyesis
atau hamil semu yg memang cirinya seperti orang hamil tapi tidak ada janin dalam perutnya, aku mulai berpikir ini tidak beres, tapi apa?.

Sekali lagi dalam kelurga suamiku memang tidak terlalu menghubung-hubungkan kejadian itu kepada hal mistis karena seperti yg sudah kubilang
sebelumnya ayah mertua ku selalu berpikir logis, memang budaya dan adat istiadat masih kental tapi tidak terlalu mengarah kepada hal mistis.
Pagi itu aku keluar untuk sekedar menghirup udara segar di pagi hari, sudah banyak orang yg berlalu lalang untuk ke sawah, bekerja bahkan belanja ke tukang sayur, "eh nak rama mlaku-mlaku dewean ae iki?" (eh nak rama jalan-jalan sendirian saja nih?)
sapa tetangga ku, "ngge bu dhe mlampah-mlampah pados udara seger, bosen teng griyo" (iya bu dhe jalan-jalan cari udara segar, bosen dirumah" jawabku dengan senyuman.
Saat aku melintas di depan sebuah rumah besar bercat biru ntah kenapa tiba-tiba aku merasa tidak enak, dadaku terasa sesak seperti berada di keramaian, "oh dek rama sedang apa dek?", iya aku terduduk lemas di depan gerbang rumah tersebut hingga tuan rumah menegurku,
kulihat wanita separuh baya memakai daster warna kuning corak merah, dengan perutnya yg membesar, aku ingat dia adalah bu sandi (istri dari pak sandi tentunya) ,pak sandi adalah teman ayah mertua ku saat bekerja di sebuah instansi,
umur pak sandi sekitar 55 tahun sementara ayah mertua ku sudah 63 tahun, "oh maaf bu sandi saya tadi jalan-jalan dan kecapean jadi saya putuskan untuk duduk disini sebentar, ini saya juga mau melanjutkan lagi bu, maaf ya bu" jawabku dengan terbata-bata karena bingung,
"iya ga masalah kok dek, adek mau mampir sebentar? Saya ambilkan minum ya, tunggu disini" belum sempat aku menjawab, bu sandi langsung kedalam rumahnya, dada ku masih sesak tapi aku sudah bisa berdiri.
"sini dek duduk disini" teriak bu sandi yg berada di teras dengan membawa segelas air putih, aku duduk di depan bu sandi , bu sandi tersenyum ramah sambil bercerita batapa kerasannya dia di desa ini, pak sandi sekeluarga memang pendatang,
baru 5 tahun di desa ini yg sebelumnya mereka dari kota, dan ketika aku bertanya mengenai kehamilannya, bu sandi terlihat seperti orang yg tidak nyaman, wajahnya berubah seketika yg tadinya ramah menjadi sangat tegang,
sambil menyeringai bu sandi berkata "semoga kamu ketularan saya ya, saya dengar kamu habis keguguran kan sudah ketiga kalinya?" Ketus bu sandi tanpa menatapku lagi, "Aamiin bu, semoga sehat selalu ya bu, ngomong-ngomong berapa usia kehamilannya bu"
aku masih penasaran ntah kenapa aku berpikir kalo kejadian ini aneh dan berhubungan denganku, padahal aku tak punya bukti untuk menuduh bu sandi, "5 bulan" jawabnya makin ketus.
Aneh harusnya saat orang hamil ditanya tentang kehamilannya mereka pasti antusias dan senang berbagi cerita, tapi ini beda, bu sandi malah terkesan tidak nyaman membicarakan hal apapun tentang kehamilannya kepadaku, dadaku yg terasa masih sesak bahkan makin sakit kuputuskan-
untuk meninggalkan rumah bu sandi dan bergegas pamit, setelah berjalan cukup jauh dadaku sudah tidak sesak lagi bahkan seolah tidak pernah sesak ataupun sakit, aku segera berjalan pulang, aku takut orang rumah mencariku.
3 kali hamil dan hilang membuatku tertekan dan trauma, tapi suamiku selalu mendukung dan menyemangati ku, akhirnya aku memutuskan untuk hamil lagi, hamil kali ini pak dhe ku datang, beliau memang satu desa dengan keluarga suami,
tapi beberapa tahun terakhir beliau ditugaskan ke pulau K untuk mengurus dan mengelola perkebunan.

"Nduk budhe mu wis cerito akeh ,cerito kabeh sing mbok alami pas meteng, nyoh gawanen iki" sambil memberikan bungkusan kecil seperti uang 2000an yg terlipat rapi,
didalamnya ada tulisan arab, ntah itu apa karena sudah dibungkus plastik bening,
"simpenen tapi iling o ojo gowo iki pas neng jeding yo nduk, iling-ilingen" (nduk budhe mu sudah cerita banyak, cerita semua yg kamu alami selama hamil,
ini bawalah, simpan lah tapi ingat jangan sampai dibawa ke kamar mandi, inget-inget ya nduk" tanpa bertanya aku hanya mengangguk, karena aku tau pak dhe adalah tipe orang yg enggan ditanya, ketika ia tak menjelaskan berarti ia memang tak perlu memberitahu.
Paman ku seorang pelaku spiritual yg menganut ilmu putih, sambil berdiri membelakangiku pak dhe berkata "mengko lek pas wayah e ,awakmu wero dewe nduk" (nanti jika sudah waktunya, kamu pasti tau sendiri nduk).
Memasuki usia 3 bulan aku mengandung pak dhe datang lagi "mengko lek ono suoro aneh-aneh meneng o ae ojo tangi, aku karo bojomu tak njogo nok ngarep" (nanti kalau ada suara aneh-aneh diam saja jangan bangun, aku dan suamimu akan menjaga di depan)
------------
Cerita di ambil alih oleh suamiku, jadi sekarang "aku" adalah suamiku.
------------
"Sholawat lan istighfar ojo nganti kosong pikiranmu le" (shalawat dan istighfar jangan sampai pikiran mu kosong nak) , aku mengangguk dan mulai berdzikir dalam hati, kami duduk di pondokan samping rumah, dimana pondokan tersebut bisa terlihat dari jendela kamar dimana-
Istriku tidur, jam masih menunjukkan pukul 11 malam, aku dan pak dhe sesekali berbincang ditemani kopi dan kacang.

"kowe weruh ga opo sing sajane kedaden karo bojomu le?" (Kamu tau ga apa yg sebenarnya terjadi kepada istrimu nak?)
"Sajane ngoten kulo ngeraos enten sg mboten sae pas mitoni niko, tapi ayah sanjang sing akeh dungo e wae, sak dereng e adek(istrinya) jejeritan niku kulo jagongan kale tanggi, moro-moro keroso mripat abot mboten saget melek rasane, kulo betah-betah aken,
kulo mirsani enten keluk ireng mabur ng ngulon(arah kamar) kulo kinten ngge saking perasaan kulo mawon wong nguantuk pool pas niku, eh ndelala mboten lami adek jejeritan niku, ngantuk kulo ical mripat raos e padang ngoten dhe"
(sebenarnya itu aku merasa ada yg tidak baik waktu mitoni dulu, tapi ayah bilang disuruh banyak berdoa saja, sebelum istri saya menjerit itu saya ngobrol dengan tetangga, tiba-tiba mata terasa berat dan lengket sekali, saya kuat-kuatin untuk tetap terjaga,
saya melihat ada asap hitam terbang ke barat arah kamar, saya kira cuma perasaan saya saja maklum orang sedang ngantuk saat itu, eh ternyata ga lama istri saya menjerit teriak itu, ngantuk saya hilang rasanya mata segar gitu pak dhe).
"hemph yo kui di sirep, keluk ireng kuwi sing njupuk bayimu, ero kowe wujud opo?" (Hemmph ya itu kamu di sirep(ajian untuk menidurkan orang agar terlelap dan ngantuk) asap hitam itu yg ambil bayimu, tau kamu bentuknya apa?) Seringai pak dhe ku.
Aku pun menggeleng karena memang tak tau itu apa, "kuwi dhemit, kiriman e wong sing arep njupuk jabang bayi mu" (itu setan kiriman orang yg akan mengambil bayimu) "jin ummu sibyan pak dhe??"
(Dalam islam Jin ummu sibyan adalah jin yg suka dengan anak-anak, mengganggu orang yg sedang hamil, bahkan bisa menyumpat rahim wanita agar tidak bisa hamil, jin ummu sibyan sangat mengerikan, bermata 1 besar dan berjalan dengan menempel di dinding seperti cicak,
berkuku panjang tanpa rambut, Wallahu'alam bisshowab).

"aku rung iso mastekne le, iki mengko delok en dewe wujud e koyo opo" (aku belum bisa memastikan nak, nanti lihat sendiri bentuknya seperti apa) "terus adek mboten nopo-nopo kan dhe? Bayi ku ngge aman kan ngge dhe?"
(Terus isteriku ga kenapa-kenapa kan pak dhe? Bayiku aman kan ya?) tanya ku karena khawatir, aku tidak mau bayiku "diambil" lagi untuk yg kesekian kalinya, pak dhe tersenyum "insha Allah rapopo, wes tak pageri mubeng umah mu, bojomu yo wis ono sg njogo"
(insha Allah gapapa, sudah ku "pagar" memutar rumahmu, istrimu juga sudah ada yg menjaga).

Tak terasa jam menunjukkan puku 00.40 , "nyoh wocoen iki, aku tak lungo sik, jogoen awakku yo, aku kate perang ghaib disik"
(ini bacalah , aku akan pergi dulu jaga badanku, aku akan perang ghaib dulu) sembari memberikan selembar daun lontar yg bertuliskan arab, "pak dhe kajenge ngerogo sukmo?" (Pak dhe mau meraga sukma?) tanyaku polos, pak dhe menjawab dengan hanya menganggukkan kepala dan-
mulai memejamkan mata, aku mulai membaca tulisan arab yg ada di daun lontar tersebut.

Aku mendengar suara orang berlari, sontak aku memegang tangan pak dhe, tiba-tiba kepalaku terasa berat tapi anehnya aku merasa tubuhku sangat ringan, aku melihat sekitar,
aku berada di sebuah hutan dekat danau, saat aku teriak dan berlari kupanggil pak dhe dan mencarinya, "aaaaaaagggrrrh" rintih makhluk yg sedang di pegang kepalanya oleh pakdhe "sopo sing ngongkon? Opo tujuanmu?"
Aku tak tau makhluk ini bicara apa, hanya suara pak dhe yg bisa ku dengar, makhluk itu mengerikan berbulu hitam lebat panjang halus, wajah dan kulitnya hitam kehijauan, lidahnya menjulur tak hanya satu, ada 5 lidah dan yg lebih panjang dari yg lain,
giginya kecil namun lancip tak beraturan, matanya satu besar hampir setengah wajahnya, tubuhnya pendek namun besar, perutnya buncit, kuku tangan dan kakinya melengkung saking panjangnya, aku tercekat tak bisa bergerak ataupun berbicara, sampai pak dhe membisiki ku,
"le sadar o wocoen lontar e" (nak sadarlah, baca lontar tersebut) aku tersadar dan segera membacanya, tak lama tubuhku terasa lemas dan tak sadarkan diri.

"mas tangi o mas" (mas bangun mas) dengan suara menangis istriku meneriaki ku, aku membuka mata sudah banyak -
orang disana mengelilingiku.

"wis a tangi a sadar a? Mulak e lek ono wong ngerogo sukmo ojo melu-melu, lek di ketok e sing ora-ora ngene ga kuat kan?" (Udah bangun? Udah sadar? Makanya kalo ada orang meraga sukma jangan ikut-ikutan ,
kalo liat yg ngga-ngga kayak gini ga kuat kan?) goda pak dhe kepadaku, aku melihat istriku dan menyentuh perutnya "alhamdulillah dek, bayine sik ono" (alhamdulillah dek bayinya masih ada), "ngge mas alhamdulillah".
Beberapa hari setelah kejadian itu aku dan istriku kerumah pak dhe dengan membawa beberapa macam makanan, tujuanku kesana tak lain untuk berterima kasih. "Assalamualaikum, kulonuwun" (Assalamualaikum, permisi) ucap kami berdua, pintu terbuka tapi rumah pak dhe sepi,
aku celingak celinguk mencari kesana kemari.

Tak lama ada jawaban dari dalam "Waalaikumsalam kene melbu ayok, budhe bar teko mburi masak karo resik-resik" (Waalaikumsalam kesini ayo masuk, budhe habis masak dan bersih-bersih di belakang).
"pak dhe teng pundi budhe?" (Pakdhe dimana budhe?) tanyaku, "nyapo golek e aku?" ( ngapain cari aku?) terdengar suara pak dhe dari halaman depan, "lah kuwi wonge, wis mari po rung pak e kandang e?" (Lah itu orangnya, udah selesai apa belum pak kandangnya?) sela budhe
"yo wis lah wis mau, tapi aku keturon neng amben, kerungu suoro e arek loro iki tangi, buk tolong gaweno kopi yo, karo teh loro" (ya sudah dong, sudah dari tadi, tapi aku tadi ketiduran di kursi panjang, dengeri suara dua anak ini jadi kebangun, buk buatkan kopi dan teh 2 )
jawab pak dhe.
Budhe masuk untuk membuatkan kami minuman.

"Sing wingi kuwi, kowe pengen ero toh ceritane?" (Yg kemarin itu kamu ingin tau ya ceritanya?) aku dan istriku mengangguk pertanda memang kami penasaran apa yg sebenarnya terjadi.
"wengi sak durung e aku ng umah mu iku, aku atok firasat bayi mu di gendong dhemit, yo dhemit sing mbok delok wingi kuwi, mulak e aku nang umah mu njogo bojomu karo bayimu, pas aku ngerogo sukmo ngenteni dhemit kuwi, ga suwi dhemit e teko
arep melbu nang kamar lewat cendelo, cumak wis tak pager adine ga iso melbu, dhemit kuwi tak uber , aku sempet tawur karo dhemit kuwi" (semalam sebelum aku kerumahmu itu, aku dapat firasat bayimu di gendong makhluk, ya makhluk yg kamu liat kemarin itu,
makanya kuputuskan untuk kerumahmu menjaga istri dan bayimu, waktu aku meraga sukma nunggu makhluk itu datang, ga lama makhluk itu datang, mau masuk kamar lewat jendela ,cuma sudah di pagar ghaib, jadi ga bisa masuk, makhluk tersebut ku kejar,
aku juga sempat berkelahi dengan makhluk itu),

Saat sedang asik bercerta budhe memotong "sik di ombe sik iki wedang e, di cemil jajan e, ayo ojo sungkan" ( sebentar ini minumannya di minum dulu, kue nya di makan)
"oh ngge pak dhe wanci niko kulo tilem lelep sanget, nanging rumongso kulo enten sing ngawasi ngoten, kulo kepireng suoro cakaran krreet krrreet ngoten,pertama mambu wangi melati tapi lami-lami kulo mambu arus getih campur pohong di tunu ngoten,
kulo mendel mawon mboten wantun melek, tirose njenengan kulo di kengken mendel mawon" (oh ya pak dhe waktu itu saya tidur lelap sekali, tapi perasaanku ada yg mengawasi, saya mendengar bunyi cakaran kreet krreett gitu,
pertama bau wangi melati tapi lama-lama saya bau anyir darah campur singkong dibakar gitu ) tutur istriku.

"yo jelas, sing awakmu ambu wangi iku perewangan ku sing ngawasi awakmu, pancen tak utus gawe njogo kowe, ambu sing ora penak kuwi teko dhemit sing arep njupuk bayimu kuwi"
(ya jelas, yg kamu cium itu khodam ku (disini khodam pak dhe banyak ga cuma satu ya) yg mengawasimu, memang kusuruh untuk menjaga kamu, bau yg tidak enak itu dari makhluk yg akan mengambil bayimu itu) tandas pak dhe.
Aku geram dan bertanya "tujuan e nopo toh dhe? Iri nopo sakit ati kale kulo sekeluarga nopo piye?" (Tujuannya apa sih pak dhe? Iri apa sakit hati dengan keluarga apa bagaimana?) , pak dhe tertawa mendengar pertanyaan ku.
"wong urip iku butuh duwit le, kari nari wong e arep golek sing pener pora, wong lek peteng moto sing penting dibayar gedhe, masio kerjo ra pener di lakoni wae" (orang hidup iru butuh uang nak, tinggal milih orangnya sendiri mau cari rejeki yg halal atau haram,
orang kalo sudah gelap mata yg penting dibayar banyak, meskipun kerja ga bener juga dilakukan).

"maksud e pripun pak dhe? Nopo Pak dhe semerap tiang e" (maksudnya bagaimana pak dhe? Apa pak dhe tau orangnya?) tanya istriku.
"Sak durung e aku jawab, aku arep takon sik karo awakmu nduk, kowe tau ketemu wong wedok moro-moro weteng e gedhe?" (Sebelum aku jawab, aku mau tanya dulu ke kamu nduk, kamu pernah ketemu perempuan tiba-tiba perutnya besar?) Sahut pak dhe.
------------
Cerita kembali ke istriku, istriku sebagai "aku"
------------
Aku berusaha mengingat kejadian yg berhubungan dengan pertanyaan pak dhe, 5 bulan yg lalu saat aku bertemu dengan bu sandi.
"Nduk tekan ndi wae loh, ibu golek i jare arep mlaku-mlaku cedak kene lah kok nganti awan kaet balik, suwi temen " (nduk dari mana saja loh, ibu nyari katanya mau jalan-jalan dekat sini lah kok sampai siang baru kembali, lama sekali)
khawatir ibu mertuaku sambil mengambilkan ku air putih, aku merasa bersalah dan menjelaskan kejadian yg ku alami tadi.
".....ngoten buk kejadian e, sepuntene ngge buk pun damel ibu khawatir, ngapunten sa'estu" (....begitu bu kejadiannya, maaf ya bu sudah membuat ibu khawatir
sungguh saya minta maaf) wajar saya mertua ku sangat khawatir karena pagi itu adalah baru dua hari aku kehilangan bayi ketigaku.

"Yo wis nduk sing penting kowe rapopo kan? Sik toh nduk,jaremu bu sandi meteng? Ket kapan nduk? Wong aku ketemu seminggu winginane weteng e ra ono,
ra meteng wong kuwi nduk, lah umur e yo wis tuwo pisan kok nduk" (ya sudah yg penting kamu baik-baik aja kan? Bentar deh nduk, katamu bu sandi hamil? Sejak kapan nduk? Kan aku ketemu seminggu yg lalu perutnya rata, ga hamil orang itu nduk,
lah umur nya aja sudah segitu juga kok nduk) kelak ibu mertua ku.

"tapi buk, bu sandi sanjang e pun limang sasi ngoten" (tapi buk bu sandi bilang nya sudah 5 bulan ,gitu) bela ku.
Sambil melotot ibu mertua ku mengatakan "ora nduk, moso meteng kok cepet tenan sih, kae loh takono mbak sum, aku petuk bu sandi iku pas karo mbak sum kok nduk, opo keno santet yo bu sandi nganti gedhe weteng e?"
(Ngga nduk, masa hamil kok cepat sekali sih, sana loh tanya o mbak sum, aku ketemu bu sandi waktu bersama mbak sum kok nduk, apa kena santet ya bu sandi sampai besar perutnya?) .
Dengan berteriak ibu mertua ku memanggil mbak sum , mbak sum adalah buruh cuci dirumah mertuaku. "Ono opo toh rame tenan iki" ( ada apa sih kok ribut-ribut ini?) tanya ayah mertua yg baru pulang dari sawahnya.
Sejak pensiun ayah menghabiskan waktunya di sawah untuk menambah kegiatan agar tidak berdiam diri dirumah, beliau menanam kacang hijau, jagung, nangka dll sesuai musim.
"Dalem budhe enten nopo" (iya budhe ada apa?) jawab mbak sum tergopoh-gopoh sambil membawa baju-baju kering yg baru saja ia ambil dari jemuran. "Eh sum dino kamis wingi kae lak kene kepethuk karo bu sandi yo? Jajal sum ngomong o, bu sandi meteng ora?"
(Eh sum hari kamis kemarin itu kan kita ketemu dengan bu sandi ya?coba sum bilang o, bu sandi hamil apa ngga? )Tandas ibu mertuaku kepada mbak sum yg sudah bisa ditebak mbak sum akan menjawab apa.
"ngge bu kepanggih pas acara kamisan niku kan ngge? Ngge mboten mbobot, mbak rama" (iya bu ketemu waktu acara kamisan itu kan ya? Ya emang ga hamil , mbak rama) jawab mbak sum dengan yakin. "Wis berarti bu sandi kuwi keno santet, bu sandi kuwi..."
(udah berarti bu sandi itu terkena santet, bu sandi itu..).
Belum selesai ibu bicara tiba-tiba ayah memotong "wes wes ojo diterusno, lek Encene bu sandi meteng alhamdulillah sing di jaluk, di ijabah maring gusti Allah, lagian ono bojone kok terus opo masalah e toh yo?"
(Sudah sudah jangan diteruskan, kalo emang bu sandi hamil alhamdulillah yg di minta di ijabah oleh Allah, lagian kan ada suaminya, terus apa masalahnya itu?).

Dengan nada lantang ibu menjawab "Masalah e bu sandi seminggu wingi rung meteng trus sik tas kepethuk si nduk -
weteng e wis gedhe, mbobot limang wulan jarene pak e" (masalahnya bu sandi seminggu kemarin belum hamil terus baru saja ketemu si nduk perutnya besar, hamil 5 bulan pak e) ayah pun terlihat kaget saat itu mencerna kata-kata ibu yg tidak masuk akal.
Mbak sum pun berkata lirih yg tidak ayah dan ibu dengar "janin pindah", aku menatap mbak sum dan mulai memikirkan perkataannya, bagaimana bisa? janin bisa berpindah ke perut orang lain? Apa itu janin ku? Apa itu bayiku?
meskipun dalam hatiku terasa tidak rela karena kehilangan bayi ku setidaknya aku merasa lega jika bayi ku masih hidup meskipun berganti di rahim orang lain, setidaknya pula kelak jika dia lahir dan dewasa aku tau dan bisa melihat dia beranjak dewasa.
tapi apa iya sejahat itu bu sandi? Setega itu kah bu sandi merampas hak orang lain? Lalu kemana janin-janin ku sebelumnya?.

----------
Kembali lagi saat dirumah pak dhe, dan tetap sudut pandang "aku" sebagai istri
----------
👁️👁️ lanjut apa udahan??
Dengan senyum lebarnya pak dhe mengatakan, "bu sandi ra peduli bayi e sopo sing arep di pindah di weteng e, tapi dalang e sing kurang ajar, wani-wani e ngeriwuk dulurku, dalang iki sing kudu di babat cek ga akeh sing dadi korban e"
( bu sandi tidak peduli bayi siapa yg akan dipindah ke perutnya, tapi dalang e sing kurang ajar, berani-beraninya mengusik saudaraku, dalang ini yg harus dimusnahkan agar tidak banyak yg jadi korban), wajah pakdhe berubah menjadi sangat marah.
"dados pak dhe semerap sinten dalang e?" (jadi pak dhe tau siapa dalangnya?) tanya suamiku, pak dhe hanya mengangguk kemudian menatap suamiku dalam-dalam, "mben limang sasi ne bojomu tak marino kabeh" (nanti 5 bulanan istrimu ku selesaikan semua) tandas pak dhe.
Beberapa bulan telah berlalu, saat yg dinantikan telah tiba, suamiku mas rama sudah menceritakan semua yg terjadi kepada seluruh keluarga sepulang dari rumah pak dhe waktu itu, mau tak mau ayah mertua ku juga menerima cerita tersebut.
Semua keluarga berkumpul termasuk orang tua ku, kami semua duduk lesehan menggelar tikar, pak dhe memberikan sebuah kantung berwarna emas, kemudian memberikannya kepada suamiku, "le iki sawurno mubengi umah yo, lek nyawurno karo ndugo lan dzikir,
sawurno tekan titik awal nyambung ojo nganti pedot garis e, " (nak, ini taburkan mengelilingi rumah ga, kalau menaburkan sambil berdoa dan dzikir, taburkan dari titik awal tersambung jangan sampai putus garisnya).
---------
Cerita di ambil alih suamiku, "aku" sebagai saumiku
---------
Saat aku mulai membuka kantong berwarna emas tersebut aku mulai berdoa dalam hati, agar Allah senantiasa memberikan perlind kepada kami sekeluarga, "oalah uya , tak kiro opo" (oalah garam, ku kira apa) batinku, saat sudah berada di belakang rumah, aku dibuat kaget dengan suara ,
suaranya seperti orang sedang mengorok.

Tiba-tiba aku mendengar suara pak dhe "ndungo lan dzikir ojo putus" (doa dan dzikir jangan putus). Aku berdoa dan melanjutkan tugas dari pak dhe. Setelah sampai di titik awal aku menabur aku dikagetkan dengan cahaya,
rumahku terlihat bercahaya, aku takjub dibuatnya.

"Uya e wis tak dungani, iku duk uya sembarangan" (garamnya sudah ku doakan, itu bukan garam biasa), aku hanya menganggukan kepala karena tidak bisa berkata apa-apa melihat rumahku terasa lebih nyaman dan indah.
"Umah iki lek di delok wong biasa ketok adem tentrem, lek di delok wong sing ngerti ketok ono cemlorot sinar e, seje mane lek dhemit sing jahat, ketok umah mu wedhi di kiro iki istana sang maha ratu" (rumah ini kalau dilihat orang biasa keliatan dingin nyaman,
kalau di liat orang yg mempunyai ilmu terlihat ada sinar, lain lagi kalau yg melihat setan jahat, melihat rumah mu ini takut dikira istana ratu/raja yg hebat) lanjut pak dhe.

Kami semua para lelaki berada di luar rumah,
saling berbincang setelah di adakan pengajian sejam yg lalu, jam masih menunjukkan 22.00 tapi suasana terasa mencekam, tidak ada suara binatang malam kala itu, angin pun enggan untuk berhembus, hawa dingin menusuk tulang, kami semua terdiam merasakan hal yg sama.
"Pinarak melbet teng griyo sedoyo, le bojomu tunggonono yo, ojo lali tetep ndungo lan dzikir" (silahkan masuk kedalam rumah semua, nak istrimu dijaga ya, jangan lupa tetap berdoa dan dzikir) pinta pak dhe kepadaku,
"pak yanto(ayahku ku) kulo nedhi tolong bapak jagi tiang estri, dek dayat(mertua ku) kowe melu aku ,ngancani aku yo" (pak yanto saya minta tolong, bapak jaga para perempuan, dek dayat kamu ikut aku temani aku ya) Lanjut pak dhe.
Saat di dalam rumah ayahku memimpin "Wes ayo podo ndungo, mugi-mugi lancar lan selamet kabeh" (sudah mari berdoa bersama, semoga lancar dan selamat semua), "mas kulo ajre" (mas saya takut) manja istriku padaku, "pun mboten usah wedhi dek, kan enten gusti Allah, ayo dungo sareng"
(sudah tidak perlu takut dek, kan ada Allah, mari berdoa bersama) jawabku lembut, istriku hanya menganggukan kepala dengan lemas sambil memegang perutnya, aku melihat ketakutan diraut wajahnya, aku pun merasa was-was,
tapi aku berusaha untuk menutupi itu semua agar istri dan keluarga ku juga tenang.

---------
Cerita di ambil alih pak dhe, sudut pandang pak dhe sebagai "aku"
---------
Aku mulai memejamkan mata dan merapalkan doa-doa untuk memanggil semua khodam ku, aku tau siapa yg akan kuhadapi malam ini, dia adalah teman seperguruan ku dulu, sayangnya dia lebih memilih ilmu hitamnya dan berbuat kejahatan,
selama ini aku berdiam diri karena memang itu bukan urusan ku, tapi kali ini aku tak bisa diam karena keponakan yg ku anggap seperti anak sendiri yg telah dia ganggu.
"Hahaha,, cuih, damaaarrr damaarrr(damar nama pak dhe), kowe to sing gagalno kirimanku? Kowe ojo melu-melu mar, yen kowe ga gelem mati sio-sio, ngelmu mu sik cetek ra iso nandingi aku" (hahaha, cuih, damaaarr damaarr, rupanya kamu yg menggagalkan kirimanku?
Kamu jangan ikut-ikut mar, kalau kamu ga mau mati sia-sia, ilmu mu masih dangkal ga bisa menandingi aku) sumbar lelaki berbadan dempal di hadapanku.

Sambil menyeringai aku berkata "oh moso se ndi? (nama dukun tersebut bernama pandi)
lek ilmu mu luweh dukur moso ra ngerti lek aku sing nahan serangan mu? Moso ga iso njebol pager ku? Aku jelas melu-melu , arek sing mbok jupuk bayi e iku ponakan ku, iku artine kowe urusan karo aku pisan"
( ah masa sih ndi? Kalo ilmu mu lebih tinggi masa ga tau kalo aku yg nahan kiriman mu? Masa ga bisa hancurin pagar ghaib ku? Aku jelas ikut-ikutan karena yg kamu ambil bayinya itu adalah ponakan ku, itu artinya kamu berurusan juga denganku).
"Halah kakean cangkem kowe mar, lawanen iki lek iso" (halah kebanyakan omong kamu mar, lawan ini kalau bisa) remeh pandi kepadaku. Aku pun mengeluarkan khodam ku yg ilmunya masih standar, "dek dayat tetep wocoen dungo sing biasa e tak wuruk i yo"
(dek dayat tetap baca doa yg biasa ku ajari ya).

Kedua khodam kami saling bertarung, pertarungan pertama khodam ku lah yg lebih sering menyerang dan unggul, akhirnya khodam pandi kalah dan menghilang. "Kurang ajar kowe mar", kulihat pandi mengelurkan khodamnya lagi,
kali ini adalah khodam dia yg lebih kuat, aku tau karena dulu waktu damar mendapatkan khodam itu aku ikut bersamanya.

Tak mau kalah aku mengeluarkan khodam ku yg kedua, terlihat pandi begitu kaget setelah melihat khodam kedua ku ini, bagaimana tidak,
khodam ini adalah pemberian dari guru kami, karena pandi sudah mendapatkan khodam yg tadi, guruku tau jika khodam yg pandi dapat tersebut pengaruh jahatnya sangat kuat, dan bisa-bisa pemiliknya juga akan jahat maka dari itu guruku memberikan khodam nya kepadaku.
Tetap saja kali ini khodamku yg menang lagi, kulihat pandi banyak mengeluarkan darah dari mulutnya "wis toh ndi, nyerah o tobat o, jaluk o sepuro ng ponakanku, akui kebejatan mu di ngarep e warga deso, ojo di ulang maneh kekancan karo iblis ,
pertarungan iki cek mandek sampe kene cek ora ono nyowo sing ilang" ( sudahlah ndi, menyerah saja, bertaubatlah, minta maaf kepada ponakan ku, akui kejahatanmu di depan warga desa, jangan di ulang lagi bersekutu dengan iblis, pertarungan ini agar berhenti sampai disini,
agar tidak ada nyawa yg melayang).

"Ga sudi aku," jawab bengisnya, pandi membuatku mengeluarkan khodam terkuat ku, tak mau kalah pandi juga sudah mengeluarkan khodamnya, kali ini berupa binatang.
(note penulis: maaf saya tidak bisa mengatakan ciri semua khodam nya karena setiap disebut atau di gambarkan, kepala saya berat).
"Adine kowe ng pulau K karo nggolek-nggolek yo, hahaha, ojo ngarep koen menang maneh" ( jadi kamu ke pulau K sambil mencari-cari ya hahaha, jangan harap kamu menang lagi" kelak si pandi.
"Delok en ae ojo bek omongmu" (lihat saja jangan banyak omong kamu), kali ini aku dan pandi sama-sama muntah darah, karena energi khodam kami sama-sama besar, kulihat pandi sudah mulai kuwalahan dan tak fokus.
Jderrr,, suara hantaman ke atap rumah, "kurang ajar koen ndi" (kurang ajar kamu ndi), rupanya pandi diam-diam melemahkan pagar ghaib yg sudah kubuat dirumah, aku kecolongan dan serangan tadi mengenai pak yanto, khodam ku sudah berhasil mengalahkan khodam pandi,
tapi si pandi tak terlihat lagi dia dimama dan kemana.

"Pak e,, ya Allah pak e sadar pak e" , bu yanto histeris menangisi pak yanto yg sudah banyak mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Innalillahiwainnailaihirojiun, pandi kurang ajar, ga iso di jarno iki" (pandi kurang ajar ,ga bisa dibiarkan ini" geram ku. Semua keluarga menangis i kepergian pak yanto, aku merasa bersalah karena tidak bisa melindungi mereka.
"Pun pak dhe, pun ngeraos salah, kito sedoyo ngertos posisi wanci niku, mugi ayah husnul khotimah, justru kulo kalian sekeluarga matur nuwun sanget pak dhe purun ngempak ke nyowo pak dhe nggo kito sedoyo" (sudah pak dhe, jangan merasa bersalah,
kita semua mengerti posisi waktu itu, semoga ayah husnul khotimah, justru saya sekeluarga berterimakasih sekali pak dhe sudah mempertaruhkan nyawa demi kita" terang rama.
Meskipun aku sudah merasa membaik memdengar perkataan rama, tapi aku masih tidak enak, aku harus tetap membereskan pandi.

---------
Kembali ke aku sebagai istri ya, jadi sudut pandang istri sebagai "aku"
---------
5 bulan sudah berlalu, tidak ada kejadian aneh-aneh lagi, dan sudah 5 bulan pula kepergian ayah mertua ku, kulihat ibu mertuaku masih bersedih dan tidak bersemangat, tapi saat ini telah hadir seorang bayi laki-laki mungil nan lucu, ibu mertua ku jadi terhibur,
hari-harinya dilalui tanpa memikirkan kepergian ayah lagi.

Saat itu aku berjemur dengan bayi ku di depan pekarangan rumah, matahari hangat di pagi hari membuatku damai.
"mashaa Allah dek, ganteng tenan loh anakmu iki, sing di enten-enteni yo dek akhir e" (mashaa Allah dek, ganteng banget loh anak kamu ini, yg di tunggu-tunggu ya akhirnya), "ngge alhamdulillah mbak yu, niki ngge angsal doa nipun tiang katah termasuk mbak yu"
(ngge alhamdulillah mbak yu, ini juga dapat doa dari orang banyak termasuk mbak yu)

"Lah iyo kebacut tenan se, gabah limamg sak ilang, yo ra mungkin lek pelaku e wong, pasti iki barang alus" (lah iya keterlaluan banget sih, padi 5 karung hilang, ya ngga mungkin pelakunya itu-
orang, pasti ini makhluk halus) cetoleh ibu-ibu sambil berjalan depan rumahku.

"Mbak yu nyapo toh kok koyone bingung?" (Mbak yu kenapa kok sepertinya bingung?) sela mertua dari belakang ku, ibu ini pun menceritakan yg terjadi,
"barang alus piye sih mbak yu? Moso arep toh yo setan e karo gabah" (makhluk halus gimana sih mbak yu? Masa mau sih setan sama padi).

"Lah wong gang e ki cilik loh ng gudang ku mbak yu, lek wong yo weruh pasti e ono montor utowo sepeda lewat,
cak dikin njogo di gang ngarep kok kuwi kan dalan siji-sijine ra ono tunggal e , ra ono wong lewat opo maneh suoro mesin motor, lawang yo ra mbuka gembok e" (lah kan gang e itu sempit loh ke gudangku mbak yu, kalo yg ambil orang ya pasti tau ada mobil atau motor lewat,
cak dikin(suami ibu ini) berjaga di gang depan, itu kan jalan satu-satunya tidak ada yg lain, tidak ada orang lewat apalagi mesin motor, pintu juga tidak terbuka gembok nya) jelas ibu dikin.
"Oh ngono to, Coba kono ng umah e cak dhamar, sopo weruh wong e ngerti" (oh begitu rupanya, coba sana kerumah mas dhamar, siapa tau beliau mengerti" saran ibu mertuaku, "ngge bu di cobi mawon"(iya bu di coba saja) tambahku, "yawis tak rono sik yo mbak yu, suwun yo nduk"
(baiklah aku kesana dulu mbak yu, makasih ya nduk) jawab ibu dikin.

Malam ini suamiku pulang larut malam, jadi aku harus mengurus bayiku sendirian karena ibu mertua ku pun ada urusan dirumah mbak rina (kakak dari suamiku).
Sebenarnya sampai jam 1 aja yaa, tapi nanggung juga tinggal dikit selesai, aku lanjutin sekuatnya aja yaa, bentar lagi lanjut, tunggu yaa
Adzan maghrib berkumandang, aku melihat bayiku masih tertidur lelap, aku tinggal ia ke bekakang untuk mengambil wudhu dan menunaikan sholat magrib.

Setelah selesai shalat aku meletakkan munekah ku, dengan melirik ke arah tempat dimana bayiku tertidur pulas,
aku terperanjak mukenah pun ku buang begitu saja ke lantai, bayiku tidak ada disana, aku mencari kesana kemari, dimana bayiku? Aku tidak mau kehilangan untuk yg kesekian kalinya, aku berdoa sambil menangis sejadi-jadinya, aku kebingungan tak tau siapa yg akan kumintai tolong.
Tok ..tok..tok "assalamualaikum mbak rama..." iya aku tau itu suara mbak sum, segera kubuka pintu kulihat mbak sum sudah di depan pintu, "mbak rama nyapo toh kok brebes mili? Mbak rama nangis po piye?" (Mbak rama kenapa kok berlinang air mata? Mbak rama nangis apa gimana?).
"Mbak sum bayi ku ilang mbak sum, tulung ewangi golek i" (mbak sum bayiku hilang mbak sum, tolong bantu cari), mbak sum yg telihat kebingungan juga setelah aku menceritakan yg terjadi, kita mencari bersama saat itu di seluruh rumah.
Hingga pukul 11 malam aku dan mbak sum mencari tidak juga ketemu, "Mbak rama mulak e ojo sok ninggal bayi dewean toh yo, mestine iki di singitno dhemit mbak" (mbak rama makanya jangan suka ninggal bayi sendirian lah, pasti ini disembunyikan jin mbak) kata mbak sum.
Aku masih belum berhenti menangis, "pak dhe, mbak sum tolong celukno pak dhe mbak sum, aku tak nerusno golek i bayiku" (pak dhe, mbak sum panggilkan pak dhe mbak sum, aku akan meneruskan mencari bayiku), mbak sum pun pergi kerumah pak dhe yg berjarak sekitar 300 meter dari rumah.
"Piye mbak sum? Kok suwi se, ndi pak dhe?" (Gimana mbak sum? Kok lama sekali, dimana pak dhe?) tanyaku tidak sabar, "pak dhe ra ono di umah mbak, aku mau yo ngenteni tapi rung mulih wae, mulak e aku bali rene neh wedhi mbak rama suwi dewean,
aku mau yo di utus bu dhe ngancani sampeyan cek ora dewean momong bayi e" (pak dhe tidak ada dirumah mbak, aku tadi juga menunggu tapi belum pulang juga, makanya aku kembali kesini, takut mbak rama lama sendirian, aku tadi juga disuruh bu dhe (ibu mertuaku)
untuk menemani mbak rama agar tidak menjaga bayi sendiran".

Ku lihat sudah pukul 1 dini hari, aku tidak berani mengabari mas rama soal ini, aku tidak mau menggangu kerja mas rama, mba sum sudah terlelap tidu di kursi tamu, aku masih saja kebingungan mencari bayiku sampai keluar-
rumah, lampu motor menyoroti ku, suamiku datang.

"Dek ngenteni mas yo?" (Dek nunggu mas ya?) sambil memeluk dan memcium kening ku.
Aku menangis tak kuat memendam ini sendirian, aku ceritakan semuanya, mas rama kaget namun tetap menenangkanku, tidak ada wajah marah atapun kecewa kepadaku, hatiku lebih sedikit tenang.
"Ayo ndang ngamek wudhu, shalat wengi yo dek" (mari segera ambil wudhu kita shalat malam ya dek) ajak suamiku, aku mengangguk lemah, setelah selesai berwudhu aku melihat gentong (tempat menyimpan beras), ntah kenapa aku tertarik dengan gentong tersebut, "ayo dek kita sholat".
Seusai shalat kami berdoa memohon pentunjuk kepada Allah, aku dan mas rama memulai mencari lagi, aku bagian dalam dan mas rama bagian luar rumah, saat aku di dapur aku mencium bau bayiku, aku tetap mencari kesana kemari dan terduduk lemas,
ntah kenapa aku yakin sekali kalau bayiku ada disini, di dapur ini.

Tak terasa adzan subuh berkumandang, suamiku baru juga masuk rumah, kasihan sekali pasti capek setelah seharian kerja malah tidak istirahat, aku meminta maaf kepada mas rama,
mas rama meyakinkan ku kalo semua akan baik-baik saja.

Aku teringat gentong tadi, gentong yg menarik perhatian ku, kubuka gentong tersebut, "arep adang po dek? Wis istirahat o bae, aku wae sing adang dek"
(mau masak nasi kah dek? Sudah istirahat saja, biar aku nanti yg masak nasinya dek) tawar suamiku.
Aku tetap membuka tutup gentong tersebut tanpa memperdulikan tawaran suamiku, karena aku memang tidak akan sedang mengambil beras tapi ingin memeriksa ada apa di dalamnya, meskipun aku tau itu adalah tempat beras.
"Ya Allah anak ku, naaak" aku berteriak ntah bahagia atau sedih melihat bayiku tertidur pulas melingkar di gentong berdiameter 30cm, bagaimana bisa bayiku ada disitu? Suamiku terlihat bahagia dan juga bertanya-tanya kenapa sampai disini?
Aku memeluk bayiku dengan erat seolah tak ingin melepaskan nya, tidak lama bayiku terbangun dan menangis , pasti haus bagaimana tidak ? Dari jam 6 sore sampai jam 4 pagi bayiku di dalam gentong. Suamiku hari ini izin cuti karena memang butuh istirahat dan juga ingin berlama-lama-
Dengan anaknya.

"Assalamualaikum" terdengar suara yg ku kenal, pak dhe. "Waalaikumsalam, eh pak dhe, pinarak melbet" (eh pak dhe, silahkan masuk) kataku. "Wes mari kabeh nduk, aku saiki iso tenang" ( sudah beres semua nduk, aku sekarang sudah bisa tenang).
Tak lama ibu mertua dan suamiku ikut bergabung.

"Wingi wis tak entekno tak tumpes kabeh kroco-kroco e pandi lan khodam e yo wis minggat kabeh (kemarin sudah tak habisi ku tumpas semua anak buah pandi, beserta khodamnya juga sudah pergi semua. Tandas pak dhe.
"Alhamdulillah pak dhe menawi sampun mantun, supados mboten enten korban maleh" (alhamdulillah pak dhe kalau sudah selesai semua, supaya tidak ada korban lagi) ungkap suamiku puas.
"Tapi pak dhe wingi teng pundi? Kulo pados i mboten enten" (tapi pak dhe kemarin kemana? Saya cari tidak ada), protesku kepada pak dhe,
"Yo encene aku wingi ora nok umah, aku wingi tirakat di nggon liyo, Tapi aku wis weruh kok nduk, sing nyingitno bayimu kuwi genderuwo wadon, tenang wae bayi mu InshaAllah ora bakal ilang maneh"
(ya memang aku kemarin ga dirumah, aku kemarin tirakat di tempat lain, tapi aku sudah tau kok nduk yg menyembunyikan bayimu itu nyonya genderuwo ,tenang aja bayimu InshaAllah ga akan hilang lagi) Terang pak dhe.
Ibu mertuaku menyela "bojo e dikin wingi..." belum selesai ibu berbicara, "wis ketemu kok, yo iku mulak e aku budal tirakat, pola e pandi ga mung dodol bayi (memindah bayi ke perut orang lain) tapi ngingu tuyul" (sudah ketemu kok, ya itu makanya aku berangkat tirakat,
ulah pandi tidak hanya jual bayi tapi juga pelihara tuyul) potong pak dhe.

"Oalah adine sing njupuk gabah limang sak kae ingon-ingon e pandi? Kurang ajar tenan wong kuwi" (oalah jadi yg nyuri padi 5 karung itu peliharaan si pandi? kurang ajar sekali orang itu)
ibu mertua ku sedih teringat kembali ketika kejadian malam itu, malam saat ayah mertua ku tiada.

"Yo tuyul e pandi sing ngusungi gabah e cak dikin, oleh e ngusungi sak mangkok cilik bola-bali nganti limang sak ludes" ( ya tuyul pandi yg memindah padi milik cak dikin,
caranya dengan mengangkut menggunakan mangkuk kecil bolak - balik sampai 5 karung habis) terang pak dhe.

"Berarti pak pandi pun sedo pak dhe?" (Berarti pak pandi sudah meninggal pak dhe?) tanya suamiku. Pak dhe tertawa kecil "mati? Kok penak mati?
Yo ora iso mati sak durung e wayah e mati, ora gampang-gampang pandi mati" (mati? Kok enak mati? Ya ngga bisa mati sebelum waktunya mati, ga segampang itu pandi mati)
Aku tak mau kalah, "lah menawi dereng sedo berarti tasik saget ganggu mawon pak dhe?" (Lah kalau belum mati berarti masih bisa menggangu terus pak dhe?).
"Jare sopo nduk? Yo ora iso, tak jamin wes ora ngarah jahat maneh wong kuwi, wong kuwi luwih pantes gendeng, nanggung duso-duso e dadi wong jahat" (kata siapa nduk? Ya udah ga bisa, aku jamin udah ga mungkin jahat lagi orang itu, orang itu lebih pantas gila,
menanggung dosa-dosanya jadi orang jahat.

Karena khodam nya yg sudah meinggalkan dirinya, dan ilmu nya yg di pakai untuk berbuat kejahatan (melanggar aturan ilmu putih) maka dari itu pak pandi sekarang seperti orang gila,
dia kesana kemari terlunta-lunta dijalanan sambil bicara dan tertawa-tawa sendiri, kadang juga menangis karena kata dia di ganggu makhuk-makhluk jahat tak kasat mata, tubuhnya yg berbau sangat busuk karena penyakit kulit yg di deritanya.
Akhirnya warga desa memutuskan untuk membuang pak pandi ke pulau terpencil daripada sering mengganggu warga desa yg lewat, karena percuma dia tidak akan bisa mati sebelum waktunya mati, ntah kapan waktu itu.
SELESAI,,,

Akhirnya,, terimakasih buat semuanya, aku baru pertama nulis thread, mohon maklumi jika ada salah penulisan atau apapun yg kurang.

Wassalam 😊
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with ikka ayyu

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!