Banyak orang terjebak pd narasi yg sama minim kekritisan & bertanya2.
Semua selalu mengacu pd data land subsidence ITB 2011, & berasumsi bahwa thn2 berikutnya AKAN SAMA. Benarkah demikian?
Data 2007 mungkin relevan dgn JCDS 2009-2011.
Data 2011 mungkin relevan dgn NCICD 2014.
Tapi data itu BUKAN PROYEKSI.
Pdhal saya yakin narsum ITB itu tahu persis bahwa JICA sejak 2018 menghimpun data dan menghitung ulang.
Ya utk terus menghidupkan urgensi tahap berikut proyek NCICD yg sangat mahal dan nilainya ratusan Triliun kak, dgn "investasi" dari Korsel dan Belanda.
Hampir tidak ada. Mereka sudah menerima 12.5cm, 15cm, hingga 20cm/thn sebagai norma dan "fakta".
ags.aer.ca/4164.htm

Jakarta itu luasnya 654 km2 kak.
Apa betul penurunan tanah hanya terjadi di Utara.
TIDAK. Rawa Buaya itu bukan pesisir, jaraknya 10 km dari Utara, masuk ke wilayah Jakarta Barat.
Seperti ini: 0.5cm hingga 5 cm.
Nah, sekarang isunya BERUBAH NIH KAK.
Masih perlu gak Giant Seawall 40km++ ditambah TOL dan pulau palsu ribuan Ha rencana @KemenPU ?

Begini analisa saya:
Menurut saya tidak.
Seharusnya lbh kritis & perlu luangkan waktu keliling?
Nah, tanyalah pada konseptornya, apa betul seharusnya begitu?
Sisi Barat air tidak dikeringkan dan ditimbun cepat-cepat. Sementara jika tanya orang lokal, sisi Timur yg rubuh itu, proses pembuatan balok bersamaan dgn pengurugan tanah. Ada apa?
Tapi justru untuk mengembalikan kepada alur pemikiran yang tidak spekulatif. Masak apapun masalah (dan datanya) selalu yang keluar Giant Seawall lagi, Giant Seawall lagi.