Cerita ini aku alamin pas aku SMA. Aku deket sama seseorang sebut aja Namanya Bambang, nah aku dan Bambang ini sering begadang bareng ehmm maksudnya dia begadang dirumahnya dan aku begadang dirumahku. Singkat cerita kita lagi sama sama nonton FTV di tv yaiyalah masa di radio :(
Sekitar jam 11 malem, dulu FTV nya tu bagus-bagus, daaaaaaan keanehan mulai terjadi kepada ku. Aku nonton tv diruang tengah, lampu yang menyala hanya kamarku, ruang tengah dan kamar mandi saja huuu emang agak serem ya.
Ketika aku dan Bambang baru bahas pemain FTVnya tiba-tiba disamping rumah persis aku denger suara orang ngayak pasir. Tau kan kalau bangun rumah tu pasti pasirnya diayak dulu biar kepisah sama batuannya? Nah gitu suaranya tu, padahal deket rumah gaada yang lagi bangun apapun.
suara itu muncul satu kali dan aku gaterlalu peduliin. Santai dong masihan, balik lagi aku nonton FTVnya eh suara ayakan pasir itu balik lagi untuk yang kedua kalinya. Disini aku bilanglah sama Bambang kalau ada suara itu disamping rumah. Yang ada dipikiranku yaaa nggak mungkin
jam 11 malem ada orang ngayak pasir, sedangkan rumahku itu paling ujung desa karena setelah rumahku adalah persawahan. Gemetar seluruh badan ini dan bulu kuduk mulai berdiri dengan tegangnya :( Aku WA itu si Bambang
“Mbang samping omahku ana sing ngirik pasir” (Mbang, samping rumahku ada yang ngayak pasir)
“tenan ra? Ra mungkin jam semene kok ngirik pasir, rungon-rungon paling” (beneran nggak? Ga mungkin jam segini kok ngayak pasir, perasaanmu aja) kata Bambang
“tenan Mbang, ping pindho. Aku wedi sing melek gur aku thok iki”(beneran Mbang udah dua kali. Aku takut, yang belum tidur Cuma aku) jawabku
“wah ati-ati, balik kamar wae ndang tvne pateni”(wah hati-hati, balik ke kamar aja cepetan, tvnya dimatiin) Bambang menyuruhku
Disini posisi pintu samping belum kekunci dan aku pula yang harus menguncinya, dengan badan yang gemetar ku mengunci pintu dan langsung lari menuju kamarku. Sesampainya dikamar aku penasaran, memang arti dari suara ayakan pasir itu apa.
“Mbang, wis ning kamar aku”(Mbang sudah dikamar aku)
“yowis gek turu, wis isuk iki. Rasah dipikirke sing mau”(yaudah cepat tidur, tidak usah dipikirkan yang tadi) kata Bambang
“Emang artine apa to nek ana wong ngirik pasir ngono? Medeni po?(emang artinya apa sih kalau ada
orang yang ngayak pasir? Serem po?) Namanya juga aku kepo
“jare wong mbiyen ki nek ana suara wong ngirik pasir kuwi sing dolanan cah cilik ne kora wong tua, makane tak kon mlebu kamar kowe ndak malah ganggu”(kata orang jaman dulu kalau ada suara ngayak pasir itu tandanya ada
yang sedang bermain entah anak kecil atau yang udah tua, makanya tak suruh masuk kamar kamunya takutnya ganggu ke kamu) jelas si Bambang
Setelah penjelasan si Bambang aku memojokan badanku dipaling pojok kasur karena disitu aku merasa aman. Jam menunjukan dini hari dan rasa
gemetar itu sedikit reda, posisiku sekarang berada dipinggir tembok yang berjendela. Jadi kasurku itu mepet dengan jendela. Tak lama berselang kejadian ayakan pasir, kali ini dibalik jendela ada suara ayam kecil kecil. Kembali tegang seluruh badan dan lagi lagi cuma Bambang yang
bisa kuandalkan.
“Mbang isih tangi? Saiki malah ana suara pitik ning samping candelaku”(Mbang masih belum tidur? Sekarang malah ada suara ayam disamping jendelaku)
“rasah gawe gawe, kowe gur ngantuk. Wis turu”(gausah mengarang, kamu Cuma ngantuk. Sudah tidur) Bambang jengkel
“tenan cuk ra ngapusi aku, opo meneh ini yaampun wedi pol aku ra ngapusi :(”(seriusan ga bohong aku, apalagi ini yaampun takut banget) ungkapku
“tak kandani ning rasah wedi, jare simbahku nek ana suara pitik ki ana sing teka”(tak kasih tau tapi jangan takut, kata simbahku
kalau ada suara ayam itu berarti ada yang datang)
“apa Mbang?” tanyaku penasaran
“kuntilanak”
Seketika aku langsung menggeser posisiku berlawanan dengan tempat yang kurasa aman tadi. Entah apa yang kuperbuat malam itu hinggaku ada gangguan.
Bambang hanya berpesan jangan lupa berdoa sebelum tidur. Jadi itu alasanku menjauhi jendela kamar setiap kali tidur, hati-hati kalian yang tidur disamping jendela siapa tau ada dia dibaliknya.
-TAMAT-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bicara tentang sekolah, banyak sekali bangunan-bangunan Belanda yang dijadikan sebagai sekolahan, bangunan-bangunan tua yang dijadikan sekolahan ada pula yang membangun dari nol
dilahan yang sangat luas untuk didirikan sekolahan. Sekolah, tempat untuk menuntut ilmu, membangun karakter dan mempersiapkan untuk masa depan. Tak hanya manusia yang menghuni sekolah, tapi makhluk lain juga ikut meramaikan tempat yang disebut dengan sekolahan. Berbagai
KKN, momen yang menguras tenaga bahkan menguras kantong mahasiswa semester (hampir) akhir. Mengabdi kepada masyarakat, membuat Program Kerja (Proker) untuk sedikit mengedukasi dan memberikan secuil kenangan dimana aku pernah
hidup bersama teman-temanku didesa itu. Hidup Bersama teman dan dihadapkan dengan warga sekitar yang sebagian besar belum bisa menerima pengaruh dari luar. Belum lagi masalah mindset orang-orang tentang “Mahasiswa KKN adalah sumber uang”. Ketika datang ke sebuah desa langsung
aku kuliah disalah satu Universitas di Yogyakarta, aku suka mendengar dan memainkan alat music apalagi gamelan. Aku ikut disalah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bernama GAMER (Gamelan Remaja), didalam UKM ini aku mendapatkan pengalaman pentas di kampus-
kampus lain, mengikuti festival dan masih banyak lagi perlombaan-perlombaan yang kuikuti. Bukannya sombong, tapi ketika mengikuti festival gamelan Gamer selalu pulang membawa juara untuk kampus meskipun tidak ada partisipasi sedikitpun dari kampus. Setelah aku ikut Gamer
PENJAGA YANG TIDAK BISA MENJAGA DIRINYA SENDIRI DAN ORANG LAIN, MENDATANGKAN MUSIBAH
-A HORROR THREAD-
saya @ayuningtyaspr mempersembahkan #3hari2mala @bacahorror
Kemah atau perkemahan yang dilakukan ketika duduk dibangku sekolah. Kali ini cerita tentang perkemahan SMA, sebut saja SMA 1 Garis Keras pada masa kelas 10. Pertama masuk SMA 1 Garis keras Rima akrab dengan 4 temannya yang bernama Saras, Mega, Miko, dan Farel.
Mereka memulai pertemanan dengan lingkup belajar kelompok, guru yang mengharuskan membuat kelompok tidak sengaja memilih 1 kelompok yang berisikan mereka berlima. Tapi cerita ini bukan 5cm ya hehehe. Disemua sekolah pasti ada kemah, kemah adalah urutan terakhir kegiatan
Cerita ini pertengahan tahun 2011, aku akan menceritakan dari sudut pandang orang pertama. Perkenalkan namaku Fitri, aku anak tunggal yang tinggal disebuah desa terpencil. Aku mempunyai Pakdhe yang rumahnya sekitar 10 menit dari rumahku dan rumah simbah dari Ibu yang
perjalanannya sekitar 15 menit dari rumahku. Aku menyebut simbahku dengan sebutan Paktua (simbah laki-laki) dan Mboktua (simbah perempuan) dan kala itu aku masih mahasiswa baru. Paktua dan Mboktua tidak mau tinggal bersamaku begitupun dengan Pakdheku, karena katanya mereka
Ini cerita KKN tahun 2018, tapi bukan KKN di Desa Penari ya ini Cuma di Dhusun biasa aja. Kita kuliah di Universitas “X”, pada semester 7 ada mata kuliah KKN, kita beranggotakan 11 orang mendapat Dhusun sebut saja Dhusun Kembang.
Kita absen dulu aku (Bella), Tuti, Rina, Ifah, Rika, Nisa, Tari, Joko, Rian, Ahmad, Roy(ketua kelompok). Disini memakai sudut pandang Bella ya, jadi penulis jadi Bella. Dhusun ini cukup terpencil dan hampir diujung kota, akan tetapi jalannya masih aman karena sudah diaspal