Wah. Profile picture
12 Nov, 193 tweets, 24 min read
"PENDAKIAN GANJIL GUNUNG LAWU"

Kejanggalan demi kejanggalan dalam pendakianku yang berjumlah ganjil.

⁃ A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat Image
Malam ini saya kembali, dengan cerita pendakian gunung setelah hampir 3 bulan lamanya tidak menulis cerita tentang pendakian gunung.

Kali ini, saya akan cerita tentang sebuah gunung yg berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Apalagi kalau bukan Gunung Lawu
Sebuah gunung yg sudah sangat fenomenal bagi banyak pendaki atau warga disekitarnya.

Gunung yg menyimpan banyak sekali cerita dan misteri di dalamnya
Bagaimanakah ceritanya?

Silahkan RT dan like terlebih dulu, dan silahkan tinggalkan apapun di kolom komentar agar tidak ketinggalan cerita ini.

Saya akan mulai cerita nanti. Yuk kumpul dulu, karena kalau cerita tanpa ada kehadiran teman-teman pembaca rasanya hampa :v
Sebelum saya tinggal, saya beri bahan baca yg lainnya dulu. Sabar ya....

Sabarmu, adalah kekuatanku dalam setiap menulis hehe
Siapa disini yg masih asing dengan gunung Lawu?

gunung yg memiliki ketinggian 3265mdpl dan berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya di antara tiga kabupaten yaitu Karanganyar, Ngawi, dan Magetan ini menjadi salah satu favorit bagi para pendaki gunung
Gunung yg memiliki nama asli Wukir Mahendra Giri ini dipercaya sebagai pasak tertua tanah Jawa. Di dalam cerita Babad Lawu serta Banjaran Lawu, Lawu digadang sebagai gunung tertua di Pulau Jawa. Dan menjadi tempat hijrah para dewa dari pegunungan Himalaya nan jauh di daratan Asia
Maka tak heran, apabila selain menyimpan keindahan, gunung Lawu juga menyimpan banyak misteri di dalamnya. Bahkan, hingga sekarang gunung Lawu masih digunakan sebagai tempat bertapa dari berbagai kalangan orang-orang
Saya akan mulai cerita, tapi saya mohon agar teman-teman pembaca menunggu dengan sabar. Karena cerita ini saya tuliskan langsung disini tanpa sebelumnya saya tulis di laman sebelumnya.
Perkenalkan aku adalah seorang pemuda yg berasal desa yg jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu kota besar di Jawa Timur.

Acil, begitulahsapaan akrab yg diberikan teman-teman terhadapku.
Kala itu senin malam, aku yg masih merebahkan badan sejak sore karena tidak ada kegiatan apapun di kampus lalu salah satu teman menghubungiku melalui telepon.
"Cil, di kos? Kalau di kos nyusul sini ke kucingan biasa kita makan" tanya salah seorang temanku yg bernama David

"Iya di kos aja ini, mau ada apa?" tanyaku

"Udah kesini aja dulu, ada yg mau aku bicarakan" sahutnya
Sepertinya memang ada hal penting yg ingin David bicarakan kepadaku

Sedikit malas aku beranjak dari tempat tidur nyamanku, dengan mengenakan jaket denim andalanku aku keluar kamar kos dan menyusul David di kucingan tempat kami biasa nongkrong
"Gak ngobrol kalau disini ada yg lainnya juga" ucapku saat tiba di kucingan dan melihat ada Kribo, Candra dan Akbar.

"Buk, es susu jahe tanpa gula" pesanan andalanku pada ibu-ibu pemilik kucingan disini.
"Gak ada kumpul UKM **** tah cil?" tanya Kribo karena mereka menganggap kalau aku adalah seorang aktivis yg gemar kuliah rapat dan pulang malam-malam.

"Enggak, lagi free aja. Daritadi cuma tidur di kosan aja" jawabku
"Gini cil, ini Akbar berencana mau naik gunung weekend minggu depan. Dia ngajak kita buat gabung, mau gak?" tanya David

"Kemana?" sautku

"Ke gunung Lawu"

"Serius mau kesana?" tanyaku
"Emang kenapa cil? m" tanya Akbar

"Ya gakpapa, aku tanya aja karena disana kan katanya terkenal 'angker' bar" jawabku

"Alahh, gakpapa cil selama kita gak neko-neko (aneh-aneh) kita gak akan kenapa-kenapa" jawab Akbar
Setelah aku mengiyakan ajakannya, kami mulai membahas lewat jalur mana kita akan mendaki

Cukup alot kami membahasnya,karena masing-masing dari kami memiliki keinginan sendiri-sendiri,akhirnya kami sepakat akan mendaki ke gunung Lawu melalui jalur yg terkenal akan savana indahnya
Alasan kami mencoba jalur ini selain ingin menikmati sejuknya pagi hari di Savananya, juga karena banyaknya peninggalan-peninggalan sejarah sejak dari kerajaan Majapahit yg bisa ditemui disana
"Aku sambil makan ya" celetukku diantara percakapan kami yg sudah sampai membahas seluk beluk gunung Lawu dari berbagai sumber cerita, dan entah bagaimana juga hingga membahas tentang mistisnya gunung Lawu
Akbar mulai bercerita dengan rinci tentang cerita-cerita yg berkembang disana, banyak sekali diantaranya banyak yg belum aku ketahui sehingga membuatku yg belum pernah menginjakkan kaki kesana diam-diam penasaran dengan ceritanya
"Ehh, tapi kan diantara kita semua, aku yg baru pertama kali naik gunung besok" ujar Candra ditengah percakapan

"Nanti kami yg atur ndra, tenang aja" jawab Kribo menenangkannya
Singkat cerita, setelah pertemuan malam ini artinya kami masih memiliki waktu yg cukup untuk mempersiapkan perlengkapan dan fisik agar pendakianku esok lancar dan tanpa kendala.
Di kos aku membersihkan carier kesayanganku, Aku akan membawa carier andalanku ini yg sebelumnya sudah pernah ku bawa naik ke Welirang dan Penanggungan ini.
Suatu siang, kami ber 5 kembali kumpul di taman kampus untuk membahas persiapan dan rencana keberangkatan kami. Tampak wajah 4 temanku sangat antusias seakan tak sabar menunggu waktu pendakian kami.
Rencananya, kami akan ke karanganyar menggunakan bus dari terminal pusat di kota tempat kami sekarang, dan akan menggunakan jasa ojek atau angkutan saat akan menuju ke basecamp

Di hari yg ditentukan,di jam 4 sore kami berkumpul di depan terminal yg sebelumnya sudah kami tentukan
Siang hari, setelah selesai jam kuliah aku langsung pulang ke kos dan mengambil peralatanku dan berangkat ke terminal.

Aku datang kedua dari awal setelah David. Kribo, Candra dan Akbar datang bersamaan dengan angkutan kota yg membawanya
Setelah semuanya kumpul, kami berjalan mencari bus yg akan membawa kami bertolak ke karanganyar

"Solo....Karanganyar...." teriak salah satu kernet yg memberi tanda pada kami
Tak berpikir lama kami berlima naik, dengan sebelumnya menaruh carier yg kami bawa di bagasi bus

Sore itu bus melesat menuju karanganyar dengan cepat, perjalanan kami lalui dengan perasaan riang gembira karena tak sabar mendaki esok hari.
Hingga sebelum tengah malam kami sampai di salah satu terminal di terminal karanganyar, aku lupa persis apa nama terminalnya
Sepi...

Sunyi...

Ditemani remang-remang cahaya lampu kuning dan segelintir orang disana.
Baru saja kakiku menginjakkan kaki disana, penglihatanku terpecah pada laki-laki paruh baya yg melambai-lambaikan tangan pada rombongan kami.
Seakan ia menyuruh kami kesana, sempat aku berpikir laki-laki tsb adalah tukang ojek disana, tapi setelah aku perhatikan di sekitarnya tidak ada motor terparkir disekitarnya
Dia terus melambaikan tangan dengan wajah datar dan tatapan kosongnya,

"Bar, bar... Lihat itu" jawilku pada candra yg kebetulan ada di depanku

"Heh... Udah jangan dilihat lagi" jawabnya

Tampak tatapan wajah Akbar yg memiliki arti lain.
Diantara kami semua Akbar ini memiliki kemampuan melihat hal-hal gaib, bahkan sesekali dia pernah menyembuhkan teman-teman yg kesurupan saat sedang di kampus.
Aku sendiri sebenarnya tidak memiliki keahlian dalam hal ini, tapi dulu aku lupa persisnya kapan, aku jadi bisa melihat hal-hal yg tak bisa dilihat orang-orang pada umumnya. Tapi keahlianku tak seberapa jika dibandingkan dengan Akbar
Kami berlima istirahat di emperan warung yg masih buka malam hari itu, aku lihat jam tangan ternyata jam sudah hampir setengah 12 malam.

"Buk, jam segini masih ada ojek tidak ya buat ke Candi Cetho?" tanya Akbar pada ibu-ibu pemilik warung
"Wah, kalau jam segini sudah tidak ada mas... Mas nya mau naik Lawu ya? Mending nunggu sampai subuh nanti baru ada ojek, istirahat aja di masjid sana mas" ucap ibu pemilik warung sambil menunjuk masjid yg dimaksudnya
Setelah obrolan singkat ini kami berjalan ke masjid yg di maksud ibu tsb, diam-diam aku memperhatikan laki-laki paruh baya yg ku lihat tadi, anehnya saat mataku mengarah ke tempat dimana laki-laki tsb berdiri aku tak melihat apapun disana kecuali gundukan tanah yg ada disitu
Aku clingak clinguk mencari lelaki paruh baya tadi sambil memastikan kalau penglihatanku tadi tidak salah

"Sudah cil, gak usah dicari. Ayo istirahat aja" seru Akbar yg ternyata memperhatikanku
"Pada ngapain kok bisik-bisik?" tanya Kribo yg curiga melihatku dengan Akbar

Aku masih menganggap angin lalu kejadian ini, lagipula tidak jarang aku melihat hal-hal demikian.
Berselimut dingin malam hari, kami istirahat dengan Sleeping Bag kami masing-masing.

Singkat cerita, setelah sholat subuh kami bersiap menuju basecamp. Aku lihat keadaan jalanan memang sudah agak ramai jika dibanding semalam.
Ayo siap-siap kita jalan lagi" ajakku

Dengan rasa kantuk yg masih hinggap di mata, kami berlima berjalan ke arah terminal lagi.

"Mas mau kemana?" tanya bapak-bapak saat kami baru sampai depan terminal
"Mau ke Candi Cetho pak" jawabku

"Oalahh, saya Pak Mardi. Ayo bapak antar, bapak ojek disini" jawab bapak tsb

"rombongannya berapa orang mas?"

"Lima orang pak" jawabku
"Lho.... Njenengan mau kesana 5 orang?" pertanyaan bapak tsb yg membuat kami semua bertanya-tanya

"Emang kenapa pak?" celetuk Kribo

"Gakpapa mas, bapak tanya aja"
Walaupun demikian, jawaban Pak Mardi membuat kesan tersendiri bagi kami semua, terkhusus olehku. Apalagi, raut muka Pak Mardi yg memperlihatkan ada makna tersendiri dibalik perkataannya.
Bebarengan dengan sang surya yg perlahan mengintip, aku dan ke 4 temanku mulai perjalanan menuju basecamp dengan ojek yg kami sewa
Menuju ke arah basecamp tsb, kami melewati lereng gunung dengan tikungan tajam yang sangat ekstrim dan sebagian diantaranya tidak ada pembatas jalannya, langsung berhadapan dengan jurang.
Saat hampir sampai desa Candi Cetho , kami disuguhkan hamparan kebun teh yg sangat luas, sepanjang mata memandang hanya terbentang terasering kebun teh.
Lagi-lagi penglihatanku teralihkan dengan perempuan yg berdiri diantara kebun dengan mengenakkan gaun putih dengan sedikit motif di kainnya layaknya noni belanda jaman dulu,
parasnya sangat cantik dengan rambut panjangnya yg terurai. Aku kagum dibuatnya

Dia seperti memperhatikan kedatangan kamu
maksud saya kedatangan 'kami'
Cantik sekali, siapa dia" tanyaku dalam hati

Namun saat aku memalingkan wajahku sebentar dan kembali melihat ke arah perempuan tsb, perempuan tsb hilang tak berbekas.

"Ya Tuhan, belum juga mendaki sudah disuguhkan kejanggalan-kejanggalan sejak semalam" gerutuku
Singkat cerita, sampailah kami di salah satu basecamp di Candi Cetho. Karena belum sarapan, kami menyempatkan makan di warung dekat basecamp.

Setelah kenyang kami cek ulang perlengkapan dan berjalan ke loket pendaftaran guna mengurus simaksi.
Akbar yg mewakili kami mengurus simaksi, melihat buku daftar pengunjung hari itu tidak genap 20 orang, dan di hari sebelumnya hanya 9 orang. Artinya,di atas sangat sepi hari ini

Bayangkan saja, jalur yg terkenal sangat panjang hanya ada beberapa orang saja
Lagi-lagi disini kami mendapatkan pertanyaan, mengenai jumlah rombongan kami yg 5 orang.

"Ini jumlahnya 5 orang mas?"

"Iya pak" jawab Akbar pada petugas basecamp
"Sebenarnya kenapa pak kalau jumlah kami 5 orang?" celetuk Kribo yg sudah penasaran sejak mendapat pertanyaan dari Pak Mardi dibawah

Disini petugas basecamp menjelaskan tentang salah satu mitos atau pantangan saat mendaki lawu salah satunya adalah dilarang berjumlah ganjil.
Mendengar itu sontak Akbar terkejut dan memandangi kami semua, diantara kami juga saling tatap tanpa mengeluarkan kata-kata. Semuanya tampak ketakutan, begitupun denganku

Sangat tidak mungkin kita menunda pendakian karena sudah jauh-jauh kami sampai disini.
"Sudah mas, gakpapa. Yg penting hati-hati aja, kalau menemukan apa-apa di jalan jangan dihiraukan. Jalan terus aja dan dijaga perilaku dan perkataannya" ucap petugas basecamp yg memecah ketegangan diantara kami dengan wajah tersenyum penuh teka-teki.
Kami bingung harus senang atau takut saat ini, di satu sisi kami diberi arahan, dilain sisi petugas basecamp menyebutkan 'kalau menemukan apa-apa' , artinya nanti kami akan dihadapkan oleh hal-hal yg sulit dong? Ah sudah, kami harus lekas mulai pendakian
Setelahnya kami diberi arahan lagi sebelum mulai pendakian

"Berdoa dulu mas" ujar petugas basecamp
"Bismillahirrahmanirrahim" kami melangkahkan kaki dipijakan pertama di hutan gunung Lawu.

Petualangan dimulai....
-Rehat-

Sampai jumpa di jumat malam (malam sabtu).

Jangan lupa follow akun saya untuk mengikuti lanjutaj cerita dan perkembangan cerita-cerita selanjutnya.

Selamat malam...
Sebelum saya sambung lagi. Saya lupa menyebutkan, kalau kisah ini terjadi 15 tahun yg lalu. Jadi sudah cukup lama, tapi memori petualangan ini masih terpantri kuat di ingatan Acil dan teman-temannya hingga sekarang.
Petualangan dimulai...

Menyelami hutan rimba gunung Lawu kala itu.

Hanya sepi....

Sunyi....

Hanya ditemani suara serangga hutan yg seperti lagu wajib saat kita masuk ke dalam hutan
Belum lama jalan, kami berpapasan dengan segerombol warga yg mengenakan pakaian adat bali dengan membawa sesajen di tangannya, sepertinya mereka hendak beribadah di salah satu candi disini.

“Mari……” sapa Akbar pada mereka saat rombongan kami berpapasan dengan mereka
Kami terus berjalan dengan formasi Akbar paling depan,

diikuti Candra,

Kribo,

David, dan

Aku paling belakang.
Kami terus berjalan menembus di dinginnya kabut Lawu yg saat itu mulai turun seiring dengan kami yg semakin jauh. Jam masih menunjukkan jam 10 pagi, tapi dinginnya sudah seperti akan masuk malam hari. Tak terasa kami sampai di pos satu setelah memakan satu jam perjalanan.
“Cil, perasaanku kok gak enak ya” terang David di depanku

“Gak enak kenapa?” tanyaku

“Ya gak enak aja, aku merasa kita ada yg memperhatikan”

“Perasaanmu aja vid, udah gak apa jalan terus aja” jawabku
Saat sampai di Pos 2 kami istirahat sebentar di dekat pohon besar yg ada disana, pohon ini berbalut kain seperti kain sarung, menandakan jika pohon ini di keramatkan oleh warga disini.
Saat kami tengah guyonan satu sama lain, di tengah kabut yg masih ada, kami dikagetkan dengan kemunculan seorang pendaki laki-laki tengah berjalan sendirian melewati kami.
“Istirahat dulu mas….” Ajak kribo kepadanya

Tapi bukan sebuah jawaban yg kami dapat, ia hanya menggeram dalam mulutnya layaknya suara seekor harimau, ia terus berjalan melewati kami dan tanpa melihat ke arah kami.
“Mas….” Akbar memanggilnya
Lagi-lagi tidak ada jawaban.

“Sssstt… Udah jangan ngomong lagi” ucapku

Kami biarkan pendaki tsb jalan hingga menghilang dari penglihatan kami
Hal itu tidak terlalu kami hiaraukan, karena perjalanan kami baru saja dimulai. Walau beberapa diantara kami terlihat takut.

“Jalan lagi ayok” ajak Akbar
Kami jalan lagi dengan formasi yg sama hingga sampai di pos tiga hampir jam dua siang.
Terlihat satu pancuran air disana, kami yg sudah setengah lelah menghampirinya untuk sekedar cuci muka.

Candra dan Kribo terlihat riang bertemu aliran air disana, akhirnya kami istirahat cukup lama dan menyempatkan sholat di pos tiga.
ditengah istirahat, kami kembali dikejutkan dengan kedatangan seorang pendaki yg sebelumnya kami lihat di pos 2 tadi,

“Loh hehh…. Itu kan mas-mas yg tadi” celetuk Kribo

“Loh iya…. Kok bisa sih” saut David
Semua kaget dan bingung termasuk aku.
Dia berjalan perlahan dengan kepala menunduk sambal membawa daypack gunungnya. Disini jarak kami lebih dekat dari sebelumnya, sehingga kami bisa melihat jelas badan dari pendaki tsb.
Dari yg aku lihat, dia berjalan dengan muka sembap dengan sedikit sayatan di pipinya. Di ujung jaket yg ia kenakan, terlihat tangan pucatnya yg membiru tanpa sarung tangan.
Bedanya disini aku mendengar pendaki tsb sedang bernyanyi dengan lirih, nyanyian jawa layaknya seorang dalang saat sedang membuka pentas pewayangannya

Bodohnya aku, aku selalu penasaran dengan hal-hal yg terlihat ganjil.

Aku memanggilnya,
“Mas….” Panggilku, aku coba memanggil lagi disini

Lagi-lagi dia hanya menggeram dalam mulutnya dan terus berjalan tanpa melihatku atau salah satu diantara kami.
“Mas….” Panggilku, aku coba memanggil lagi disini

Lagi-lagi dia hanya menggeram dalam mulutnya dan terus berjalan tanpa melihatku atau salah satu diantara kami.

Saat aku lihat yg lain, terihat semuanya hanya melongo melihatku kecuali Candra, dia menutup rapat-rapat wajahnya.
Karena diantara kami memang yg paling penakut adalah Candra

“Jalan yok biar gak kemalaman sampai pos lima” ajakku yg dalam hati sebenarnya ingin mengetahui lebih jauh tentang pendaki yg aku lihat tadi.
Aku berpikiran kalau ini bukan manusia, tapi sementara 3 temanku selain Akbar juga melihatnya.

Kami mulai jalan kala itu aku ingat pukul 14.30 dengan formasi yg masih sama dan hanya selisih 10 menit dari pendaki misterius tadi.
Dari pos 3 jalur sudah bertambah kemiringannya, sehingga memerlukan tenaga yg cukup ekstra melewatinya
Perlahan berjalan hingga tak terasa 30 menit sudah kami lalui sejak dari pos tiga, aku yg di belakang sedari tadi memperhatikan jauh ke depan mencari pendaki misterius tadi.
Cukup lama berjalan tak juga membuatku dapat menemukan pendaki tsb, aku bingung dengan ini semua.

Selisih kami berjalan tak lama, apalagi dalam kondisi medan seperti ini. Kami yg sejauh ini terus jalan tanpa henti belum juga menemui pendaki tsb
Entah yg lain memiliki pemikiran yg sama denganku atau tidak, yg pasti aku sudah memikirkan ini sejak tadi dan aku enggan menanyakannya pada yg lain.

Aku mencoba menyimpan rapat-rapat rasa ingi tauku ini dan fokus dengan jalur pendakian yg kian terjal.
Sudah 1 jam jalan, belum juga ada tanda-tanda adanya pos 4.

Oh iya, sejak dari basecamp kami sering menemui beberapa sesajen dan dupa yg belum lama terbakar di beberapa titik.
Kami tidak tau ini dalam rangka apa, karena kami berlima perdana disini dan tidak diberitau apa-apa oleh petugas basecamp.

Lupa dengan masalah pendaki tsb, pikiranku kembali terganggu
karena teringat cerita Akbar di kucingan malam hari itu jika Pos 4 ini adalah salah satu tempat angker di gunung Lawu,

banyak cerita pendaki yg ditunjukkan keeksisan berbagai makhluk yg ada di gunung Lawu di pos 4
Hampir 2 jam lamanya, akhirnya sampai di pos 4

“Berhenti sebentar ya, jangan ada yg aneh-aneh disini” ujar Akbar pada semua rombongan.

Yg lain hanya mengangguk mendengar arahan Akbar karena ingat cerita Akbar kala itu.
Gak lama saat tengah istirahat disana, seekor burung jalak datang menyambangi kami, seekor burung yg dikeramatkan di gunung Lawu.

Jalak ini, burung yg juga dianggap sebagai penunjuk jalan bagi para pendaki,
karena kerap kedatangannya yg tiba-tiba seperti menuntun pendaki saat tengah mendaki.

Jalak ini datang tepat di depan Akbar, dengan mata yg terus memperhatikan kami berlima. Entah kenapa aku memiliki firasat mata burung jalak ini tidak seperti mata burung pada umumnya.
“Ayo jalan lagi” ajak Akbar

Saat berdiri dan mulai jalan,jalak ini tetap membersamai kami di depan, benar saja burung ini mengarahkan langkah kami.
Temaram datang seiring kami yg terus melangkah naik dari pos 4, mega merah di belakang kami seakan memanggil agar kami menikmatinya
Benar saja, senja sore kala itu membuatku takjub akan ciptaan dan keagungan Tuhan.

Gelap datang dibarengi riuhnya angin yg agak kencang, perlahan namun pasti kami berlima sampai di Pos 5 ‘Bulak Peperangan’.
Akbar dan David menyisir semua tempat di pos 5 untuk tempat kami mendirikan tenda.

Di thread saya sebelumnya, saya sudah sedikit mengulas tentang Bulak Peperangan. Singkatnya, dulunya disini adalah tempat pertempuran Raja Majapahit Prabu Brawijaya 5 dengan Adipati Cepu.
Kami dirikan tenda dome berukuran besar yg bisa menampung kami berlima di salah satu area di pos 5. Kebetulan disini kami bertemu dengan satu rombongan pendaki yg ternyata camp juga disini, tapi letaknya yg berjauhan dengan tenda kami.
Malam hari akhir pekan kala ini benar-benar syahdu,

malam bertabur bintang dihiasi cahaya rembulan.

Namun siapa sangka semua ini akan berubah mencekam malam nanti.
Seiring dengan tenda berdiri, perutku meronta-ronta memaksa agar lekas diberi makan.

“Cil… makan dulu” ajak Candra

“Wah pengertian sekali temanku ini, tau saja kalau perutku sudah berdendang sejak tadi” batinku dalam hati
Satu persatu diantara kami mulai merebahkan tubuh lelahnya, tanpa terkecuali aku.

Waktu berjalan, malam kian larut dan kabut lembut perlahan datang menyelimuti tenda tempat kami berlima berlindung
Hingga tak terasa mata ini sangat berat dan akhirnya tertidur di samping Akbar.

Hingga....

Dari nyamannya bawah sadar, aku disuguhkan kejutan yg diberikan malamnya gunung Lawu.
Kejutan yg tidak pernah aku sangka sebelumnya.

Dalam gelapnya tenda dan berselimut sleeping bag

tiba-tiba...
”Srakkkk…..tinggg……sraaaakkk…..”

suara pedang saling bergesekan terdengar sampai di telingaku di dapam mimpi. Tak sampai disitu saja, suara langkah kuda terdengar jelas berada tak jauh dari tendaku.

Aku sempat mengira ini hanyalah mimpi bawah sadarku saja,
Tapi sangkaanku salah,

tiba-tiba mataku terbuka dan aku bangun dari tidurku karena terkejut dengan suara benturan keras seperti manusia yg jatuh di atas tanah yg tak jauh dari tendaku.
Gesekan-gesekan pedang yg ku kira hanyalah mimpi, aku dengar sekarang.

Suara pedang, kuda ditambah suara langkah manusia yg sedang berlarian sangat jelas aku dengar dari balik tenda satu layerku ini.
Dari apa yg aku dengar, aku merasa tendaku sedang berdiri di tengah pertempuran yg maha dahsyat diluar sana.

“Dimana ini…. Mengapa ada pertempuran disini” batinku karena masih tak menyangka yg sempat aku kira mimpi jadi kenyataan sekarang.
Aku yg kebetulan kebagian tidur di paling pojok mencoba memberanikan diri mengintip apa yg sedang terjadi diluar sana.

Lagi-lagi aku benci dengan diriku sendiri karena selalu penasaran dengan hal apapun yg terkesan janggal.
Ku lihat ke empat temanku masih nyaman dalam tidur mereka masing-masing.

“Bocah edan, ada suara ramai begini bisa-bisanya masih tidur nyenyak” gumamku dalam hati
Duduklah aku di pojok tenda tempatku istirahatku, dan aku akan memanfaatkan jendela tenda yg kebetulan tendaku ini ada fitur jendelanya, ku buka perlahan releting dan menyisakan jaring-jaring diluarnya.
Ya Tuhan…..

Aku sempat tak percaya dengan apa yg ku lihat dengan dua bola mataku ini.

Jantungku berdetak kian kencang, keringat bercucuran padahal suasana sedang dingin.
Diantara kabut lembut, aku menyaksikan pertempuran hebat di antara kabut di luar sana, bayak sekali darah bercucuran dan sebagian dari mereka sudah terpenggal kepalanya akibat tebasan pedang yg begitu tajamnya.
Dari yg ku lihat, ke dua bala pasukan mereka semua mengenakan balutan kain batik di bawahnya. Mirip sekali dengan prajurit-prajurit kerajaan jaman dulu yg pernah ku pelajari di bangku sekolah atau ku lihat di layer televisi.

Aku menelan ludah melihat kengerian ini.
Beberapa diantaranya tampak menunggangi kuda dengan membawa tombak dan perisai di tangannya.

Mereka saling adu pedang, tombak dan perisai yg dibawanya sebagai perlindungan dirinya.

Ada satu hal yg membuatku bingung antara terkesan atau takut melihatnya.
Bagaimana tidak,

Diantara mereka ada satu orang yg terlihat sangat gagah seperti seorang kseatria, ia menggunakan balutan kain emas dengan segala pernak-pernik menempel di tubuhnya dan menggunakan mahkota di kepalanya.

Takut campur kagum aku melihatnya..
Diatas kuda yg ditungganginya, dengan lihainya dia memainkan pedang ditangannya, menebas ke arah prajurit-prajurit musuh yg ingin membunuhnya.

Disini, aku bisa mengetahui kalau dialah salah satu pemimpin dari kedua bala pasukan yg sedang bertempur hebat malam ini.
Aku tidak menyangka, malam yg sempat ku kira nyaman dan damai berubah menjadi mencekam sekarang.

Keringat terasa mengalir dari balik bajuku. Udara dingin benar-benar tak kurasakan malam itu.

Saat ku lihat jam ternyata pukul 00.30 tengah malam.
Ku tutup lagi resleting jendela tendaku dan merebahkan badanku lagi.

Jantungku masih berderu sangat kencang menyaksikan kejadian malam ini.

Inginku membangunkan semua temanku, tapi aku khawatir akan membuat mereka takut dan trauma mendaki gunung lagi.
Ku tutup sleeping bag hangatku hingga menutup semua seluruh badanku hingga ujung rambut.

Aku takut kalau diantara mereka yg diluar sana menyadari jika aku mengawasinya sejak tadi.
Rasa takutku memuncak hingga ke ubun-ubun tatkala aku yg sedang tidur menghadap pojokan tenda merasakan sentuhan diatas pinggangku.

Keringat semakin berkucuran di badanku dari dalam sleeping bag.

Aku merapalkan semua doa sebisaku.
Bukannya hilang, sentuhan di pinggangku berubah menjadi tepukan, semakin cepat dan kencang.

Benar-benar suasana tambah mendebarkan melebihi orang yg sedang dilanda asmara
Ku tutup mataku rapat-rapat,jantung yg terus berdetak seperti memaksa keluar dari tubuhku dan bulu kuduk yg semakin tegak berdiri berbeda dengan keadilan di negeri ini.

Takut....

Was-was...

Tegang....

Hanya itu yg bisa kurasakan
“Cil…..cil……” ada suara memanggilku

Ternyata…..

Ternyata.....

Ternyata itu semua kelakuan Akbar, dia menjawilku sejak tadi.

"ASU" umpatku dalam hati karena kesal ternyata ini hanyalah kelakuan Akbar
“Apa bar?” ucapku berbisik sembari membalikkan badan

“Denger gak?” tanyanya

“Daritadi aku udah dengar, lihat aja sendiri darisitu” suruhku sambal menunjuk jendela tenda yg ku pakai mengitip tadi
Gak lama setelahnya

“Astagfirullah….” Akbar nyebut sambal merebahkan badannya lagi

"Cil, itu apa... Kenapa ada peperangan diluar... siapa mereka...." tanya akbar dengan lirih dari balik sleeping bag nya
Suara langkah yg berlarian, tebasan pedang, langkah kuda masih jelas kami berdua dengarkan dari balik tenda.

Aku iri melihat Kribo, David dan Candra yg masih tidur, aku ingin seperti mereka yg tak menyaksikan ini semua.
Sekarang aku bingung mau berbuat apa, yg ku bisa hanyalah terus berusaha agar bisa tidur supaya tidak dihantui ini semuq.

"Bar tidur lagi udah ayok, aku udah gak tahan" ajakku
-Rehat-

Saya mau ada kerjaan lepas subuh nanti, jadi mengharuskan saya untuk menyudahi cerita malam ini.

Maaf...

Sekali lagi maaf...

Dan mohon pengertiannya ya...

Sampai jumpa di malam minggu..

Jangan lupa follow akun saya agar tidak ketinggalan update cerita berikutnya 🙏🏻
Nungguin ya?
Kalut, takut dan dibumbui rasa ingin lari yg sedang ada dihatiku.

Ku kuatkan mentalku lagi untuk menghadapi kengerian malam ini.

Ya Tuhan...

Lindungi aku dan teman-temanku...

Kami hanya ingin menikmati keindahanmu disini...

Pintaku dalam hati
Ayo tidur...

Cepat tidur...

Tapi mataku menolak terpejam, aku masih terjaga berhadapan dgn Akbar yg sama-sama menutup kepala kami dgn sleeping bag.
Akibatnya, pikiranku bertualang bebas kemana-mana

apakah yg ku saksikan ini peperangan seorang raja dengan bala pasukannya yg ada kaitannya dengan nama pos 5 ini?
Kalau iya, kenapa malam ini dimana sudah ribuan tahun setelah terjadinya peperangan dulu aku bisa merasakannya begitu nyata?

Kalau bukan, lantas siapa yg sedang bertempur sengit diluar sana?
Aku yg masih berusaha tidur kaget bukan kepalang tatkala di tengah suara peperangan, tiba-tiba  muncul suara hentakan tanah sangat kencang,

seakan ada seorang raksasa turun dari langit ke area yg tak jauh dari tendaku berdiri.
"heerrgggg.....heeergggg....."

Suara menggeram mengiringi setiap langkahnya yg sangat jelas

Di lain sisi suara peperangan perlahan menghilang seiring dengan kedatangan suara raksasa tsb
Ku beranikan kembali bangun dan membuka resleting jendela tenda.

“Mau apa kamu cil?” tanya Akbar yg ternyata masih melek juga

“Kamu denger suara keras itu bar?”

Akbar mengangguk tanpa mengeluarkan kata-kata.
Secara ilmu memang Akbar yg berada diatasku, tapi perkara keberanian dan nekat nampaknya aku lebih berani dan nekat daripadanya

“sretttt…..” aku membuka perlahan resleting jendela tendaku

Lagi-lagi aku dibuat tidak percaya dengan apa yg ku lihat dengan dua mata telanjangku ini
Makhluk berbadan tinggi besar dengan tinggi sama seperti pepohonan di bukit kanan kiri bulak peperangan ini.

dia melangkah entah ke arah mana dengan kakinya yg berukuran hampir sama dengan ukuran paku bumi dan telapak kaki nya bak perahu nelayan
“Bar… Buto bar,,, buto….” Seruku pada Akbar dengan suara berbisik

Aku kembali melihatnya, wajahnya buruk rupa, sangat jauh jika dibandingkan dengan wajah manusia,

rambut-rambut lebatnya tumbuh di sepanjang tubuh raksasanya.
Air liur yg terus keluar dan menetes dari mulutnya.

"Ah menjijikkan sekali" batinku

Sambil menggenggam yg entah apa di tangannya aku tak jelas melihatnya
“Ya Tuhan, aku yakin apa yg sedang ku lihat ini juga merupakan makhluk ciptaanmu, lindungi aku dan semua teman-temanku Ya Tuhan” pintaku pada-Nya dalam hati

Kian lama, buto tsb kian hilang ditelan gelapnya malam dan lebatnya hutan.

Aku sedikit lega, sudah sedikit aman sekarang
Ku tutup tendaku lagi dan kembali merebahkan badanku lagi.

“Sudah hilang yo cil” tanya Akbar

“Iya bar, kita sudah aman”

Kesunyian malam terasa sangat lama malam itu.
Kami berlima, namun hanya aku dan Akbar saja yg menyaksikan kejutan demi kejutan malam itu.

“ASU… Kae bocah ki turu opo mati, ono suoro koyo ngono kae bisane ora tangi babarblass.."
"Anjing, kalian itu tidur apa meninggal, ada keramaian begitu bisa-bisanya tak bangun sama sekali ” gerutuku pada ketiga temanku lainnya,
yg masih nyaman dengan tidurnya mereka masing-masing,

sangat berbeda denganku dan Akbar yg menguji jantung dan batin sedari tadi.
Tapi, disisi lain aku dan Akbar diuntungkan juga dengan tidurnya mereka, kami tak bisa membayangkan jika mereka bangun dan menyaksikan riuhnya malam kala itu.
Ah sudah….

Aku Lelah….

Aku meh turu (Aku mau tidur)

Ternyata takutku sejak tadi memerlukan energi sangat banyak, sehingga menyebabkan rasa lelah di sekujur tubuhku terutama batinku.
Baru ku merebahkan badan, aku langsung tertidur dengan sendirinya.

Aku kembali bangun ditidurku tatkala suara berisik menganggu nyamannya bawah sadarku
Rehat, mau makan sebentar.

Sama mau promosi sedikit, jangan lupa follow media saya yg lain ya

@wahyuariyantn_

instagram.com/p/CHh2GTVlDpy/…
“Alahhh…. Kalau soal makan aja bangun nomer satu” batinku saat mengetahui suara berisik tsb berasal dari Kribo dan Candra yg masak mie instan karena kelaparan.

Suara ayam hutan sayup-sayup terdengar, cahaya temaram tampak dari dalam tenda.
Ku lihat jam ternyata sudah hampir jam 5 pagi.

Aku mengajak yg lainnya sholat subuh di samping tenda.

“Sreetttt” ku buka perlahan sleeping bag yg dengan nyaman memelukku dalam hangat semalaman.
Aku kembali ingat akan kejadian semalam, dimana pertempuran hebat antar dua bala pasukan,

dan buto yg menyeramkan semalam,

akankah aku akan melihat potongan-potongan tubuh dengan bekas daranhya berserakan diluar sana? atau tapak jejak kaki raksasa?
Tiba-tiba ada yg berdiri tegak, tapi bukan keadilan. Bulu kuduku yg anteng tiba-tiba berdiri memikirkan ini semua.

“Cil…” panggil si Akbar, dia menatapku dengan tatapan penuh arti.

Sepertinya kami berdua sedang memikirkan hal yg sama

Ku beranikan diri dan memantapkan hati.
Perlahan aku keluar dari dalam tenda.

Dingin, sejuk terhirup di hidungku dan terasa sejuk hingga merasuk ke dalam paru-paruku,

sempat tak percaya aku dibuatnya, di tempat seindah dan seelok ini tersimpan cerita mencekam di dalamnya.
Lagi dan lagi, aku dan Akbar tidak percaya dengan apa yg kami lihat.

Tidak ada sisa pertempuran apapun disini, bahkan rerumputan disini masih berdiri normal seperti saat pertama kali datang, seakan tidak terjadi apa-apa semalam.
Ku pastikan lagi dengan sedikit berjalan menjauh dari tenda, ku cari barangkali ada bekas telapak kaki kuda, atau tapak jejak raksasa.

Tapi, tak ada apapun disini, semua normal.

Aku dan Akbar dibuat bingung dengan semua ini.
Kemana mereka? Sebenarnya apa yg ku lihat semalam?

Oh Tuhan...

Di dalam dekapan Lawu pagi kala itu, kami sholat subuh bergantian.
Aku beribadah pada Sang Pencipta.

Tak henti-hentinya aku memohon perlindungan pada-Nya agar aku dan semua temanku selalu dilindungi hingga kembali nanti.
“Mau muncak jam berapa?” pertanyaan tanpa dosa keluar dari mulut Candra tanpa mengetahui bagaimana nelangsanya aku dan Akbar semalaman.

Tapi, tak mungkin aku berterus terang disini dan membuat kecewa temanku yg memiliki impian berdiri di puncak hargo dumilah sana.
“Nanti habis makan kalau udah terang” ajak David

Setelah sholat kami makan Bersama dan bersiap kembali melanjutkan perjalanan.

Hanya dengan satu carier berbekal beberapa logistik kami lanjutkan menjelajah rimbanya Lawu menuju atapnya 3265mdpl
Kali ini formasi masih sama saat kami naik dari basecamp.

Di ujung pos 5, berdiri tenda pendaki yg kami temui kemarin. Tapi nampaknya mereka telah lebih dulu menuju puncak

Perjalanan kami lalui dengan riang, sejenak aku dan Akbar berpura-pura tidak sedang terjadi apa-apa.
Sepanjang perjalanan kami hanya bercanda dan menutup rapat-rapat kejadian semalam.

Bebatuan berjajar dan bertumpuk sampai di mataku, tandanya kami telah sampai di pasar dieng atau pasar setannya gunung Lawu

Semua lancar hingga sampai di puncak hargo dumilah
agak lama disana, menghabiskan memori foto dengan hp nokia yg dulu eksis.

Tapi, dua tahun kemudian hpku rusak beserta memori kenangan di dalamnya
Setelahnya kami turun dan mampir ke warung yg fenomenal hingga sekarang

"Mbok, pecel 5" pintaku karena perut kami berlima sudah di teror dengan alunan musik keroncong
Dari sana kami turun, tak ada halangan berarti.

Aku dan Akbar berpikiran semua akan aman

Tapi siapa sangka, sejak dari pasar dieng ada raut muka yg berbeda muncul dari satu temanku
David yg sejak tadi riang dengan kami, sekarang berubah murung dan melamun seperti sedang putus cinta

Aku minta kribo mengajaknya bicara
David hanya diam tak memberi respon, hingga kami sampai di tenda

David menyendiri duduk bersila di samping tenda seperti sedang memikirkan sesuatu yg sangat dalam
"Hrrrggghhmm....Hrrgghhhmm...."

muncul suara dari David, tapi aneh. Akbar disini mulai paham jika itu bukanlah David teman kami.

Benar saja...
"Hrrrrgmmmmm....Hrrggmmmm" kembali menggeram

"kowe kabeh sopo cah bagus? Nandang opo kowe kabeh nang kene? (kalian semua siapa anak ganteng? Mau apa kalian semua disini?)" tiba-tiba suara yg terdengar berat keluar dari mulut David
Sebentar rehat dulu, ada yg ganggu fokusku daritadi.

disini ada yg rumahnya berbentuk joglo? Sejak kemarin malam kalau sudah jam 10 keatas ada yg nangkring diatas kayu di langit-langit rumah.

Ada yg pernah ngalami juga?

Rehat bentar ya, saya atur posisi dan keadaan dulu 🙏🏻
Aku kembali lagi...

Bismillah semoga bisa selesai malam ini, mumpung besok libur akan lekas ku tuntaskan agar besok malam bisa leha-leha haha
David yg biasanya santai dan terkesan berpenampilan urakan, tiba-tiba berubah menjadi sosok yg berwibawa dengan duduk tegak bersila.

Benar-benar beda dengan David biasanya

Kribo, Candra hanya diam terpaku melihatnya.
Sementara aku dan Akbar mulai berjaga-jaga.

"Bo, Ndra.... Kalian kesini" ucap Akbar meminta mereka mengelilingi David, takutnya dia lari darisini

Siang, bercampur terik matahari seketika berubah menegangkan.
"Sopo kowe kabeh? arep ngopo mlebu wilayahku? (Siapa kalian semua? mau apa kalian masuk wilayahku?)"

Sosok di tubuh David kembali bertanya
"Kulo kaleh rencang niki saking kuto *****, dateng mriki ajeng mendaki mboten enten maksud ganggu. Njenengan sinten nggih? (Saya dan teman-teman dari kota *****, disini mau mendaki dan tidak ada maksud mengganggu. Anda ini siapa ya?)" jawab Akbar yg dengan gelagapan
"Kowe ra perlu ngerti sopo aranku, Aku salah sawijining ksatria sing kowe delok mau bengi. Aku wis suwe urip nang alas Lawu iki, aku ngerti kowe ndeleng aku lan pasukanku mau bengi"
(Kamu gak perlu tau siapa namaku, Aku salah satu ksatria yg kamu lihat semalam. Aku sudah lama hidup di hutan lawu ini, aku tau kamu melihatku dengan bala pasukanku semalam)
"Mbok bilih kulo kaleh rencang enten lupute kulo nyuwun pangapunten, kulo mboten enten maksud ganggu. Kulo sakwangsule saking Lawu nggih langsung wangsul ting kuto *****"
(Kalau saya dan teman-teman ada kesalahan saya minta maaf, saya tidak ada maksud mengganggu. Saya sepulang dari Lawu langsung pulang ke kota *****) jawab Akbar yg semakin ketakutan
Aku hanya menelan ludah menyaksikan dialog Akbar dengan sosok yg ada di tubuh David

"Aku iso ndelok memang niatmu mrene iki ora aneh-aneh, aku trimone pesen karo kowe kabeh menungso ojo sok ngerusak wilayahku.
Eleng, nek sing urip nang donyo iki ora bongsone menungso tok. Eleng yo cah bagus"

(aku bisa tau memang niatmu kesini tidak aneh-aneh, aku hanya pesan padamu manusia, jangan suka merusak wilayahku.
Ingat ya anak ganteng)" ucap sosok di tubuh david yg membuatku, Akbar, Kribo dan Candra terkesan olehnya

Dengan sedikit merapalkan mantra entah apa, sosok tsb keluar dari tubuh David

David pingsan...
Aku dan Akbar lalu membantunya dan perlahan menyadarkannya.

"Ndra, rebus air buat minum David" suruhku

Perlahan David sadar, setelahnya kami packing dan lekas-lekas turun gunung.
Sebenarnya jika melihat indahnya Lawu, aku masih ingin berlama-lama disana.

Tapi berbanding terbalik jika aku mengingat kejadian demi kejadian yg datang pada kami semua membuatku ingin lekas turun dari gunung Lawu
Di tengah perjalanan Kribo tanya soal apa yg dikatakan David saat kerasukan

Tentang apa yg Akbar lihat semalam,

"Udah, nanti aja kalau udah sampai kos aku cerita" jawab Akbar
Singkat cerita, kami semua pulang dan sampai ke kota **** , kota yg membosankan dan memaksaku untuk bergelut lagi dengan aktifitas kampus.

Di suatu malam kami berlima janjian berkumpul lagi untuk saling cerita tentang apa yg kami semua rasakan saat di gunung Lawu.
Kami kembali kumpul di kucingan yg sebelumnya kami jadikan tempat mempersiapkan keberangkatan kami.

Bertemankan susu jahe dan gorengan, aku bertukar cerita dengan yg lainnya.
Kali ini David yg mengawalinya, jika sebenarnya saat mau tidur di dalam tenda, di saat yg lain sudah terlelap kecuali dia. David mendengar gending jawa berirama tak jauh dari tenda, tapi saat itu David berusaha menguasai dirinya dan berusaha tidur.
Lalu saat turun gunung, David melihat sosok pria dengan pakaian prajurit jaman dulu di bawah pasar dieng, sejak darisitu dia tak lagi sadar dan tak mengetahui apa-apa hingga baru sadar saat dia bangun dari pingsannya.
Kemudian Akbar, dengan segelas kopi hitam andalannya dia mulai cerita. Berawal saat tidur dalam tenda dia sempat bermimpi didatangi seorang pendaki misterius yg kami temui saat di pos 2 dan pos 3 saat mendaki.
Disitu Akbar diberi tau jika pendaki tsb adalah pendaki yg sudah lama menghembuskan nafas terakhirnya di gunung Lawu dan senang jika bertemu dengan pendaki yg bisa mengetahui keberadaannya.
Kemudian Aku,

aku menceritakan soal peperangan yg ku saksikan. Kuda, prajurit, ksatria hingga buto semua ku ceritakan.

Kribo dan Candra sama sekali tidak menemui kejanggalan apa-apa, hanya pendaki misterius yg kami lihat semua saat mendaki kemarin.
"Kamu, tidur aja sudah kayak orang meninggal" ucapku karena sebal

Semua diantara kami awalnya saling tak percaya saat bergantian mendengar cerita dari kami masing-masing,

Tapi, semua ini nyata terjadi.
Di balik gagahnya Lawu, tersimpan historis yg melegenda hingga sekarang.

Dan aku tidak sangka, sedikit ditampakkan keistimewaan yg berada di gunung Lawu.

-TAMAT-
Jangan lupa follow akun saya, agar tidak ketinggalan update cerita-cerita seru lainnya.

Seperti biasa diakhir cerita, silahkan tinggalkan komentar pesan apa yg bisa dipetik dari kisah Acil dan teman-temannya kali ini.

Tulis yg sopan dibawah ya.

See u dicerita berikutnya ❤️

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Wah.

Wah. Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

5 Nov
"TEROR SANTET"

Kisah sebuah keluarga yang bergantian dihantui dengan datangnya santet.

⁃ A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat Image
Malam ini saya akan kembali cerita tentang 'SANTET', ini adalah cerita kedua saya membahas tentang santet. Tentu tidak kalah serunya dengan cerita-cerita saya yg lainnya.
Seperti biasa silahkan like, RT atau komentar sebanyak-banyaknya. Tinggalkan semuanya yg bisa ditinggalkan, saya akan mulai cerita agak malaman nanti agar feel nya dapat hehe
Yuk kumpul dulu, dan tetap sabar menunggu ya :)
Read 246 tweets
29 Oct
"TRAGEDI DAN MISTERI DUSUN LEGETANG"

Dusun yang Hilang dalam Semalam

⁃ A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat
Malam jum'at kali ini, saya akan membahas tentang 'Dusun Legetang' ,sebuah tragedi yg melegenda di Nusantara namun banyak yg belum mengetahui. Bagaimanakah kisahnya? Dan dimanakah dusun legetang?

Silahkan RT dan tinggalkan jejak. Saya akan mulai cerita nanti setelah makan :)
Stay tuned!

Mari kumpul dulu, sembari nunggu kumpul saya makan dulu ya...

Silahkan tinggalkan apa saja di kolom komentar...
Read 61 tweets
25 Oct
Kreator-kreator thread 'creepy/ horor' twitter memang menjadi salah satu komoditas utama dari kreator-kreator youtube terutama kreator youtube yg bergerak di konten horor, entah kreator youtube pemula, berkembang atau yg sudah maju. (-)
Jika ditanya tujuan buat channel youtube untuk apa? Nah dah nemu jawabnya kan

Channel youtube perlu apa? Konten.
*Salah satu sumber kontrn dari kreator-kreator thread

Kalau sudah ada konten cari apa? Viewers/ pelanggan

Kalau sudah dapat viewers/ pelanggan? dapat rupiah
Sampai sini sudah memahami?
Bukan maksud menjudge, tapi yok coba lah sama-sama menghargai sesama kreator terutama karya.

Bukan masalah pengikut banyak atau sedikit, kalau yg namanya karya ya tetap karya. Menulis juga tidak semudah seperti yg dibayangkan.
Read 6 tweets
24 Oct
"TEROR SANTET"
Rasa yang membawa Petaka

- A THREAD.

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #threadhorror #ceritahorror Image
Akhirnya bisa unggah cerita lagi malam ini. Malam hari ini saya akan menuliskan cerita yang berbeda dari cerita saya sebelum-sebelumnya.

Saya drop pamflet cerita dulu, silahkan RT, like dan tinggalkan semuanya yg bisa ditinggalkan, asal jangan meninggalkan perasaanmu disini :)
Stay tuned ya.....

Cerita akan saya mulai nanti, jangan buru-buru :)

Yuk kumpul dulu.....
Read 145 tweets
10 Oct
"MISTERI TEWASNYA 3 BOCAH DI WADUK BEKAS GALIAN KARDOYO"

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #bagihorror #threadhorror #hororstory
Saya akan menceritakan kisah haru sekaligus menakutkan yg terjadi dan sempat menghebohkan banyak masyarakat khususnya lampung di awal tahun 2020
Seperti biasa monggo merapat dulu. Silahkan rt, like dan tinggalkan jejak sebanyak mungkin sebelum saya mulai cerita nanti.

Monggo saya suguhi kopi dulu...
Read 115 tweets
26 Sep
"TERJEBAK DI PASAR SETAN"

Perjalanan membawaku kesana, ke tempat yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #bagihorror #threadhorror #hororstory
Malam ini, saya akan membagikan cerita yg belum lama juga sudah saya baca.

Sebuah pengalaman dari seseorang yg cukup membuat kalian terperangah.

Cerita tentang,
"TERJEBAK DI PASAR SETAN"
Seperti biasa, silahkan kumpul dulu.

Tinggalkan jejak atau apa saja yg bisa ditinggalkan asalkan bukan meninggalkan perasaan.

Silahkan juga like, komen dan RT sepuasnya sebelum saya memulai cerita ini
Read 47 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!