w a h . Profile picture
14 Jan, 160 tweets, 22 min read
(Kisah Pendakian)
Banyak hal-hal janggal menanti, saat aku mendaki, tepat di malam jumat kliwon.

"MALAM JUM'AT KLIWON DI GUNUNG KEMBANG"

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #horrorthread #malamjumat Image
Setelah lebih dari satu bulan rehat dari dunia tulis menulis thread horor, malam ini, di tahun 2021 saya kembali lagi.

Dengan semangat baru dan energi baru, maka dengan ini saya tulis thread pertama saya di tahun 2021, tentang sebuah kisah tentang pendakian
Agar saya semakin semangat dalam menulis, silahkan rt dan like sebanyak-banyaknya terlebih dulu sebelum saya mulai cerita.

Siapkan dulu kopimu, makananmu barangkali menjadi sebuah pelengkap saat membaca nanti.

Saya akan mulai nanti, jadi, mohon sabar ya :)
Sebelum saya tinggal, saya beri bahan baca cerita-cerita saya sebelumnya
Sebentar lagi, saya mulai, siapkan segala amunisi
Bismillahirrahmanirrahim....

Semoga kita semua selalu senantiasa sehat dan diberikan kekuatan dalam menjelajah segala babak kehidupan di dunia ini, jangan lupa doa dan jangan tinggalkan ibadah, agar semua yg kita lakukan berdampak baik kepada kita dan sesama.
Surakarta, 2018

Sudah lama, aku tidak menghirup suasana sejuk pegunungan, merasakan dekapan kabut, dan mencium aroma tanah gunung, sehabis hujan turun.
Rasa rinduku pada gunung tak lagi terbendung, benar-benar membuatku ingin kembali lagi kesana, setelah 6 bulan lamanya ku gantung carier karena sibuk dgn pekerjaan baruku.

Tiap kali aku melihat gunung, hatiku selalu meronta, seakan meminta agar aku bertualang lagi
Gayung bersambut, seakan Tuhan mengaamiini keinginanku.

Minggu depan ada libur panjang di kantorku, lantas, aku langsung berkabar dengan satu temanku yg bernama Yayat, untuk kembali mendaki gunung lagi.
Kali ini, aku dan Yayat, memiliki keinginan yg sama, yaitu mendaki gunung Kembang via desa Blembem.
Gunung yg memiliki ketinggian tidak lebih tinggi dari gunung prau ini,seringkali diremehkan karena ketinggiannya yg tak seberapa

Tapi, banyak diantara mereka mengaku kapok dan tidak ingin mendaki kesana lagi setelah merasakan medan sadis yg harus dilalui agar sampai ke puncaknya
Atas dasar itu, kemudian gunung kembang dijuluki sebagai gunung yg kecil-kecil caberawit, karena medannya yg tak kenal ampun.

Aku dan Yayat berencana berangkat rabu malam dari Surakarta, dan rencana naik esok harinya.
Tidak terbesit sedikitpun tentang hal-hal negatif di kepala kami berdua, karena bukan hal baru buat kami mendaki di hari kamis-jumat.

Singkat cerita, waktu berlalu, hari dimana yg kami tentukan tiba, setelah sama-sama lelah bergelut mencari penghidupan di dunia,
kami berdua berangkat malam hari dengan menggunakan bus.

Dengan kecepatan yg kian lama kian melesat cepat, bus terus berjalan membelah jalanan malam hari kala itu.

Sementara aku dan Yayat menghabiskan waktu perjalanan kami dengan tidur,
"Mas-mas, sudah sampai mas, bangun" aku dengar sebuah suara, sambil menepuk bahuku berkali-kali

Alhamdulilah, aku telah sampai di terminal mendolo jam 3 pagi.

Udara dingin menyambut kedatanganku dengan Yayat, hingga langsung menyebabkan bulu kuduku menari-nari sendirinya.
"Atise rak karuan dot (dingin banget dot)" celetuk Yayat

"Iya e, wis suwe rak ngerasake ngene san dadi rasane atise pol (sudah lama gak merasakan begini juga, jadi rasanya dingin sekali)" jawabku
"ayo ngopi sik dot, ng warung kae (ayo ngopi dulu dot, di warung sana)" ajak Yayat, sambil menunjuk warung yg ada di pojokan terminal

Aku dan Yayat lantas melangkahkan ke warung yg dimaksud Yayat. Perlahan, dan perlahan langkah kami semakin dekat,
sebuah pemandangan tak enak menyambut penglihatan dikedua mataku.

Ya... Aku melihatnya...

Sesosok makhluk seukuran manusia dewasa (laki-laki), dengan kulit pucat berdiri menunduk di salah satu sudut warung.
Dengan taring yg tumbuh di mulutnya, ia tampak sedang asik menyantap salah satu menu makanan yg ada di dalam warung itu.

Rasanya, melihatnya saja aku tidak ingin, tapi apalah daya, mataku terlanjur melihatnya.
Sosok yg menurutku hampir sama dengan tokoh gerandong di serial nenek lampir itu, sempat melihat ke arahku dengan air liur yg bercucuran keluar dari dalam mulutnya. Jijik sekaligus seram yg kurasakan kala itu

"Yat" ucapku tiba-tiba memanggil Yayat setelah melihat sosok tsb
"Pie dot? ayo to, atis iki wisan (gimana dot? ayo lah, sudah dingin ini)" jawab Yayat kesal sambil terus berjalan ke arah warung

"Yat!!!" panggilku lagi, sambil menarik cariernya dari belakang, lantas mengajaknya menjauh dari sana
"Ehh, ehh, nopo dot?!! (kenapa to dot?)" ucap Yayat dengan muka kesal

Tanpa menjawab, aku membawa Yayat pergi menjauh dulu dari sana. Setelah ku rasa cukup aman, barulah aku menjelaskan atas apa yg ku lihat barusan.
"Yat..."

"Aku ngerti maksudmu!" ucapnya menyela perkataanku

"Ha?" jawabku bingung

"Ngerti apa to yat?" imbuhku
"Aku dadi koncomu ora nembe wingi sore, kowe kan paham ngene iki ket suwe dot(aku jadi temanmu bukan baru sore kemarin, kamu ngerti seperti ini kan sudah lama dot)" ujar Yayat yg ternyata sudah hafal denganku, yg punya kemampuan melihat dan merasakan hal-hal ganjil sejak lama
"Iyo yat, aku weruh (iya yat, aku melihatnya)" ucapku

"wes, tapi gak usah dipikirke, dewe golek panggonan liyane wae yat (sudah, tapi gak usah dipikir, kita cari tempat lainnya saja)" ajakku

"oke" jawabnya singkat
Setelah mengisi perut yg sejak bangun tidur keroncongan, lantas, aku dan Yayat, menanfaatkan jasa ojek di terminal mendolo untuk melanjutkan perjalanan kami menuju ke basecamp pendakian.
"Tau informasi dari siapa mas naik ke kembang?" tanya driver ojek tiba-tiba

"Dari facebook pak, kembang baru dibuka buat pendakian ya?" jawabku sambil bertanya

"Iya mas, jalurnya belum lama dibuka, jadi masih lebat hutan di jalur pendakiannya" terang driver tsb
Alih-alih takut, malah adrenalinku semakin terpacu mendengar perkataan driver tsb, karena, jarang-jarang aku bisa mendaki ke tempat yg belum banyak dijamah oleh pendaki.

Jam 8 kami tiba di basecamp, suasana lenggang menyambut kedatangan kami.
Hanya tampak beberapa petugas yg stay disana

"dot, turu sek yo, sewengi rak nyenyak turu ning bus (dot, tidur dulu yok, semalam tidak nyenyak tidur di dalam bus)" ajak Yayat saat baru tiba di basecamp

"hmmm, ora kesoren engko tekane? (apa gak kesorean nanti sampainya?)" tanyaku
"Ora, paling yo cepet tekan puncake (enggak, paling juga cepat sampai puncaknya)"

"Hmmmm, yowes aku kesel juga (aku lelah juga)" jawabku
Saat itu, aku dan Yayat masih berpikiran bahwa kembang adalah gunung yg ramah dan gak perlu waktu lama untuk mendakinya karena ketinggiannya yg tak lebih dari 2500 mdpl

Tolong jangan meniru pikiran kami, yg menilai gunung hanya dari ketinggiannya.
Suasana basecamp yg sepi, seakan mendukung, untuk kami bedua rehat tidur sebentar sebelum mulai pendakian.

Masing-masing dari kami tidur, beralaskan tikar dengan bantal carier yg kami bawa.
Break dulu ❗️
Akibat tubuh yg lelah akibat perjalanan, mataku perlahan berat dan padam.....
Di tengah larutnya aku dalam tidur, di bawah alam bawah sadar ini, aku diberikan sebuah pertemuan.

Aku sempat bingung, siapa yg sebenarnya mendatangiku diantara gelapnya penglihatanku dalam mimpi kala itu.

Dia perlahan datang, dengan memanggil namaku berkali-kali
Siapa....?

Siapa....?

Tanyaku terus menerus dalam hati

Lama-lama, seseorang tsb nampak di depan mataku

"Ndra, ayo pulang..." ajaknya

Ndra adalah panggilanku ketika di rumah, Indra

Kalau di tongkronganku dengan Yayat, aku dipanggil codot
Setelah apa yg dikatakannya, lantas aku tau, ternyata ia adalah ibuku

"Bu, ibu" panggilku

"Ayo pulang ndra" ucapnya sama
Aku bingung, kenapa ibu datang kesini, di dalam mimpiku, memintaku untuk pulang

Baru saja, aku ingin membuka mulut untuk tanya sebenarnya ada apa dan kenapa ibu mendatangiku lewat mimpi, tiba-tiba tidurku terkoyak tatkala ketukan tangan dipundak membangunkanku
"Dot, tangi! (bangun!)" ucap Yayat membangunkanku

"Opo to! (apa!)" jawabku kesal

"Jam piro iki! Angel temen dibugah (jam berapa ini! susah bener dibangunin)" ujarnya
"Uwis jam 1 awan iki lho, sido muncak ora?! (sudah jam 1 siang ini, jadi muncak gak?!)" tanya Yayat dgn sedikit meninggikan intonasinya

Sepertinya ia kesal karena aku sulit dibangunkan
Tapi, saat bangun, aku masih dihantui rasa penasaran, kenapa ibu menemuiku dalam mimpi dan mengajaku pulang

Apakah akan ada sesuatu yg akan terjadi nanti?

Apakah akan ada hal-hal yg menyambutku nanti?

Ah, semoga saja tidak..
Aku selalu berkeyakinan, selama niatku baik, begitu pula aku mendapatkan balasannya. Dan begitu juga sebaliknya

Apa aku ceritakan saja dengan Yayat?

Ah jangan....

Aku tidak ingin perjalananku ini tersendat hanya karena aku..
Aku memantapkan diriku sendiri sekali lagi..

Bismillah... aman...

"kenopo kowe dot? (kenapa kamu dot?)" tanya Yayat yg melihatku sedikit melamun

"ora dot, rapopo (gak dot, gakpapa)" jawabku
Singkat cerita, setelah semua perlengkapan beres disiapkan, perut sudah diberi makan, sampailah saat aku mengurus simaksi.

Ya, aku, Yayat lebih memilih diam bersandar carier
“Mas, yakin mau naik malam jumat kliwon begini?” tanya petugas basecamp yg berjaga, saat aku tengah mengurus simaksi

“Emang ini malam jumat kliwon pak?” jawabku, karena aku sendiri tidak tau kalau malam nanti adalah malam jumat kliwon, pikirku hanya malam jumat biasa
“Iya mas, yaudah gak apa-apa, yg penting mas sama temennya jangan aneh-aneh saat diatas dan jangan dihiraukan kalau menemukan hal-hal janggal” terang petugas basecamp tsb

“degg” aku menalan ludah, jantungku seakan berhenti berdetak mendengar ucapannya,
seakan mengisyaratkan bahwa akan ada sesuatu hal yg entah apa, akan menyambut kami, dipendakian kami nanti.

Apa ini ada hubungannya dengan mimpiku tadi?

Keyakinank mulai goyah, akibat isyarat-isyarat yg seakan memberiku sebuah tanda

Ah sudah, semoga saja tidak terjadi apa-apa
“Aamiin……”

Doa sebelum pendakian, telah selesai kami berdua panjatkan, sekarang, petualangan dimulai.

Kembang... aku datang...

Kaki, mulai melangkah penuh keyakinan, dengan Yayat berada di depan, dan aku mengikutinya
Cuaca cerah, dengan angin yg bertiup dan sesekali kicauan burung menemani langkah kami yg masih di dominasi dengan kebun teh ini.

Disini, dengan menghisap sebatang rokok, aku dan Yayat bercerita dan bercanda ria atas cerita-cerita lama kami,
terlebih cerita tentang gunung-gunung yg pernah kami daki bersama.

Hingga tak terasa kami sampai di pos istana katak.

Dan semua berjalan normal hingga kami sampai di kandang celeng.
Kandang celeng kerap disebut juga sebagai pintu rimbanya gunung kembang, karena disini merupakan perbatasan antara kebun teh dengan belantara hutan rimba.

"Yat, kayane kok akeh celenge ning kene (sepertinya banyak celengnya disini)" ucapku, setelah sampai di kandang celeng
"Wes pokoe maju!" jawab Yayat dengan semangat, walau nafasnya masih terengah akibat medan di kebun teh yg langsung tak memanusiakan

Dari nama pos nya saja, sudah bisa disimpulkan, kalau area ini dihuni oleh banyak sekali celeng atau babi hutan.
Sedikit terbesit dalam pikiranku, yg tinggal disini, apakah semuanya celeng asli atau ada yg jadi-jadian?

Semoga saja, semuanya asli

Batinku dalam hati
Kami berdua tiba disana setengah 5 sore, maklum saja, kami termasuk dalam golongan pendaki siput, alias lambat, ditambah medan yg ternyata terjal dari awal, membuat kami sedikit-sedikit berhenti.

Kalau pun mau jalan cepat, apa sih yg mau dikejar?

Jodoh?

Duit?
Serangga-serangga hutan mulai menggema bersahut-sahutan diseluruh penjuru hutan, cahaya sore hari pun malu-malu mengintip dari balik pohon yg cukup lebat.

Ternyata begini, menjamah gunung yg baru saja dibuka untuk pendakian.

Sepi...

Sunyi...
Selain hutannya masih tergolong rapat, daritadi kami tidak menjumpai pendaki sama sekali, hanya petani-petani teh yg sesekali kami jumpai tadi

Memang, dibuku tamu hari ini, namaku dan Yayat berada di paling atas. Tapi, kemarin ada 2 rombongan pendaki yg naik,
semoga saja mereka masih ada di puncak atau minimal berpapasan di jalur pendakian.

Kabut perlahan datang, seiring dengan langkah kami berdua yg kian tinggi.
Suasana hutan yg masih sangat rapat ditambah kabut yg menghiasi benar-benar merubah suasana yg awalnya asik dan tenang, seketika menyeramkan.

Bagaimana kalau tiba-tiba ada celeng menyerang? atau demit yg datang?

Ah, aku benci pikiranku sendiri yg selalu parno ini
Langkah semakin naik, sore perlahan pamit, berganti dengan gelapnya malam, ditambah jalur pendakian yg kian lama kian sulit, berkali-kali membuat langkahku terhenti menghela nafas

"bajigur, iki dalane kok ora ono bonuse (ini jalur nya kok gak ada bonusnya)" celetuk Yayat
"Jogo lambemu yat (jaga mulutmu yat)" jawabku sedikit kesal, karena perkataannya yg sedikit mengumpat

Tak berselang lama, saat aku dan Yayat beristirahat di tepi jalur, tiba-tiba kami berdua dikejutkan dengan suara auman serigala yg nampaknya tak jauh dari tempat kami duduk
Tanpa omongan, aku dan Yayat saling memandang. Apakah ini tanda?

Sebelum jalan, kami berdua memakai jaket kami masing-masing, karena semakin malam, udara semakin dingin dirasa di kulit.

"Yok" ucap Yayat sambil berdiri, memberi kode agar kami kembali jalan lagi
Berjalan saat gelap disini memang tantangan tersendiri,

jalur yg terjal, ekosistem yg masih rapat, dengan hanya mengandalkan cahaya lampu, benar-benar menyulitkan

Hahhh....haahhhh.....

Nafasku dengan nafas Yayat saling bersahutan karena terus dihajar medan terjal ini
Aneh...

Sangat aneh...

kenapa kami tak juga sampai di pos selanjutnya

Seharusnya, jika sesuai arahan petugas basecamp dan peta jalur pendakian yg kubawa, seharusnya kami berdua sudah tiba di pos liliput sejak tadi
"Yat, ora ono tanda-tanda ono pos to? (gak ada tanda-tanda ada pos?)" tanyaku kebingungan

"mboh ki dot, perasaan kok muter-muter wae rak tekan-tekan, suwe men (gak tau dot, perasaan daritadi muter-muter gak sampai-sampai, lama sekali)" jawabnya
Aku dan Yayat bingung, sudah molor 1 jam lebih dari waktu yg diperkirakan.

Yayat lantas menghentikan langkahnya, lalu melihat kertas bergambar peta jalur pendakian yg kami bawa, ia mencoba memastikannya sekali lagi, kalau kami tidak salah jalan

"Bener kok" ucapnya
Jam sudah menunjukkan jam 7 malam lebih, tapi setengah perjalanan juga belum kami tempuh.

Sementara, sudah menjadi pantangan dari basecamp bagi setiap pendaki, agar tidak mendirikan di dalam hutan.

Camp area hanya ada di puncak gunung
"dot, rokok sek" ajak Yayat

Aku tau, dalam hati Yayat juga takut menyaksikan kejanggalan ini. Tapi, ia menutupi ketakutannya dengan sebatang rokok yg ia hisap dalam-dalam kala itu

Aku dan Yayat kembali duduk diatas batang pohon tumbang ditepi jalur.
Suara serangga hutan masih terus menamani kami, auman serigala juga berkali-kali masih kerap sampai di telinga kami berdua, yg cukup membuatku dan Yayat bergidik tatkala mendengarnya

Walau aku tidak mengatakannya, aku yakin Yayat tau, bahwa aku takut
"Mlau meneh yat(jalan lagi yat)" ajakku, karena tiba-tiba perasaan aneh muncul dibatinku

Kami berdua kembali jalan lagi menyusur jalur pendakian yg terus-terusan menghajar kami tanpa kenal ampun.

Tanjakan demi tanjakan kami injak dengan mantap walau dengan perasaan ragu.
Waktu berlalu, dan kami masih merasa kalau sejak tadi kami hanya berputar-putar di area ini.

"Yat"

Yayat lantas berhenti, lalu diam sejenak. Sepertinya ia paham maksudku
Diantara rasa takut yg terus menyulut, aku tetap berusaha tenang dengan rapalan-rapalan doa yg ku baca.

Namun...

Kabut datang semakin tebal, mengacaukan pandangan kami berdua.

Hutan yg menurutku sekarang menjelma menjadi hutan yg ada di serial film harry potter

Seremmmmm....
Yayat mengajakku kembali berjalan lagi, meniti tanjakan yg entah kapan habisnya

Diantara doa yg terus kurapalkan, aku merasa punggungku yg tiba-tiba hangat. Aku merasa bahwa ini adalah sebuah pertanda
Benar saja....

Tak berselang lama....

Ada sesuatu yg mengejutkanku dan Yayat.

"Krusekkk....krusekkk...."

"opo kui dot (apa itu dot)" tanya Yayat

Jika ku perhatikan seksama, seperti suara-suara segerombolan orang atau hewan sedang berlarian diantara semak-semak.
Lantas, kami arahkan headlamp yg kami pakai ke segala arah, takutnya, itu adalah hewan buas yg sedang bersiap menyantap kami berdua

Tapi sial, cahaya headlamp tak sanggup menembus kabut yg cukup tebal.
Terus kucari darimana suara itu berasal, diatas pohon, diantara pohon, hingga di bawah hurang

Hingga akhirnya, saat kabut agak terbuka, headlampku tertuju di suatu lembahan di sebelah kanan tempat kami berdiri. Kudapati, sekumpulan sosok seperti manusia
tapi berukuran kecil sedang berlarian yg sepertinya sedang mengejar sesuatu

Aku masih belum mengerti, makhluk apa itu? Makhluk hidup sebangsa kami, atau demit penghuni gunung ini?
Namun sial...

Salah satu diantara mereka ada yg merasa kalau sedang ku perhatikan, matanya terlihat mengarah padaku

Ya Allah...

Rasa takutku seketika memuncak. Sontak, aku pun langsung mengajak Yayat kembali jalan lagi, kali ini dengan langkah yg cepat
"Yat, ayo mlaku neh, cepet (ayo jalan lagi, cepat)" ajakku

"ono opo dot? (ada apa dot?)" tanyanya bingung

"Wes pokoe ayo mlaku cepet! mengko aku cerito! (udah, ayo jalan saja cepat! nanti aku cerita!)" jawabku dengan sedikit meninggikan nada bicaraku
Posisiku kini berubah berada di depan, Yayat mengikuti di belakangku.

"jan-jane ono opo dot? (sebenarnya ada apa dot?)" tanya Yayat lagi

"Wes! meneng sek! pokoe mlaku, tekan aku mandek mengko (sudah! diam dulu! pokonya jalan, sampai aku berhenti nanti)" jawabku
Tak peduli nafasku tersengal-sengal, dan jantungku yg semakin berdebar, aku terus berjalan ke arah jalur yg ku yakini, yg sebenarnya aku sendiri tidak tau ini arah yg benar atau tidak

Yg terpenting sekarang adalah, menjauh dari gerombolan makhluk tadi.
"dot, kesel (aku lelah)" ucap Yayat

"Tahan sek, cepet mlaku teross! (tahan dulu, cepat jalan dulu!)" paksaku

Auman serigala masih sesekali terdengar sampai di telingaku.

Suara semak belukar sejak tadi masih jelas juga di telingaku.

Apa mereka masih mengejarku?
Takut....

Dan bingung campur menyelimuti perasaanku.

Akan jadi apa kami, kalau mereka sampai menemukanku dan Yayat.

Ya Allah.... lindungi kami....

Rapalan doa dan shalawat tak henti-hentinya aku baca.
Cukup lama ku paksa Yayat terus berjalan mengikutiku tanpa henti, hingga akhirnya, aku berhenti di suatu tempat yg menurutku sudah aman dari gerombolan makhluk-makhluk bertubuh kerdil itu

Aku dan Yayat bisa menghela nafas sedikit disini
Ku sempatkan minum dengan air mineral walau tak banyak

"ono opo to dot!? kok koyo dioyak setan (ada apa sih dot!?kok seperti dikejar hantu)" ujar Yayat
"Mau, pas awake dewe goleki suoro krusak-krusek mau, weruh ra kowe? (Tadi, waktu kita lagi cari suara krusek-krusek tadi, liat gak kamu?)" tanyaku

"Ha? opo? (apa?)"
"Aku yo ra weruh kae seko golongan opo, koyo menungso, tapi kerdil-kerdil ngono kae dan ono akeh (aku juga gak tau itu dari golongan apa, seperti manusia, tapi kerdil-kerdil begitu, dan ada banyak)" jelasku
"hmmmm, sek dot, kowe kelingan ora sakwise kandang celeng nek manut petane jeneng pos e opo? (sebentar dot, kamu ingat gak setelah kandang celeng kalau sesuai peta pendakian, itu pos apa?)"
Tanpa menjawab, aku buka lipatan-lipatan kertas bergambar peta pendakian.

Aku lihat dan baca baik-baik dibantu cahaya headlamp di kepalaku,

Ternyata....

Disitu bertuliskan... Pos liliput...

"Pos liliput yat" jawabku
"Sakjane dewe iki nang ndi to dot (Sebenarnya kita ini dimana dot)" ucapnya

"Ket mau dewe durung nemu papan tulisane pos liliput,tapi kok akeh banget kae makhluk-makhluk kerdil(liliput)sing tak delok,opo dewe wes tekan wilayahe?opo iki iku pos liliput?Yat! dewe ki nang ndi yat?"
(Daritadi, kita belum menemukan papan bertuliskan pos liliput, tapi aneh, ada banyak makhluk-makhluk kerdil (liliput) yg ku lihat, apa kita sampai di wilayah mereka? apa disini ini pos liliput? Yat! kita ini dimana yat!?)" jawabku sambil kebingungan
Di posisi ini, aku dan Yayat benar-benar bingung, sebenarnya kami ada dimana.

Apa kami tersesat? tapi ku rasa sejak tadi langkahku dan Yayat berada di jalur yg tepat, dan selalu melewati jalan setapak layaknya jalur pendakian
Lantas, aku mengajak Yayat membaca ayat kursi untuk menetralkan keadaan dan mental kami.

"Bismillah.... ayo yat, mlaku neh, gantian aku ngarep (jalan lagi, gantian aku depan)" ajakku
Kami berdua kembali menyusuri belantara, dengan harap bisa sampai ke tujuan kami selanjutnya atau kembali ke jalur pendakian yg benar.

Aku berpesan pada Yayat, agar di setiap langkah yg dikeluarkan, untuk selalu diiringi dengan doa dan shalawat yg dipanjatkan.
Namun....

Sudah 1 jam menyusuri masih belum juga kami berdua menemukan jalur pendakian yg benar.

Jika dilihat dengan mata normal, jalur yg kami berdua lewati selayaknya jalur pendakian normal, tapi aneh...
Kenapa kami tidak juga menjumpai papan-papan petunjuk jalur pendakian.

Apakah kami berdua berpindah ke dimensi lain?

Ya Allah.... Berikan petunjukmu....
Sebentar lagi, akan saya lanjut. Maaf, kalau update nya lama

Karena ada rasa yg sulit dijelaskan saat menulis cerita ini, entah karena saya menulis ini di lingkungan yg baru atau entah karena apa.

Mohon dimengerti ya 🙏🏻
Lanjut lagi....
Pendakian yg ku kira berjalan seperti biasanya, ternyata malah begini.

Mimpi apa aku semalam....

Bisa-bisanya malam ini aku terperangkap di dalam hutan bersama satu sahabatku ini

Ku lihat jam yg melekat di tangan, jam sudah menunjukan lebih dari jam 9 malam.
Aku dan Yayat terus berusaha tenang, walau dalam hati rasa takut yg tak terbendung sudah menyelimuti.

Perjalanan kembali kami lanjutkan, hanya dengan 1 modal kami, yaitu keyakinan.
Keyakinan, kalau kami bisa kembali ke jalur pendakian yg semestinya, dan kami berdua bisa sampai puncak malam ini dan istirahat disana.

Sungguh, aku tidak mengharapkan terjebak di wilayah yg tak ku mengerti ini.
Aku hanya ingin kembali lagi, aku hanya ingin menikmati pendakianku kali ini tanpa hal-hal seperti ini.

"Ayo yat, ayo semangat! Mesti dewe iso mbalek (pasti kita bisa kembali)" ucapku menyemangati Yayat dan diriku sendiri
Kali ini jalur yg kami lewati lebih miring dari sebelumnya, untung kabut sudah hilang. Jadi, tidak ada lagi yg menghalangi penglihatan kami

Naik, turun, menyusur jurang kami lewati berkali-kali, sampai di titik dimana kami berdua benar-benar lelah,
selain tenaga, mental kami berdua sudah sangat terkuras akibat diputar-putarkan di tempat ini.

Kesunyian malam kala itu, benar-benar terasa sangat lama bagiku dan Yayat.

Waktu yg normalnya berjalan 1 jam, tapi bisa berjam-jam kami rasakan.
Keringat dingin tak henti-hentinya mengalir dari balik bajuku, persediaan air pun kian lama kian berkurang.

Untung, aku dan Yayat membawa perbekalan logistik lebih, jadi kami berdua bisa sedikit aman untuk sekarang.
Tapi, lagi-lagi, keadaan belum juga memihak pada kami.

Diantara kesunyian dan gelapnya malam, tiba-tiba sayup-sayup, aku dan Yayat mendengar suara celeng berada di dekat tempat kami istirahat ini.
"Yat, dungokno suarane, iki gak mung 1 yat, iki akeh (dengarkan suaranya, ini tidak hanya 1 yat, ini banyak)" ucapku gugup, setelah mengetahui kalau suara celeng yg ku dengar sepertinya lebih dari 1
"dot, ayo ndelik, nggolek panggon sing adoh seko dalanan kene, kayane, celeng-celeng kae bakal lewat kene(ayo sembunyi, cari tempat yg jauh dari jalanan ini, sepertinya celeng-celeng itu bakal lewat jalan ini)" ajak Yayat
Dengan hati-hati, aku dan Yayat melangkah lagi, mencari tempat aman untuk kami berdua bersembunyi dari gerombolan celeng-celeng yg akan mendekat itu.

Setelah kami berdua mendapatkan tempat aman dan cukup untuk kami berdua
"dot, baluri carier, karo awake dewe nganggo minyak angin iki, ben mambu panganan sing dewe gowo ilang (olesi carier dan badan kita dengan minyak angin ini, agar bau makanan yg kita bawa tidak tercium sampai di celeng-celeng itu)" suruh Yayat
Kami berdua sembunyi di balik batu besar dan batang-batang pohon yg tumbuh mengelilinginya.

Headlamp sudah mati, cukup jauh tempat ini dari tempat kami istirahat tadi.
Tapi, penglihatan kami, sayup-sayup masih bisa sampai melihat kesana, karena kabut yg sudah hilang dan cahaya bulan yg sedikit terang.

Dengan berkoloni, celeng-celeng tsb lewat, di jalan tempatku dan Yayat istirahat tadi. Ternyata, mereka semua sedang mencari makan
Sangat banyak....

Dan terus mengeluarkan suara yg aku sendiri tidak bisa menirukan atau menuliskannya disini.

Silahkan, imajinasikan sendiri bagaimana suara celeng yg kamu tau
Sampai-sampai, aku bingung saat akan menghitungnya.

Ukurannya pun macam-macam, dari yg berukuran masih peranakan sampai yg besar

Aku menelan ludah sendiri saat melihat celeng yg berukuran hampir sebesar kerbau.

Besar sekali...
Dalam doa aku selalu meminta, agar bisa lekas bebas dari keadaan genting ini.

Ingin rasanya, aku lekas berlari sekencang mungkin darisini, tapi, setelah ku perhitungkan baik-baik, pasti langkahku tidak akan ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka celeng-celeng itu.
Hahhh..... lagi-lagi aku dipaksa bertahan, di situasi yg sangat sulit ini

Ku rasakan pundakku di tepuk oleh Yayat, ia nampaknya juga heran melihat celeng berukuran raksasa itu

Tapi, ada yg membuat kami heran daripada itu
Bagaimana tidak..

Di paling belakang,ada makhluk yg awalnya aku pikir adalah manusia,karena bentuk tubuh dan ukurannya yg tak jauh berbeda denganku dan Yayat

Ia menggunakan pakaian serba hitam dan tertutup kain di kepalanya,sehingga membuatku sulit melihat siapakah gerangan itu
Gelapnya malam benar-benar menyulitkanku dengan Yayat untuk memastikan siapakah seseorang yg berbalut kain yg serba hitam itu

Ku benarkan posisiku, ku cari posisi senyaman mungkin,
tapi tetap dengan gerakan yg senyap agar tidak menimbulkan suara yg bisa mengundang celeng-celeng itu dan akan menerkam kami sesukanya

Ku sempatkan lagi melihat Yayat, ia tampak sangat ketakutan, keringat tampak mengalir diantara headlamp di dahinya.
"Yat! Aku wedi!!! (aku takut!!!)"

Tapi, keadaan memaksaku diam, supaya keadaan tidak menjadi semakin sulit.

Mataku kembali mengarah pada sesosok makhluk yg belum ku ketahui batang hidungnya itu.
Saat ia lama-lama mendekat dengan penglihatanku, dengan jelas aku bisa melihatnya

Ternyata....

Makhluk yg sempat ku kira manusia itu adalah...
Ya.... ia berbadan manusia...

Tapi....

Yg tumbuh diatas lehernya, bukanlah kepala manusia.

Tapi...

Yg tumbuh diatas lehernya, adalah kepala celeng...
Ya Allah....

Pemandangan apalagi ini.....

Kali ini aku benar-benar ingin sekali berlari dan teriak sekencang mungkin.

Tapi... tapi....

Bagaimana jika mereka menangkap kami berdua....?
Bagaimana jika aku dan Yayat dijadikannya sebuah hidangan bagi mereka malam ini...

Rapalan doa semakin cepat ku panjatkan...

Nafas Yayat ku dengar ngos-ngosan di telingaku.

Aku yakin, barusan ia juga melihatnya, sosok yg entah siluman celeng atau apalah itu
Lantas, aku memberikan kode pada Yayat, agar tetap tenang dan diam, sampai apa yg ada di depan mata kami ini hilang.

Ku sempatkan lagi melihat jam, tapi, aneh...

Jam yg tadi baik-baik saja, tiba-tiba mati entah kenapa...
Ya Allah....

Aku hanya bisa memanjatkan doa pada-Nya...

Apa ini arti dari mimpiku tadi...

Apa ini alasan kenapa ibu menghampiriku dalam mimpi tadi, dan memintaku pulang?
Kondisi kami, yg semakin lemah tidak kami hiraukan, yg terpenting saat ini adalah menguatkan mental kami.

Tubuh boleh lemah, tapi asalkan hati, pikiran dan mental kami harus kuat, aku yakin semua ini bisa kami lalui.
Pokonya, setelah mereka hilang dari mataku, aku harus jalan lagi! Aku yakin aku bisa terbebas dari semua ini.

Selama aku yakin, pasti Allah selalu bersamaku!
Singkat cerita, pemandangan mengerikan itu hilang dari mataku, dengan sedikit menghela nafas lega, kemudian aku mengajak Yayat berjalan lagi.

Kali ini, rencanaku adalah mencari tempat terbuka, agar aku bisa melihat dengan bebas, dimana posisi kami berdua berada.
Tapi, lagi-lagi keadaan mempersulit kami.

Kabut datang perlahan menghalangi penglihatan kami.

Apakah ini ulah dari para dedemit disini, yg tak rela kami berdua terbebas dari sini?
Kali ini aku dan Yayat melantunkan shalawat agak kencang di setiap langkah kami.

Masih dengan modal keyakinan, kami berjalan.

Entah sudah jam berapa ini, pokonya aku kudu keluar dari sini malam ini juga!
Susah payah kami berdua berjalan menembus belantara dan kabut ini.

Hingga, saat aku dan Yayat tengah merebahkan lelah, diantara kabut yg masih tebal, cahaya senter terlihat dari arah bawah
"dot, dot, delok kae! (lihat itu!)" ucapnya sambil menunjuk ke arah cahaya senter itu

Antara haru dan takut perasaan kami berdua.

Harunya adalah, jika cahaya itu berasal dari pendaki atau warga dekat sini, maka selamatlah kami.
Tapi...

Jika cahaya itu berasal dari makhluk jadi-jadian yg berniat buruk dengan kami, maka habislah kami berdua.

Kakiku dan Yayat sudah sangat lelah jika harus digunakan untuk melangkah cepat lagi, sementara, makhluk misterius itu semakin dekat ke arah kami.
Aku dengan Yayat saling berhadapan dan berdoa, agar yg datang itu merupakan makhluk kiriman Tuhan yg akan menolong kami berdua

Cahaya senter itu, semakin dekat..

Semakin dekat dan terdengar langkah kakinya hingga ke telingaku.
Sampai akhirnya....

"Le... Njenengan badhe tindak pundi? (Kalian mau pergi kemana?)" tanya seseorang misterius itu

Ku mantapkan hati, dan memberanikan diri melihatnya.
Yg ku lihat pertama kali adalah kakinya, apakah kakinya menginjak tanah ataukah melayang.

Ku tengokan kepalaku sedikit demi sedikit, aku lihat ternyata kakinya masih menginjakkan tanah.

Semakin ke atas, semakin ke atas...
Sekarang, yg ku lihat adalah seorang manusia, laki-laki setengah tua, berkumis, dengan ikatan kain batik di kepalanya, sedang berdiri menghadapku dan Yayat.

"Le...." ucapnya lagi

"Ehh, nggih pak, kula kalihan rencang badhe muncak, tapi kula nyasar dumugi mriki" pungkasku
"mlampahipun mboten mriki le, sumangga, bapak terke mawon (jalannya bukan kesini bak, mari bapak antar saja)" ajaknya

Aku dan Yayat saling tatap, kami berdua kebingungan.
Apakah bapak ini benar akan mengantar kami, atau malah akan menambah sulit keadaan kami.

"Pak, bapak, dalemipun pundi? (bapak rumahnya di mana?)" tanya Yayat
"bapak tiyang mriki nak, bapak badhe dhateng dhusun seberang mrika, bapak limrah langkung mriki (bapak orang sini nak, bapak mau ke desa seberang sana, bapak biasa lewat sini)" terangnya
"Sumangga, bapak antar mawon, mboten usah wedi kalih bapak (mari, bapak antar saja, tidak perlu takut dengan bapak)" tambahnya lagi

Beliau lantas jalan lagi, meminta kami mengikutinya di belakangnya
Sementara aku dan Yayat, sebenarnya masih bingung mau percaya atau tidak. Tapi, yg terlintas di pikiranku saat itu adalah, pertolongan seperti ini tidak datang dua kali.

Semoga, bapak ini adalah kiriman dari Allah untuk menolong dan membawaku dan Yayat terbebas dari sini.
"Ayo yat, diikuti wae (diikuti saja)" ucapku

Beliau jalan dengan cepat, membelah belantara hutan yg masih rapat, hanya dengan menggunakan jaket tipis, dan mengenakan sandal, beliau jalan tanpa kesusahan.

Sampai-sampai aku dan Yayat sering kali kerepotan mengikutinya.
"Pak, wiwit kala wau, kula kaleh rencange kula, kesasar dhateng mriki. Lajeng, kita manggihaken kathah keanehan wonten mriki (Pak, sejak tadi, saya dan teman saya, kesasar sampai sini. Lalu, kami menemukan banyak keanehan disini)" ucapku memberanikan diri
"Menika dalu jemuah kliwon le, demit-demit wonten mriki asring iseng menawi wekdal kados menika. Pramila, benten wekdal, njenengan-njenengan atos-atos(ini malam jumat kliwon nak, setan-setan disini sering iseng kalau waktu begini. Makanya, lain waktu kalian hati-hati)"ujar beliau
Semakin lama, posisi kami keluar dari dalam hutan, berganti dengan sabana yg berada di punggungan gunung.

Saat disini, yg ku cari pertama kali adalah, di manakah gunung sindoro? karena letak gunung kembang ini, berada tepat di sebelahnya.
Tapi, mataku tidak menemukannya. Aku masih bingung dimana posisi berdiriku sekarang.

Aku terus mengikuti langkah bapak tsb, hingga sampai lah kami di puncak gunung bebarengan dengan adzan subuh yg berkumandang.
"Le.. menika sampun dumugi puncak, samenika bapak tilar nggih (nak, ini sudah sampai puncak, sekarang bapak tinggal ya)" ucapnya

Belum sempat kami berdua menjawabnya, bapak tsb langsung berjalan lagi ke arah berlawanan dari kami datang.
"Maturnuwun pak (terima kasih pak)" jawabku, walau beliau sudah berjalan cukup jauh

Sekarang, aku dan Yayat bersyukur tiada henti..

Setelah semalaman penuh terjebak di dalam hutan yg entah dimana letaknya, dan sekarang kami sampai di puncak dengan selamat dan terbebas dari sana
Ku paksa tubuhku dan Yayat sekali lagi, untuk membangun tenda dulu, untuk kami berdua merebahkan lelah tubuh kami yg sudah lemah ini.

Singkat cerita, matahari perlahan menampakkan jati dirinya.

Kami yg berada di dalam tenda, merasakan kehadirannya.
Malam yg dingin nan sunyi pun, berganti dengan hangatnya mentari pagi.

Setelah cukup dengan tidur, kubuka tenda dan memasak untuk kami sarapan pagi ini.

Diluar, tak seorang pun kami temui. Hanya ada tenda kami yg berdiri.
Setelah semuanya beres, ku sempatkan foto-foto dengan Yayat sebelum turun ke basecamp.

Aku kembali melihat jam tanganku yg semalam mati. Tapi, aneh... Disini jamku normal lagi.

Ahh, aku tidak mau memikirkannya dulu sekarang. Yg terpenting sekarang, hanyalah turun dengan selamat
Di pagi setengah siang, tepatnya jam 10 pagi, kami berdua turun.

Sebelum turun, sempat aku menemukan beberapa celeng berkeliaran di puncak, sehingga membuatku teringat dengan kejadian semalam.

Ah sudahh.... lupakan....

Sekarang turun....
Seperti perjalanan naik, saat turun tak seorang pun kami temui. Kami melangkah dengan hati-hati, karena kami tidak ingin, kejadian semalam terulang lagi

Perjalanan turun tak menemukan rintangan apapun, yg ada hanyalah turunan-turunan terjal selayaknya gunung-gunung.
Singkat cerita, setelah melewati hutan dan perkebunan teh, kami pun sampai di basecamp dengan cepat, disini, kami melaporkan semua data dan sampah yg kami bawa.

Tak satupun sampahku yg kurang, menandakan bahwa diriku ini tak membuang sampah waktu dipuncak.
Ingin rasanya aku menceritakan cerita semalam pada mereka, tapi biarkan ini menjadi ceritaku sendiri dan Yayat. Biarkan ini menjadi pelajaran kami berdua, agar lebih berhati-hati dalam mendaki gunung.
Setelah urusan administrasi selesai, kami berdua mengistirahatkan tubuh sebentar, lalu mandi, dan mengisi perut yg sudah keroncongan ini.

Saat semua selesai, kami berdua pulang dengan 2 pertanyaan yg belum kami ketahui jawabannya
Yg pertama, dimanakah saat kami tersesat semalam? di dimensi lain kah? atau dimana?

Lalu, yg kedua adalah, siapakah bapak-bapak semalam? Belum sempat aku tanya siapa nama beliau, ingin rasanya aku ke bertemu dengannya, sekedar untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi.
Akhirnya, aku dan Yayat kembali pulang ke kota kami dengan rasa syukur yg kami panjatkan.

Pendakian yg ku kira akan semulus seperti pendakian-pendakian sebelumnya, ternyata malah memberiku cerita semenantang ini.

Semoga ini menjadi pelajaran untukku dan kami berdua.

-END-
Terima kasih bagi pembaca yg terus mengikuti cerita saya hingga selesai.

Follow akun saya, @wahyuariyantn_ untuk update cerita dan petualangan yg lain.

Saya undur diri...

Sampai jumpa lagi 👋🏻👋🏻👋🏻

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

3 Dec 20
"DISUKAI KUNTILANAK"

Sebuah kisah seorang pemuda yang disukai oleh seorang perempuan, yang ternyata bukan seorang manusia. Melainkan adalah 'Kuntilanak'

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #ceritahorror #threadhorror #malamjumat Image
Pernah tidak, terbesit dalam pikiran kalau kamu disukai oleh seorang Kuntilanak?

Nah, kalau belum, di cerita kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah tentang seorang pemuda yg disukai oleh Kuntilanak di dalam hidupnya.
Seperti biasanya, saya akan mulai cerita nanti kalau sudah lumayan ramai.

Silahkan like dan RT sebanyak-banyaknya dulu, serta notice dan tinggalkan komentar apa saja yg ingin kamu tinggalkan agar tidak ketinggalan ceritanya.
Read 185 tweets
28 Nov 20
"TAMU LARUT MALAM"

Apa sesungguhnya yang kamu mau dariku?

A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #ceritahorror #threadhorror Image
Malam minggu kali ini saya hadir dari yg biasanya hanya cerita di malam jumat saja.

Saya hadir menemani kamu-kamu yg hanya berdiam diri di rumah saja dan hanya mampu meratapi saat melihat teman-teman yg lain bepergian dgn pujaan hatinya di malam minggu kali ini.
Silahkan like, RT dan tinggalkan apapun yg ingin kamu tinggalkan disini agar tidak ketinggalan cerita spesial.

Saya akan mulai cerita nanti ya saat sudah cukup ramai.
Read 61 tweets
26 Nov 20
Urban Legend
"POPPO"

Ternyata, POPPO si manusia jadi-jadian itu adalah kawanku

- A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat #threadhorror
Selamat datang kembali di Malam Jumat, malam nya para pembaca atau penikmat horor.

Malam hari ini, saya akan tuliskan dan ceritakan tentang sebuah urban legend dari daerah Makassar yakni "POPPO"
Cerita ini dikirimkan langsung oleh pembaca yg mengalami kejadian ini secara langsung. Bagaimana ceritanya?

Seperti biasa, silahkan like dan RT sebanyak-banyaknya terlebih dulu sebelum saya mulai bercerita
Read 96 tweets
19 Nov 20
PERMAINAN PEMANGGIL HANTU

Kisah sekumpulan remaja yg bermain sebuah permainan dengan melibatkan hal-hal yg tak kasat mata di dalamnya.

*Jangan sekali-kali melakukan ini*

⁃A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat
Berhubung di daerah rumah saya sedang turun hujan dan tak jarang berujung listrik padam serta hilangnya sinyal telepon, maka saya drop dulu cover cerita malam jumat kali ini.

Seperti biasa, silahkan RT dan like sebanyak-banyaknya dulu ya
Semoga aja keadaan mendukung saya bercerita malam ini,

Tetap stay tuned, tinggalkan semuanya yg ingin ditinggalkan dan follow akun saya @wahyuariyantn_ agar tak ketinggalan kelanjutan ceritanya.
Read 95 tweets
12 Nov 20
"PENDAKIAN GANJIL GUNUNG LAWU"

Kejanggalan demi kejanggalan dalam pendakianku yang berjumlah ganjil.

⁃ A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat Image
Malam ini saya kembali, dengan cerita pendakian gunung setelah hampir 3 bulan lamanya tidak menulis cerita tentang pendakian gunung.

Kali ini, saya akan cerita tentang sebuah gunung yg berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Apalagi kalau bukan Gunung Lawu
Sebuah gunung yg sudah sangat fenomenal bagi banyak pendaki atau warga disekitarnya.

Gunung yg menyimpan banyak sekali cerita dan misteri di dalamnya
Read 193 tweets
5 Nov 20
"TEROR SANTET"

Kisah sebuah keluarga yang bergantian dihantui dengan datangnya santet.

⁃ A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat Image
Malam ini saya akan kembali cerita tentang 'SANTET', ini adalah cerita kedua saya membahas tentang santet. Tentu tidak kalah serunya dengan cerita-cerita saya yg lainnya.
Seperti biasa silahkan like, RT atau komentar sebanyak-banyaknya. Tinggalkan semuanya yg bisa ditinggalkan, saya akan mulai cerita agak malaman nanti agar feel nya dapat hehe
Yuk kumpul dulu, dan tetap sabar menunggu ya :)
Read 246 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!