Kapok
- sebuah pengalaman horor

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahoror Image
Cerita ini sudah lama terjadi. Sebuah pengalaman pendek salah satu teman yang kebetulan mampir ke rumah. Oke langsung ya
2004

para pemilik pohon berbuah di sebuah dusun kecil di Jawa Timur ramai kala itu. Penyebabnya, banyak pohon2 mereka yg seharusnya siap panen justru kehilangan buah2anya. Tak banyak sebenarnya. Hanya satu dua karung. Tapi untuk ukuran orang dusun, jumlah sebanyak itu lumayan.
Ada dua orang yg dicurigai warga sebenarnya. Giono dan Masun namanya. Sepasang pemuda pengangguran yg gagal di perantauan. Sejak pulang enam bulan lalu, keduanya tak terlihat bekerja. Tapi hampir setiap hari ngopi dan merokok di warung perempatan
Warga sempat ingin menuduh mereka. Tapi belum ada bukti. Pernah ada yg memergoki kedua orang itu berada di sekitar pohon Alpukat Pak Hasan. Tapi mereka tidak melakukan apa2. Warga pun tidak bisa menuduh. Tapi dua hari setelahnya, buah2 yg seharusnya sdh bisa dipanen malah hilang
Beberapa pemilik pohon yg jengkel sampai memasangi pohon dengan mahluk halus agar tidak dicuri buahnya. Tapi kedua orang itu seperti tak punya urat takut. Tetap saja buah2an di pohon yang sudah dipasangi jimat2 dan mahluk halus itu ludes.
Giono dan Masun mengunduh buah2an milik warga tanpa ketahuan. . Sampai kemudian kedua orang itu akhirnya menemui sebuah peristiwa dan akhirnya merasa KAPOK
Oke beralih ke sudut pandang Giono.

Angin dingin menyusup di sela-sela kaki Giono. Meski sudah memepetkan badanya ke dinding pos kamling, tapi angin seperti terus mencari celah. Masun yg duduk berjongkok sambil membakar kretek juga terlihat kedinginan. Buntalan sarung didekapnya
"Sun.. Wis wayahe megawe iki ( sun sudah waktunya kerja ini)" kata Giono sambil menyenggol Masun. Yg disenggol melirik. "Ya ayo, tapi aku sek kelingan kejadian wingi. Medeni No (ya ayo. Tapi aku masih ingat kejadian kemarin. Seram NO)".
Giono lalu mengingat kejadian sehari sebelumnya. Waktu itu malam belum larut benar. Orang2 yg salat isya berjamaah di masjid baru saja membubarkan diri. Agar tak mencurigakan, Giono bersama Masun sengaja membaur dengan para jamaah malam itu
Begitu melewati area kebun alpukat milik Pak Anam, Giono dan Masun melipir. Rombongan warga tak menyadari jika dua orang pemuda itu memisahkan diri. Giono dan Masun melompati pagar bambu kebun dan langsung menuju pohon yg paling besar.
Sudah tiga hari ini mereka mengamati pohon itu. Tak menunggu lama, Giono langsung memanjat pohon yg tingginya sekitar 6 meter itu. Masun bersiap di bawah dengan membuka sarung yg dibawanya. Perlahan. Satu per satu buah jatuh. Masun menggerayang mencari kemana buah2 menggelinding
Daerah di sekitar kebun alpukat benar2 gelap. Mereka berdua hanya mengandalkan penerangan dari bulan yg tampak remang2. Masun berhasil mengumpulkan 22 butir alpukat, dia lalu berbisik ke Giono agar segera turun. Alpukat milik Pak Anam memang istimewa. Ukuranya besar2
Hanya 22 butir saja ukuranya sudah hampir satu karung. "Oke Sun" Giono menyahut dari atas. Lalu terdengar suara "Bruuuk" Giono melompat dari atas. Dibersihkanya sisa2 daun yg melekat di badanya. Saat akan menghampiri Masun, Giono dikejutkan dengan suara "Bruuuk" yg kedua
Masun yg ada di depan Giono ikut kaget. Mereka kawatir ada orang lain yg tadi bersembunyi di atas pohon. Tangan Masun lalu meraba sakunya, mengeluarkan senter kecil. Giono berpindah ke belakang Masun, kawatir kalau2 yg jatuh adalah pemilik pohon
Lampu senter Masun diarahkan ke sekeliling pohon. Sampai akhirnya menyorot ke balik pohon alpukat. Ada sesosok dengan sarung berwarna hijau lumut membelakangi mereka berdua. Jantung Masun sudah berdetak cepat. Mengira pemilik pohon menjebak dirinya
Begitu lampu mengarah ke bagian kepala sosok itu, tiba2 dia menoleh. wajah orang itu dipenuhi Bulu seperti wajah siamang. Giginya semuanya berberntuk siung berwarna putih besar seukuran jempol kaki. Tanpa komando Giono langsung berlari ke belakang, Masun menyusul terpuntal-puntal
Esoknya, selepas subuh Giono dan Masun buru2 kembali ke tempat itu. Mengambil senter dan sarung yg ketinggalan saat mereka lari tadi malam. Tentunya sekalian dengan beberapa butir alpukat.

"Sek iling to awakmu (masih ingat kan kamu)" kata Masun lagi menyenggol balik Giono
Kali ini Giono mengangguk. Dan begidik ngeri mengingat sosok yg meringis kepada mereka malam itu. "Tapi lek gak golek buah, gak iso ngerokok Sun. (Tapi kalau tidak cari buah, tidak bisa merokok kita Sun) Giono kembali mengompori kawanya. Masun menyedot lagi kreteknya.
Dilihatnya bungkus rokok yg isinya tinggal satu. Akhirnya runtuh juga iman Masun. " ayo wes. Sasarane neng endi No? Lek pak Anam moh aku ( ayo sudah. Sasaranya dimana tapi No? Kalau pak anam tidak mau aku). Giono tersenyum mendengar jawaban Masun. Dia lalu menunjuk sebuah tempat
" kono Sun. Aman, sasaran wit pelem madu. Wis meh mateng (sana Sun. Aman. Sasarnya pohon mangga madu. Sudah hampir matang" sahut Giono.

Mereka berdua lalu berjalan menuju lokasi yg dituju. Sebuah kebun mangga kecil yg ada di perbatasan dusun. Kebun itu terlihat menggerumbul
Saat Giono dan Masun mendekati kebun mangga itu, ada kabut tipis yg seolah menyelimuti pepohonan. Di tengahnya ada lapangan tanah seukuran setengah lapangan voli yg sengaja dibuat pemiliknya untuk mengumpulkan buah. Giono melihat lihat ke arah pohon mangga. Buahnya tampak lebat
Mereka berjalan sambil berjinjit mendekati pohon yg paling banyak buahnya. Kebetulan pohon2 mangganya tak terlalu tinggi. Jadi dengan mudah tangan masun mencabuti buah mangga. Disampingnya Giono juga tak mau kalah, sarungnya sudah berubah menjadi gendongan keranjang buah
Masun masih bersemangat memilih buah sampai tiba2 sebuah tangan menepuk pundaknya. Masun menoleh, seorang pria muda dengan rambut gondrong bertelanjang dada berdiri di belakangnya. Masun kaget, tapi merasa tidak takut. " ayo bal-balan mas (ayo main bola mas" ajak pria itu
Masun menoleh ke arah Giono, ternyata ada pria yg hampir mirip dengan yg menepuknya tadi di belakang Giono. Pria itu membawa bola di tanganya. Seperti dihipnotis, Masun menuruti pria yg tidak dikenalnya itu. Mereka bermain bola bersama belasan pria lainya.
Anehnya wajah pria2 itu mirip semua. Berambut panjang, bertelanjang dada dengan celana kain berwarna putih pucat. Masun dan Giono memang senang bermain bola, tapi begitu diajak pria2 itu keduanya seperti lupa semuanya. Padahal tidak ada satu pun yg mereka kenali
Lanjut malam ini
Giono dan Masun seperti lupa waktu. Entah berapa jam dan berapa ratus gol yg mereka ciptakan. Keduanya terus asik bermain bola. Lama2 Giono mulai merasakan lelah luar biasa, tapi pria2 gondrong yg bermain bola seperti tak punya rasa capek
Giono berjalan ke pinggir lapangan, ingin beristirahat. Tapi belum sampai pinggiran, seorang pemuda gondrong menariknya ke tengah lapangan"Aku mandeg sek mas. Kesel (aku berhenti dulu mas. Capek)"kata Giono kepada pria itu. Wajah pria gondrong yg awalnya tersenyum, tiba2 berubah
Matanya melotot marah ke arah Giono, lalu menariknya dengan kasar ke tengah lapangan. Akhirnya Giono kembali bermain bola. Diliriknya Masun yg ternyata juga tampak kelelahan, tapi tak bisa berhenti bermain bola. Kakinya terus menendang bola meskipun tak bisa berlari
Rasa capek luar biasa kembali menjalar. Tapi orang2 berambut gondrong itu seperti tak mau melepaskan mereka berdua. Ketika Giono mau duduk di tengah lapangan karena tak kuat menahan lelah, seorang pria Gondrong kembali menariknya untuk berdiri. Dipaksa kembali bermain bola.
Giono mulai menangis, tubuhnya seperti tak kuat menahan capek. Tapi tidak bisa melawan kehendak pria2 gondrong itu. Masun juga terlihat sama. Bajunya sampai basah kuyup karena keringatan. Disitulah Giono baru mulai menyebut nyebut nama Allah. Dia takut setengah mati
Orang2 gondrong itu seperti tak peduli dengan kondisi Giono dan Masun. Mereka terus memaksa keduanya bermain bola. Hingga kemudian Giono yg sudah tidak kuat mendengar namanya dipanggil-panggi. "No.. Giono.." ucap suara itu. Giono yg dipanggil menoleh ke kanan dan ke kiri
Giono baru sadar jika pohon2 mangga yg tadi berada di sekeliling lapangan sudah tidak ada. Diganti tiang2 berwarna putih yg rapat berjajar mengelilingi lapangan. "No.. Giono merene (kesini)" Suara itu kembali terdengar. Sambil menendang bola, mata Giono mencari sumber suara.
Ternyata di ujung lapangan, ada Haji Jakfar dan Pak Salim. Haji Jakfar ini guru ngaji Giono. Kyai Jakfar melambai lambaikan tangan memanggil Giono. Dengan sisa sisa tenaga, Giono berlari ke arah Haji Jakfar. Tangan2 pria Gondrong sempat berusaha menarik Giono
Giono berhasil lolos. Dikibaskan tanganya untuk menangkis tangan pria pria gondrong itu. Kali ini permainan bola mendadak berhenti. Pria-pria gondrong itu berusaha mengejar Giono. Kurang semeter mendekati Haji Jakfar, kaki Giono tertangkap dan sempat ditarik
Giono terjembab jatuh. Kakinya berusaha menendang-nendang tangan pria gondrong yg menariknya. Lalu dengan cepat Giono merayap menarik sarung Pak Haji. Begitu tanganya menyentuh sarung, jari jari tangan pria gondrong langsung melepasnya.
Nafas Giono naik turun menahan rasa lelah yg luar biasa. Dia lalu berdiri dibantu Pak Salim dan Haji Jakfar. "Makane No, wis diomongo ojo nyolong. Kok nyolong terus (makanya No sudah dibilang jangan mencuri kok terus mencuri)" kata Haji Jakfar setelah dirinya bisa berdiri
Giono hanya bisa meringis. "Saiki pie carane koncomu gowonen rene. (sekarang bagaimana caranya temanmu kamu bawa kesini)" kata Haji Jakfar lagi. Giono lalu menoleh ke arah lapangan. Nafasnya seakan berhenti sesaat.
Dilihatnya orang-orang gondrong itu bukan lagi manusia. Tapi mahluk dengan tubuh kurus tinggi berwarna putih pucat dengan kepala luncup. Bola yg dia tendang untuk bermain berubah menjadi banaspati yg menyala nyala. Dan Masun ada di tengah-tengah mereka dengan wajah layu
Giono meneriaki Masun dari pinggiran lapangan. Yang diteriaki hanya bisa melirik tapi tak mau mendekat.
Terpaksa Giono berjalan mendekati Masun. Haji Jakfar dan Pak Salim hanya melihat dari pinggir lapangan. Dengan tenaga seadanya Giono berusaha mendekati Masun. Tapi belasan Mahluk mahluk jangkung itu seperti tak ingin melepas Masun. Nyali Giono ciut sebenarnya. Tapi dia tak tega
Masun sudah lemas di tengah lapangan. Tubuhnya beberapa kali ambruk tapi diangkat lagi. Sambil merangkak Giono mendekati Masun. Giono nyaris ambruk juga karena tak punya tenaga. Jari jari panjang mahluk pucat itu mencengkeram pundak, Giono hanya bisa pasrah
Sebelum ditarik lagi ke tengah lapangan, Haji Jakfar sudah berdiri disampingnya. Tanganya mendorong mahluk mahluk pucat bertubuh jangkung itu. Lalu menarik Masun dan menyeretnya bersama Giono. Setelah itu Giono tak ingat apa-apa
Giono baru sadar setelah dirinya mendengar suara adzan. Mata Giono melirik silau ke arah beberapa orang yg sedang duduk bersila di depanya. Ada Haji Jakfar, Pak Salim, bapaknya dan tiga orang warga lainya. Mereka mengaji sambil memejamkan mata
Disampingnya Masun juga baru membuka mata. Dalam posisi bersandar di batang pohon mangga. Haji Jakfar lalu berhenti mengaji. Dia berjalan mendekati Giono.
"Wes kapok No? (sudah kapok No?)" ujarnya ke hadapan Giono
Masun dan Giono saling lirik dan mengangguk pasrah. Setelah diminumi air gula keduanya baru mulai bisa berjalan. Ternyata Giono dan Masun sudah dua hari tertidur sejak mereka datang untuk mencuri mangga.
Seorang warga yg pada siang harinya tak sengaja lewat kebun mangga melihat keduanya tertidur di bawah pohon. Tapi berulang kali diguncang tetap tidak bangun. Warga itu akhirnya melapor ke Haji Jakfar. Setelah dilapori Haji Jakfar sempat melihat kondisi dua orang itu
Lalu Haji Jakfar meminta agar warga itu tidak lapor ke orang lain. Ternyata Haji Jakfar mencari pemilik pohon2 mangga itu. Pemiliknya tak lain adalah pak Salim. Haji Jakfar harus menunggu sampai esok harinya, karena ternyata Pak Salim sedang pergi ke luar kota.
Haji Jakfar lalu mencari orang tua Giono dan Masun. Lalu mengajak mereka mengaji bersama di depan Giono dan Masun yg terlihat tidur di batang pohon mangga.

"Nggih pak haji, kulo kapok (iya pak Haji saya kapok)" kata Masun setelah benar benar sadar.

Selesai

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Fredyaspiree

Fredyaspiree Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fredyraskin

9 Mar
Akhirnya ada cerita lagi. Cerita ini pendek saja. Ditulis malam ini. Sila tinggalkan jejak dulu
2019

PEKERJAAN yang mulai langka di kampung halaman membuat Dedy dan istrinya Mariska harus mencari peruntungan lain di luar kota. Dedy mendapatkan pekerjaan proyek pengurukan lahan yg akan digunakan sebagai lahan perumahan di salah satu kota besar di Jawa Barat.
Read 74 tweets
23 Feb
2017

HARI sudah mulai gelap ketika kendaraan yang ditumpangi Yuli melewati kota Jember. Sebelum tengah malam, dia menargetkan bisa sampai di pusat kota Malang. Kalau harus melewati jalan biasanya, kemungkinan lepas tengah malam dia baru sampai di kota tujuan.
"Coba lewat jalan tembusan ya dek?" Mas Anto yg duduk di kursi kemudi menawari Yuli agar bisa mempersingkat jalur. Karena kurang paham dengan rute jalan,Yuli hanya mengangguk saja.Di sebelahnya Riki, tertidur pulas. Bocah itu sepertinya memang sudah menahan kantuk sejak berangkat
Read 43 tweets
8 Feb
Mumpung malem selasa.
Waktunya begadang, sekalian bagi2 cerita mistis tipis2
Kejadian ini sdh lama, sekitar awal tahun 2000an. Kebetulan ada beberapa teman yg masih ingat kejadian ini jadi sekalian dikumpulin.

Waktu itu rasanya kalau ada orang mati muda atau mendadak mesti arwahnya bakal nggangguin orang2. Minimal menampakan diri di sekitar lokasi
Salah satunya cerita ttg kematian Mbak Santi. Langsung sja saya bagi ceritanya. Jadi waktu itu sedang rame2nya musim layangan. Anak2 SD, SMP sampe bapak2 semua main layang2.
Read 35 tweets
4 Feb
1992

DUA rantang nasi dengan isian lauk lengkap disiapkan Wati sejak pagi. Siang itu, suaminya, Anshori akan merantau ke pulau sebrang untuk mencari peruntungan. Masakan masakan terbaik dijejalkan Wati ke dalam rantang
Ada lele dan nila goreng. Sayung terong. Serundeng dan tempe bacem. Semuanya dimasak Wati sebaik mungkin agar suaminya bersemangat. Biasanya Anshori akan pergi tiga sampai enam bulan lamanya. Sampai proyek pembangunan gedung yang membutuhkan tenaganya selesai.
Read 61 tweets
21 Jan
Cerita ini saya dapat setelah berbincang dengan salah satu juragan bisnis kuliner.Karena penasaran,saya mencoba menanyai apa resepnya sehingga bisa sedemikian sukses. Ternyata,alurnya cukup panjang.Selain perjuangan keras tentunya,ternyata ada cara yang tidak biasa yg dia lakukan
2014.

RUMAH tangga yang dibangung Wardoyo dan istrinya Sasmi terasa semakin panas. Di usia pernikahan mereka yang keenam, hubungan Wardoyo dan mertuanya terus bermasalah. Puncaknya ketika Wardoyo dan Sasmi harus rela tinggal di rumah bagian belakang.
Read 73 tweets
14 Jan
2018

Ini hari kedua Milo dan Devi mengikuti kegiatan pelatihan di Balai Perikanan. Besok pagi, puluhan siswa SMA yg ikut pelatihan sudah bisa pulang. Sore iti keduanya memilih untuk berjalan2 ke daerah Pantai. Warga setempat memanggilnya Pantai Tanjungan.
Lokasi pantai yang tersembunyi membuat Milo dan Devi betah berlama2 di sana.Cipratan air laut sore yg sejuk menjalar saat Milo merendamkan kakinya.Gadis SMA itu merasakan ada yg mengawasinya di balik pepohonan.Dia sempat menoleh tapi tak menemukan apa-apa selain daun ketapang.
Read 52 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!