IndraOne Profile picture
Feb 10 169 tweets 20 min read
Malem sob!
Cerita berikut ini merupakan fiksi semata. Jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat maka itu dikarenakan faktor ketidaksengajaan semata.

PERINGATAN :Terdapat adegan kekerasan dan vulgar di dalam cerita ini.
Sebelum kita mulai, yuk ramein tritnya dgn rt dan like plus komen sobat sekalian.

Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Sekali lagi kuteguk ludah di kerongkongan ketika melihat belahan di dadanya yang menyembul dari balik seragam ketat yg ia kenakan. Aku benar-benar tak kuasa menahan dorongan gejolak yg liar ini. Kelelakianku bangkit.
Dengan nekad segera kudekap kuat-kuat tubuh Julia. Ia terpekik kaget. Terkejut dengan aksiku yg tak terduga kepada dirinya.
Kusumpal bibirnya yang ranum menggunakan mulutku supaya ia tak menjerit.
Kulanjutkan dengan membanting tubuhnya hingga ia terhempas di atas kasur, sebelum akhirnya kutindih sampai ia tak sanggup untuk bergerak.

*****
-- A Rich Man --

Menjadi anak seorang yang kaya raya memang begitu membahagiakan. Tak perlu untuk repot memikirkan segala kesusahan dalam hidup. Waktu yg ada hanya dihabiskan untuk bersenang-senang menikmati kekayaan yg dimiliki.
Begitulah gaya hidupku sekarang. Hari-hari kulewati dengan bersantai saja di dalam gedung ini.
Semenjak Dad meninggal, Mom membelikanku sebuah apartemen mewah beserta fasilitasnya yg sangat komplet.
Mom sendiri tidak tinggal bersamaku di sini. Ia terlalu disibukkan dengan urusan bisnisnya. Hanya sesekali ia berkunjung untuk menengokku,saat membawakan makanan ataupun memberikan oleh-oleh jika ia kembali dari luar negeri.
Walaupun aku sendiri saja mendiami apartemen ini, bukan berarti aku lantas kesepian. Hampir semua penghuni gedung akrab denganku. Mereka juga orang-orang dari kalangan atas.
Profesi mereka pun bukan sembarangan. Rata-rata memiliki jenis pekerjaan yg keren punya. Mulai dari eksekutif muda, pengacara kondang sampai selebriti top.
Diriku yang bukan siapa-siapa ini tentu merasa bangga dan beruntung dapat berteman dengan orang-orang semacam mereka. Padahal, jangankan bekerja, kuliah saja tak kuselesaikan.
Tapi, semua hal tsb bukanlah masalah besar buatku. Segala yg kuinginkan bisa dengan gampang kubeli. Uangku banyak. Harta benda yg diberikan Mom dapat kupakai sepuas yg kumau. Persetan dengan pendidikan, yg terpenting aku sudah kaya raya.
Hampir di setiap malam, aku dan penghuni lain mengadakan pesta. Pengelola gedung memang menyediakan sebuah ruangan khusus bagi siapa saja yg ingin menggelar sebuah acara, termasuk untuk berpesta.
Di situ, kami bersenang-senang sebebas dan seliar yg kami suka. Kami juga sudah terbiasa mabuk oleh minuman keras seperti wine, vodka atau whiskey. Semuanya merupakan minuman favoritku. Tak sudi aku mengkonsumsi barang murahan semacam oplosan dan sejenisnya.
Saat mabuk berat biasanya diri kami menjadi tak terkontrol, pestanya pun menjadi ajang bagi kami untuk berhubungan seks yang dilakukan secara bersamaan. Diiringi dentuman musik keras, pesta tersebut berlangsung hingga fajar tiba.

*****
-- Medicines--

Aku tak sadarkan diri setelah berpesta semalam suntuk. Mabukku terlalu parah. Sampai-sampai aku tak ingat kapan aku kembali ke dalam kamar tidurku.
Seorang pelayan berseragam putih sedang menyiapkan sarapan di meja.
Ah ya, baru aku teringat, pastinya dia yg membawaku ke kamar ini setelah pesta selesai. Sudah jadi pekerjaan wajib dia juga selaku pelayan untuk mengurus tuannya.
Sengaja ia dipekerjakan oleh Mom untuk melayani semua keperluanku. Kerjanya standar saja seperti menyiapkan makanan sehari-hari atau juga membereskan kamar.
Pelayan yg berumur agak tua ini berjalan mendekat. Raut mukanya menunjukkan ketidaksenangan.
"Makanannya sudah kutaruh di sana!",kata dia sambil menunjuk sebuah nampan yg tergeletak di atas meja.
"Obatnya juga jangan sampai tak kau minum lagi seperti kemarin! ,"lanjutnya.
Lalu, seenaknya ia melengos pergi. Ketus sekali, pikirku, menilai cara bicara si pelayan.
Aku ini majikan dan kau itu cuma pembantu yg dibayar untuk melayaniku. Tak sepantasnya kau bersikap tak sopan seperti itu, kata hatiku.
Sudahsejak dari awal ia bekerja, aku dapat melihat kelakuannya yang jelek. Aku tak suka dengan perangainya yg kasar. Wajahnya juga buruk,seburuk sifatnya. Padahal aku maunya punya pelayan yg muda dan cantik,serta tahu sopan santun terhadap majikan.
Pernah hal ini kusampaikan kepada Mom, tapi belum juga ia merespon permintaanku tersebut. Mungkin ia belum menemukan pelayan yg sesuai dengan kriteria yg aku harapkan.
Tapi nanti akan kucoba mendesak Mom untuk segera mengganti pelayan tua tadi saat ia datang di kunjungan berikutnya.

Malas-malasan aku meraih nampan di meja. Selain sepiring makanan, terdapat satu botol berisi obat yang pelayan tadi menyuruhku untuk meminumnya.
Jujur saja aku benci minum obat-obat ini. Rasanya pahit dan membuat kering di tenggorokan. Efeknya juga mengakibatkan kantuk yg berlebih.
Sering aku nekad membuang obat tsb di lubang kloset ketimbang harus mengkonsumsinya. Namun, jika ketahuan, si pelayan akan mencaci maki diriku yg tak menuruti apa katanya. Ia juga mengingatkan akan pentingnya minum obat untuk menjaga kesehatanku.
Duh, aku benci sekali dengan nasehatnya.Selama ini aku merasa sehat-sehat saja, kenapa juga harus dipaksa untuk meminum obat.
Sudahlah, ku telan saja obat ini daripada harus mendengar ocehannya nanti yg itu-itu saja. Bosan aku di omeli terus.
Selang beberapa menit, khasiat obatnya mulai bekerja. Kelopak mataku jadi sulit untuk dibuka, berat sekali rasanya. Berulang kali aku menguap lebar, sampai akhirnya aku terlelap pulas di sepanjang hari itu.

****
Lanjutannya besok ya sob!
Terusin yuk sob!
Berhubung ceritanya cukup panjang, mungkin akan ane tulis pelan-pelan saja.Dan lagi naskahnya juga belum selesai ane koreksi.
Mari lanjut ke bab berikutnya!
--Pool Party--

Akan ada sebuah pesta yang akan di gelar pada malam nanti. Kali ini pestanya cukup spesial, karena acaranya sendiri diselenggarakan di area kolam renang yang berada dalam gedung apartemen ini.
Kolam renangnya sendiri memiliki ukuran luas dengan desain modern dan mewah. Setiap penghuni bebas untuk menggunakan fasilitas ini kapan saja. Tapi, selama aku tinggal di tempat ini, baru kali ini di adakan pesta berkonsep outdoor seperti sekarang.
Teman-teman sesama penghuni sangat antusias dengan adanya acara ini, termasuk aku juga. Apalagi yg menggelar pestanya adalah Annette, seorang aktris film yang baru saja mendapatkan sebuah penghargaan bergengsi.
Annette juga salah satu penghuni apartemen. Kadang-kadang ia pun turut hadir dalam pesta rutin bersama kami.Dengar-dengar pesta yg ia buat ini sebagai ungkapan syukur atas penghargaan yg berhasil dicapainya tsb.
Aku dan yang lain sibuk membicarakan tentang acara nanti malam. Di perkirakan pestanya pasti akan berjalan sukses dan menarik. Sudah tak sabar rasanya menantikan malam segera tiba.

*****
Seperti yg sudah kuprediksi, pesta ini berlangsung seru dan sangat meriah. Semua penghuni gedung beramai-ramai ikut memenuhi lokasi acara. Para peserta diwajibkan hanya boleh mengenakan busana renang sesuai tema yg diusung.
Tak ada yang merasa sungkan untuk berpenampilan setengah telanjang. Untuk apa malu-malu, santai saja sambil menikmati suasana.
Memasuki tengah malam, pesta berlangsung semakin memanas. Semua berjoget berjingkrak mengikuti irama musik yg dimainkan oleh seorang DJ terkenal. Kami tenggelam dalam gegap gempita meriahnya acara.
Satu persatu peserta yg larut dalam kemabukan mulai melucuti busana renang yg mereka pakai. Tubuh mereka polos tanpa ada selembar kain yg melekat.
Masing-masing mulai menemukan pasangan dan melakukan hal tersebut di tempat itu juga.
Mataku dengan jalangnya jelalatan kesana kemari mencari wanita yg mau menemani.
Melihat peserta lain sedang asyik dengan aktifitas seksualnya, pikiranku semakin terpengaruh. Aku juga butuh pelampiasan. Kulihat Annette, berjalan mendekat. Tubuhnya yang montok hanya berbalut bikini super minim, aku terperangah menyaksikan penampilannya yg seksi punya.
Cara ia menatapku terlihat beda. Matanya sayu dan senyumnya penuh maksud tertentu.
Oh, tentu aku paham apa yg ia mau. Aku sudah berpengalaman. Ku genggam erat tangannya yg membelai bahuku.
Ia membimbingku ke arah tepian kolam. Di sana kami saling memeluk sambil melumat bibir sedalam-dalamnya. Annette sepertinya naksir berat padaku. Wajar, aku memang tampan. Wajah yg kumiliki agak kebarat-baratan. Postur badanku juga lumayan tegap.
Beberapa penghuni wanita ada yg sempat menyatakan cinta kepadaku. Namun, semuanya aku tolak. Masalahnya, aku tak suka dengan keterikatan. Aku lebih memilih untuk bercinta satu malam ketimbang harus dipusingkan dengan hal-hal remeh semacam ini.
Selanjutnya, aku dan Annette pun terbuai dalam kenikmatan tak berbatas hingga menjelang pagi tiba.

*****
--Suspicious--

"Apa kau tak meminum obatmu lagi? ", tanya si pelayan tua pada siang hari itu. Ia memberengut. Benci sekali aku melihat ekspresinya.
" Ya aku minumlah! ", jawabku. Kembali ia menatapku dengan mata curiga.
"Tapi tak kulihat ada perubahan apapun dari dirimu. Jawab saja dengan jujur, pasti kau buang lagi obatnya kan?! ", ucap dia lagi.
Aku balik memelototkan mata kepadanya. Biar dia sadar kalau aku ini majikannya. Tak pantas sekali ia berlaku seenaknya terhadapku.
"Kalau kau mencurigaiku terus seperti ini, lebih baik sekalian saja tak ku minum obat itu. Aku muak!! ", bentakku akhirnya.
Tapi, ia tak gentar. Tatapannya semakin sinis. Ia pun berkata sambil menyorongkan obat kedepan mukaku,
" asal kau tahu ya, kau tak minum obat-
-ini pun bukan masalah bagiku. Tapi, kau pikirkan saja betapa sedihnya ibumu melihat keadaan dirimu sekarang ini.
Itupun jika kau masih bisa berpikir! "
Hehh, darahku mendidih mendengar celotehnya. Kurang ajar. Aku tak suka jika urusanku di kait-kaitkan dengan Mom. Kutepis kuat-kuat tangan si pelayan hingga obat yg ada di genggamannya jatuh berceceran.
Ia terkejut sejenak karena ulahku barusan. Diraihnya gelas yg terletak di dekat situ, kemudian tanpa kusangka ia menyiramkan air di dalam gelas tsb tepat mengenai mukaku.
Brengsek. Aku tak terima diperlakukan seperti ini oleh babu semacam dia. Aku murka.
"BANGSAT!! "
Aku bangkit untuk menyerang.Kucekik batang lehernya sekuat tenaga. Kucekik sekuat mungkin sampai ia kesulitan untuk bernafas.
Wajahnya merah menegang. Ia berusaha setengah mati untuk melepaskan cekikan tanganku dari lehernya. Sia-sia, karena tenaganya kalah jauh dibanding dengan kekuatan yg kumiliki. Mungkin ia lupa kalau aku sering melatih otot-ototku di pusat kebugaran dalam gedung ini.
"Hahaha, makanya jangan coba macam-macam denganku! ", aku tertawa senang.
Sialnya, aku tak melihat gelas yg masih dipegangnya seusai menyiramku tadi. Dengan gerakan cepat, diayunkannya gelas kaca tsb kearah kepalaku.
PRAKKK!!
Darah menyembur dari bagian kiri kepala. Aku berteriak kesakitan. Spontan cekikanku terlepas dari leher si pelayan. Merasa terbebas, buru-buru ia berlari menyelamatkan diri.
Aku meringis menahankan sakit. Mungkin luka yg diakibatkannya cukup parah, darah masih saja terus keluar. Mulutku tak bisa berhenti menyumpah.
Dasar sial, tunggu pembalasanku!

*****
Beberapa orang teman sesama penghuni datang menjenguk. Mereka sudah mendengar dan kaget atas peristiwa yg terjadi tempo hari. Sama seperti aku,ternyata mereka juga mengeluhkan sikap para pelayan yg bekerja di gedung ini.
Umumnya,pelayan-pelayan ini bersikap kurang menghargai majikan bahkan cenderung untuk bertindak kasar. Aku balik terkejut mendengar pengakuan teman-teman. Rupanya bukan diriku saja yg menjadi korban kekurang ajaran para pelayan tak beradab tsb.
Ada kemungkinan, semua penghuni yg mendiami gedung apartemen ini pernah diperlakukan sama seperti yg aku alami.
Aku baru tahu juga jika mereka bekerja dibawah pengawasan pengelola gedung setelah sebelumnya aku sempat mengira kalau pelayan yg-
-menghajarku kemarin adalah orang yg ditugaskan Mom untuk mengurusiku. Aku masih menaruh dendam kepadanya. Suatu saat jika bertemu, akan kulampiaskan dendam ini dengan cara membenturkan kepalanya ke tembok hingga pecah. Geram sekali rasanya.
Akhirnya,setelah memutuskan,kami pun bersepakat akan melaporkan para pelayan itu kepihak pengelola gedung secepat mungkin. Kami tak ingin kehidupan kami yg tentram dan damai dirusak oleh oknum-oknum pembantu seperti mereka. Kami juga akan menuntut agar mereka semua diganti dgn-
-tenaga kerja yg lebih baik lagi. Setidaknya jangan sampai ada yang berani memaksaku untuk meminum obat sialan itu lagi nanti. Dalam hati, aku tertawa puas.

*****
Bab berikutnya ane sambung besok!
Terusin yuk sob!
Btw kok lapaknya sepi amat ya😆
Tpi gpp dah tetep lanjut kok ceritanya!
--Julia--

Salut juga aku dengan pengelola tempat ini atas tindakan mereka yg termasuk cepat menanggapi laporan kami beberapa waktu yg lalu.Pagi ini,sudah ada seorang pelayan baru sedang bertugas di kamarku.
Bukan wanita yg jelek dan tua seperti yang dulu, tapi pelayan yg baru ini berparas sangat cantik dan bertubuh seksi.Mulutku ternganga saking begitu terpesonanya.
Jujur baru sekarang aku berjumpa dengan pelayan berpenampilan sempurna seperti dia. Kalau dibandingkan dengan Annette, wanita ini jauh lebih cocok menjadi aktris ketimbang dia. Entah bagaimana lagi aku harus mendeskripsikan kemolekan si pelayan baru tsb.
Merasa diperhatikan ,ia lalu menoleh ke hadapanku. Ia tersenyum manis. Senyumannya pun begitu indah.Tak sanggup aku mengeluarkan suara dikarenakan grogi.
Langkahnya gemulai saat mendekatiku yg masih terpekur di atas kasur. Gaya berjalannya melenggak lenggok ala super model. Dari jarak sedekat ini,bisa kulihat dengan jelas kesempurnaan di lekuk tubuhnya.
Seragam putih yg melekat di badannya terlalu ketat dan terkesan sempit. Tapi, justru itu yang membuat dirinya malah semakin mempesona, semakin menggairahkan.Mataku tak berkedip melihat pemandangan indah tsb.
"Kau.. kau pelayan yg baru? ", tanyaku, setelah berhasil menguasai diri lagi. Ia tak lekas menjawab. Wajahnya yg bening mulus mengamatiku dengan seksama. Sorot matanya tajam, seperti sedang menyelidiki sesuatu.
Aku yakin ia pasti kagum dengan ketampanan yg kupunya, dan berharap ia akan menyukaiku juga. Memikirkan itu,aku jadi senyum-senyum sendiri.
"Ya, aku pelayanmu yg baru! ", jawabnya.
" Kau Daniel, bukan? Senang berjumpa denganmu. Aku Julia".
Julia,nama yg bagus. Sesuai dengan orangnya, pikirku. Kami saling berjabat. Telapak tangannya hangat, kulitnya terasa halus ketika kusentuh.
"Sudah kupersiapkan sarapan dan juga obat seperti biasa. Apa kau mau kubantu untuk meminumnya? ", tanya Julia.
" Eh.. biar aku sendiri saja nanti. Terima kasih.. ", jawabku padanya. Ia diam sejenak, mungkin sedang berpikir.
"Kalau begitu, baiklah. Aku akan meninggalkanmu untuk sekarang.Tapi nanti aku kembali lagi selepas sarapan", tukas Julia.
Ia beranjak pergi. Masih tercium wangi tubuhnya saat ia keluar dari ruangan. Aromanya membuatku terlena.Kegirangan, aku pun tertawa keras.Bahagia sekali mendapat pelayan yg istimewa seperti Julia. Yang begini bikin aku betah untuk dilayani.
Aku juga berniat akan menceritakan hal ini pada penghuni yg lain. Mereka pasti akan iri berat mengetahui aku bisa memiliki pelayan yg oke macam Julia.
Aku merasa menjadi pria yg paling beruntung di dunia.Tawaku kembali membahana memenuhi kamar tidur.

*****
Jam-jam ketika Julia melayani menjadi waktu yg paling membahagiakan buatku. Aku telah terbius dengan kemolekan yg dimilikinya. Aku juga suka dengan cara kerjanya yg begitu gesit dan telaten. Profesional,istilah yg cocok untuk disematkan kepadanya.
Sebenarnya aku juga sedang jatuh hati pada Julia. Namun aku belum berani untuk mengatakan tentang ini pada dirinya secara langsung. Aku juga masih ragu, takut kalau nanti malah jadi bahan omongan penghuni lain.Bisa-bisa aku dijauhi mereka hanya gara-gara naksir pembantu sendiri.
Reputasiku kemungkinan besar akan anjlok jika sampai mereka tahu. Tapi, rasanya mana ada pria normal yang sanggup menolak pesona seorang wanita seperti Julia. Bukan masalah berarti walaupun statusnya cuma sebagai pelayan.
Ujung-ujungnya, aku jadi sering melamun. Mengkhayalkan Julia sedang berpacaran denganku.
Saat pesta malam itu pun, aku lebih banyak berdiam diri. Aku tak begitu mempedulikan meriahnya acara yg sedang berlangsung.
Entah kenapa,aku tak dapat berkonsentrasi. Pikiranku tertuju pada Julia melulu. Setelah minuman digelas habis,aku hendak kembali ke kamar.
Tapi Annette sudah memegang tanganku.
Dasar perempuan genit, ia malah merayu dan memaksaku untuk menuruti ajakannya. Sebenarnya aku tak begitu tertarik, tapi kupikir aku perlu sedikit hiburan juga sekarang. Akhirnya kami berpindah tempat menuju pojok ruangan.
Di atas empuknya sofa, aku dan Annette sibuk bermesraan. Ketika permainan memanas,aku malah membayangkan sedang bercumbu bersama Julia.
Tak sadar, aku malah mengerang menyebut namanya.
"Ohh, Julia... ".
Sontak Annette melepaskan pelukannya dari tubuhku. Ia dorong aku agar segera menjauh. Wajahnya yg berkeringat bertekuk masam, ia pasti marah. Mendadak pipi sebelah kiriku ditamparnya dengan begitu keras.
PLAKKK!!!
"BAJINGAN!! ", maki Annette. Buru-buru ia bergegas pergi, meninggalkanku sendiri yg kebingungan entah harus berbuat apa.

*****
Bab berikutnya ane lanjutin besok!
Lanjut!
--Desire--

Kehadiran Julia sungguh menganggu pikiran.Daya tariknya merusak isi otakku, memaksa untuk berkhayal yang tidak-tidak.
Pagi ini, sama seperti hari-hari sebelumnya, ia mengerjakan tugas rutinnya di dalam kamarku.
Semenjak ia mulai bekerja menggantikan pelayan yg lama, jarang sekali kami mengobrol.Hanya sesekali saja ia mengajakku bicara, seperti menanyakan kabar atau sekedar pertanyaan-pertanyaan remeh yang tak begitu penting untuk dibahas.
Tapi, ia selalu uring-uringan saat menyuruhku minum obat.Bibirnya cemberut kalau aku menolak menuruti apa katanya. Aku akan minum obat itu, asal ia mau membantuku untuk melakukannya. Toh apa gunanya dia jadi pembantu kalau keberatan melayani majikannya.
Saat ini, Julia masih berlalu lalang di depanku. Bokong besarnya bergoyang-goyang seiring langkah ia berjalan.
Sepagi ini sudah dapat pemandangan macam begini,pikirku.Memang luar biasa. Susah payah aku menelan ludah yg menyangkut di tenggorokan.
Aku tak tahan untuk menyatakan cinta kepadanya. Mungkin inilah waktu yang tepat.
"Julia! Aku.. aku suka padamu! ", kataku akhirnya. " Sudikah kau jadi kekasihku? ".
Ia menatap diriku seolah tak yakin dengan apa yg kukatakan barusan. Matanya membulat lebar.
Ia terdiam cukup lama.
"Julia... ", panggilku penuh harap.
Ia menggeleng kuat-kuat, kemudian menuangkan beberapa butir obat ke atas telapak tanganku.
" Lekas minum dan lanjutkan tidurmu lagi. Setelah bangun nanti kau akan merasa lebih baik! ", ucap Julia, dengan nada tegas.
Bukan obat ini yang kumau. Aku hanya ingin jawaban saja. Tinggal katakan mau atau tidak, sesederhana itu. Emosiku timbul ke permukaan. Kuhempaskan obat-obat terkutuk tsb ke bawah kaki Julia.
Namun sepertinya ia tak kalah marah melihat perbuatanku. Rahangnya terkatup keras seiring dengan rona memerah di pipinya. Julia sedang dalam kondisi emosi tingkat tinggi.
Tetapi dimataku ia malah terlihat semakin cantik, serta menggairahkan.
Sekali lagi kuteguk liur di kerongkongan saat melihat belahan di dadanya yg menyembul dari balik seragam ketat yg ia kenakan. Tak sanggup sudah kutahan gejolak hasrat yg semakin liar ini. Kelelakianku bangkit.
Dengan nekad,segera saja kudekap erat tubuh Julia. Ia terpekik kaget. Pasti ia tak mengira aku akan melakukan hal separah ini terhadapnya. Jeritannya melengking, tapi buru-buru kusumpalkan mulutku ke bibir ranumnya agar ia tak bersuara.
Kuteruskan dengan membanting badannya hingga ia terhempas di atas kasur, lalu kutindih dia dengan tubuhku untuk mencegahnya bergerak.
Julia berontak berusaha melawan. Kukeraskan otot-otot di kedua lengan untuk menahan tubuhnya dari meronta-ronta. Akan kuselesaikan semua ini secepat yg kubisa.Kupegang kaki Julia, lalu dengan kasarnya ku buka lebar-lebar.
Tapi, aku salah perhitungan. Dengan gerakan tangkas, tahu-tahu Julia sudah berhasil melepaskan diri dari cengkraman tanganku. Dia menangkap jariku, kemudian memelintirnya kuat-kuat.
Aku pun menjerit, "AAAARRRGGHH!! "
Pertahananku sedang lengah.Tak mau melewatkan kesempatan, Julia melayangkan satu tendangan lutut ke arah lambungku.
DUAAKKK!!
Sontak aku melengkung menahan rasa sakit di bagian perut.
Sungguh tak dapat dipercaya. Julia sepertinya memang bukan sembarang pelayan. Kukira ia dapat dengan mudah ditaklukkan, tahunya ia malah dengan gampang melakukan perlawanan. Dari gerakannya tadi, kemungkinan ia juga menguasai ilmu bela diri.
Duh, menyesal juga aku berani berbuat tak senonoh kepadanya. Semua ini gara-gara nafsu setanku yang tak pernah mengenal situasi dan kondisi. Dasar bodoh, rutukku ke diri sendiri.
Perutku nyeri akibat hantaman lutut Julia tadi.Rasanya begitu perih. Aku terbatuk-batuk hingga menyemburkan darah dari dalam mulut.
Tapi, Julia kelihatannya belum puas. Lagi-lagi ia menendangkan kakinya tepat mengenai batok kepalaku
BUKKK!!
Kepalaku terhentak begitu keras. Pandanganku sejenak oleng karena tendangan mendadak barusan.
Julia nanar melihatku yg terbaring kesakitan. Pundaknya turun naik, nafasnya tak beraturan. Kemarahannya telah mencapai puncak.
"ANJING GILA KAU !! KURANG AJAR!!", Julia membentak dengan suara melengking tinggi.
" Tunggu kau disini! Awas jangan sampai kau kemana-mana!! ", bentaknya lagi. Ia berjalan cepat keluar dari kamar, lalu membanting pintu dengan kasarnya.
Tolol! Dasar aku tolol! , aku mengutuk kebodohanku sendiri. Semestinya tak kulakukan tindak pelecehan pada Julia tadi. Wajar saja ia tak terima.Kemungkinan terburuk ia akan melaporkan perbuatan cabulku ke pengelola gedung, kemudian mereka bakal membawa polisi-
-dan aku pun akan ditangkap serta dijebloskan ke dalam penjara. Jika itu sampai benar-benar terjadi, maka habislah aku. Mom pasti bakalan malu punya anak berkelakuan buruk seperti aku.
Tidak, aku harus kabur. Aku tak mau ditangkap. Sudah saatnya aku melarikan diri dari tempat ini, sekarang.

*****
-- Bleed --

Baru saja aku bergerak untuk bangkit, Julia kembali lagi memasuki kamar.Tapi ia tak sendiri,ada dua orang lelaki yg menyertai di belakangnya. Aku sempat cemas kalau orang-orang itu adalah polisi, namun keduanya juga berseragam putih persis seperti yg Julia pakai.
Aku tebak, mereka pasti pelayan lain yg diperintahkan pengelola gedung agar membantu Julia untuk menanganiku. Tangan mereka masing-masing membawa semacam sabuk panjang dan nampak tebal, sedang Julia menenteng sebuah alat suntik.
Wajah ketiganya tegang. Tak ada sirat keramahan disana. Tampang mereka angker, tak bersahabat.
Julia mengangkat suara, dengan lantang memberi perintah pada rekannya. "Tangkap dan ikat dia, jangan sampai lolos!! ".
Ah, Julia. Kenapa sampai begini amat caramu untuk menangkapku. Aku bukan kriminal, aku bisa menjelaskan perbuatanku secara baik-baik. Ini semua hanya kesalahan pahaman. Aku yakin kau pasti akan mau memakluminya. Begitu pikirku.
Tapi, kulihat kedua pelayan itu mulai merangsek mendekat. Mereka bergerak dengan sikap waspada,mencari celah yang pas untuk bisa menyergap. Sabuk di tangan mereka pun berada dalam posisi siap untuk dijeratkan.
Hey, kenapa harus sampai mengikatku? Memangnya aku penjahat? Aku tak rela diperlakukan seperti ini. Harga diriku diinjak-injak oleh mereka, aku harus melawan. Aku ingat ada sebuah pisau lipat yang dulu kutaruh di laci dekat ranjang.
Ketika jarak mereka antara aku semakin dekat, secepat kilat kuambil pisau tsb dari tempatnya berada. Satu pelayan yang berbadan kurus maju menyergap,sayang ia kurang perhitungan. Pisau yg telah terhunus kusabetkan telak ke bagian lehernya.
Darah kental terciprat dari sela tenggorokannya yg terluka parah. Si pelayan kaku, tangannya berusaha menahan lajunya darah yg mengucur deras dari lehernya. Ia sempoyongan, sampai akhirnya terjatuh hilang keseimbangan.
Aku masih belum mau berhenti. Kuhampiri dia yg tergeletak tak berdaya, lalu tanpa ampun kuhunjamkan berkali-kali tusukan ke tubuhnya. Daging di badannya robek tersayat-sayat. Darah menyembur ke segala arah. Si pelayan bernasib malang ini bahkan tak mampu lagi bersuara.
Julia menjerit-jerit histeris menyaksikan pembantaian olehku.
"HENTIKAN!! STOP!! STOP!! ".
Nahas, rekannya telah tewas dengan mata membelalak. Kasihan, ia menemui ajalnya dengan cara sangat menyakitkan.
Haha, aku tertawa puas.
Aku menoleh ke arah Julia dan temannya yg satu. Muka mereka pucat dengan ekspresi sangat ketakutan. Mereka berdua diam tak bergeming,tak yakin rekan mereka mati terlalu cepat dan begitu mengerikan.
Ane akan lanjutkan besok sekaligus bab terakhirnya!
Drop dulu ilustrasi karakter Julia the Maid. Ntar abis makan malam kita lanjutin ceritanya! Image
"Cepat panggil bantuan! ", Julia memerintah temannya yang tersisa. Pria itu tersadar dari diamnya, kemudian berlari hendak keluar dari ruangan.
Aku tak mau memberi mereka peluang untuk menangkapku dengan membawa bala bantuan ke sini.
Akan kuhabisi mereka yang tersisa, termasuk juga Julia. Kuterjang si pelayan lelaki yg menghampiri pintu keluar. Ia terkejut,lalu meninju mukaku dengan asal-asalan.Tak kurasakan sakit saat tinjunya mengenai daguku,ia tak bertenaga. Padahal postur tubuhnya besar melebihi diriku.
Aku terkekeh melihat dia panik.Kubalas tinjunya tadi dengan serangan pisauku tapi berhasil dielakkannya. Sial, makiku. Kusabet pisau sekali lagi dengan gerakan lebih cepat, bahunya pun terluka cukup dalam. Ia mundur sambil kesakitan.
Darah kental turun mengalir membasahi lengannya. Ia terduduk, sedang aku bersiap-siap untuk menikamnya lagi. Hehe,matilah kau, gumamku pada diri sendiri. Kuangkat pisau di tangan untuk segera menghabisinya.
Namun, sekonyong-konyong satu hantaman keras menghantam bagian punggungku.
BUUAAAKK!!
Begitu kuat hantaman tersebut hingga aku terpelanting ke lantai. Julia berdiri tegak sambil memegang sebuah kursi lipat, pasti ia yang menghajarku barusan demi menyelamatkan rekannya.
Brengsek kau,Julia. Kau memang tak pernah suka denganku meski aku tergila-gila kepadamu, kata batinku.
Julia hendak menyerangku lagi dengan kursi tsb,tapi ia jatuh terpeleset. Lantai nya terlalu licin karena lumuran darah yang menggenang.
Susah payah Julia mencoba untuk berdiri,kumanfaatkan kesempatan ini untuk berlari keluar dari ruangan. Ku batalkan niatku untuk membunuhnya. Mungkin lebih bijaksana jika aku melarikan diri saja.
Kulewati Julia dan rekannya yang telah pingsan. Aku berlari menyusuri lorong gedung apartemen, dibelakang sana Julia menjerit-jerit memanggil pertolongan.
Bisa kurasakan bahaya sedang menghampiri, jadi kusiapkan pisau yg sedari tadi masih kugenggam. Akan kuhalau siapapun yg akan menghalangi pelarianku dan berhasil keluar dari gedung ini dengan selamat.
Sejumlah petugas keamanan bersenjata pentungan berdatangan. Aku merasakan panik saat mereka mulai mengejar. Jika tertangkap bisa-bisa aku digebuki mereka sebelum dijebloskan ke penjara. Ini gawat!
Akupun berlari secepat yg kumampu. Mereka pasti tak akan bisa mengejar kalau aku bergerak cepat. Kulihat penghuni yang lain mengintip dari balik pintu menyaksikan kejadian ini. Tak satupun dari mereka yg berniat untuk menolongku, atau mungkin mereka enggan untuk ikut terlibat.
Peluh membanjir di sekujur tubuh saat aku mencapai tangga yang menuju lantai bawah. Bau keringat bercampur amisnya darah tercium dari badan. Pasti tampangku berantakan sekarang. Ah masa bodohlah, yg penting aku bisa lolos dari tempat ini sekarang juga.
Baru saja kakiku menapaki anak tangga,segerombol petugas keamanan lain datang merisak dari bawah. Buru-buru mereka menghampiriku yg sedang dalam keadaan gamang. Para petugas yg mengejar sebelumnya pun sudah tiba ditempatku berdiri sekarang. Aku terjebak.
Mereka mengepungku beramai-ramai. Heran juga aku kenapa gedung apartemen ini bisa memiliki petugas keamanan yg banyak. Padahal lingkungan di sini aman dan baik-baik saja. Ini berlebihan.
Seorang petugas memukulkan pentungannya di belakang tubuhku. Aku yang tak siap hanya bisa mengelak seadanya,tapi bahuku kena dan sakitnya lumayan. Mereka malah makin beringasan, aku dikeroyok.
Kukibaskan pisau ke sembarangan arah supaya mereka tak bisa mendekat. Sulit bagiku untuk melukai, karena mereka pandai memanfaatkan jarak . Satu lagi sodokan kuat menghajar perutku dengan sangat keras. Aku makin meradang.
Dengan menahan kan sakit, kuserang mereka semua dengan gerakan membabi buta. Tak ada yg kena, mereka sungguh pandai berkelit. Aku merasa tolol,merasa dipermainkan. Tapi, disisi lain aku tak mau menyerah.
Ketika aku lengah, tanpa terduga seorang petugas menyepakkan kakinya ke betisku hingga aku terjungkal. Tubuhku membentur lantai ubin yang keras. Salah satu dari mereka menginjak tanganku yg masih mengepal pisau dengan gerakan cepat dan kuat.
KRAAKK!!
ARRRGGGHHH...!!
Lengkinganku menggema memenuhi ruangan. Sakitnya sungguh luar biasa. Aku tak bisa menggerakkan jari-jariku, tulang-tulangnya pasti remuk terinjak.
Petugas-petugas biadab tersebut mengerumuniku dan melanjutkan keroyokannya. Tanpa ragu, mereka menginjak serta memukul sampai tubuhku babak belur. Tak kuat aku untuk melawan amukan mereka. Darah merembes dari memar dan luka di badan. Perih rasanya. Matilah sudah.
"Cukup.. cukup.. ", kata Julia yg baru tiba bersama beberapa pelayan yang lain. Mata kami saling beradu. Pelayan iblis kau, makiku. Akan kulaporkan balik semua tindak anarkis yg kalian lakukan pada diriku ini, lanjut kata hati ku lagi.
Aku hendak berdiri,tapi seorang petugas mendorongku jatuh lalu memiting kedua lenganku ke arah belakang.Dengan enteng satu kakinya diinjakkan ke atas kepalaku.
"ANJING!! ", kutukku.
Mereka memperlakukanku layaknya seekor hewan buas.Aku tersinggung berat. Kekuatanku habis terkuras, bahkan untuk berontak saja aku tak bertenaga.
Julia mempersiapkan alat suntik, lalu berjalan mendekat.
"Tolong pegang dia kuat-kuat. Dia harus ditenangkan dulu sebelum bisa ditangkap. Dia sudah terlalu berbahaya sekarang.. ", kata Julia kepada para petugas keamanan.
Ia melirikku dengan mimik muka sangar, aku muak melihatnya. Kuludahi wajah itu.
Julia membalas ludahan tadi dengan tendangan sepatunya di hidungku. Kurasakan darah meleleh turun dari lubangnya. Hancurlah wajah tampan ini, sesalku.
Tak mau berlama-lama, Julia lalu menusukkan jarum suntiknya ke dalam tubuhku.
Hawa panas menjalar dari tusukannya, cairan yg berasal dari tabung suntik tsb mengalir menembus jaringan ototku. Penglihatanku jadi samar-samar.
Julia brengsek! Pasti ini obat bius yg ia suntikkan kepadaku.
Reaksinya begitu cepat, mataku semakin berat dan memaksa untuk segera terpejam. Telingaku masih menangkap suara Julia yg berseru, "bawa ia ke ruang isolasi sekarang! ".
Aku terkulai begitu lemah, lalu hilang kesadaran dan pingsan di saat itu juga.

*****
-- A Truth --

Aku terjaga dari tidurku yang terasa sangat lama. Badanku rasanya remuk,semua sendi terasa ngilu. Sayup-sayup kudengar Mom yang terisak-isak.
Kulihat ia tengah berbicara dengan seorang pria paruh baya, Julia juga ada bersama mereka di sana.
Mereka berbicara dengan nada cemas, terkesan tegang juga pada obrolan tersebut. Sesekali Mom tersedu sedan di sela-sela pembicaraan.
Baru kusadari,kalau saat ini tubuhku sedang terikat erat di atas sebuah ranjang. Aku tak dapat bergerak sama sekali.
Kupanggil Mom dengan berteriak-teriak, memintanya agar ia melepaskan ikatanku sekarang.
"Mom! Lepaskan aku! Aku ingin pulang bersamamu Mom! Tolong aku..! ".
Mom hanya menatapku dengan mata berlinang.
" Jangan dekat-dekat mereka Mom! Mereka semua orang jahat..!! "
Tapi, Mom tak juga membantuku. Ini aneh. Semua ini terlalu aneh. Mom malah lanjut berbicara dengan orang itu.
"Sungguh saya tak menyangka dia jadi separah ini, dok.. ", kata Mom, penuh nada sesal.
Pria paruh baya tsb menghela nafas berat, lalu ia berkata, "semua ini diluar perkiraan kami. Psikisnya semakin terganggu. Ia jatuh dalam halusinasinya sendiri. Belakangan ini kondisinya malah makin memburuk.. "
"Hampir di setiap tengah malam, ia menyelinap keluar dari biliknya tanpa sepengetahuan para perawat. Ia harus kami suntik dulu dengan penenang supaya bisa membawa dia kembali dengan aman.. ".
Ia melanjutkan lagi ucapannya pada Mom, "tempo hari, dia menghilang entah kemana. Petugas kami kelabakan saat mencari dan menemukan dia di kolam pembuangan limbah di belakang rumah sakit ini dalam keadaan tak berbusana. "
"Kalau saja ayahnya tidak meninggal dalam kecelakaan itu, mungkin ia tak akan sakit seperti sekarang ini. Daniel stres berat setelah peristiwa tersebut. Tanpa saya tahu, ia malah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yg ia dapat dari teman kuliahnya.. " kata Mom.
"Tapi, tingkat depresinya malah semakin tinggi. Sungguh saya sangat berharap ia bisa lekas sembuh setelah dirawat di rumah sakit ini, namun ia malah membunuh.. ".
Mom lagi-lagi terisak.
"Sebenarnya kami telah meningkatkan kewaspadaan sejak agresifitasnya meningkat bu, dimulai dari sejak ia menyerang salah satu perawat. Kami naikkan dosis obatnya, tapi efek sampingnya malah meningkatkan hormon yg berlebih.Ia bahkan melakukan percobaan pemerkosaan-
-kepada Julia, perawat yg khusus kami tugaskan untuk mengurus anak anda ", ucap pria tsb sembari menunjuk pada Julia.
Perempuan itu melipat kedua tangannya ke dada, dagunya terangkat. Kesannya jadi angkuh. Hihh, aku benci sekali dengan dia.

"Saya tak tahu harus berbuat apa lagi dok. Semuanya saya serahkan pada rumah sakit ini, yang penting anak saya dapat pulih seperti sediakala", kata Mom.
"Tentu saja, bu. Kami memang merencanakan untuk memindahkannya ke pulau seberang. Ada sebuah rumah sakit jiwa dengan fasilitas sangat lengkap disana. Pasti akan berimbas dengan proses pemulihannya nanti", sebut si pria. " Asal ibu mengijinkan saja.. "
Mom mengangguk lemah. "Pasti, dokter. Pasti saya ijinkan ia dibawa. Apapun demi kesembuhan putra saya", jawabnya.
" Baik, kalau begitu mari kita bicarakan tentang ini di kantor saya!", kata si lelaki tsb sambil mempersilahkan Mom untuk keluar.
Mom menatapku dengan mata merana. Tanpa mengucapkan satu kata pun, ia melangkah keluar dari ruangan yg pengap ini. Aku menjerit lagi sekeras-kerasnya memanggil dia. Semestinya ia menolongku, menyelamatkanku dari semua kegilaan ini.
MOM..MOM!!
Percuma, Mom sudah berlalu.
Aku mengamuk lagi, membanting-bantingkan diri di atas kasur yg keras. Mulutku tak henti-hentinya memaki.
Julia perlahan mendekat. Bola mata tajamnya begitu sinis menatapku.
Julia, pelayan yg pernah kukagumi, sekarang berubah menjadi makhluk yang paling kubenci. Ingin sekali kuhabisi dia, ingin membunuhnya di saat ini juga.
Tangannya meraih sebuah alat suntik dari kantung seragamnya,pelan-pelan ia hunjamkan lagi jarum itu dilenganku, -
- persis seperti yang ia lakukan sebelumnya.
Dengan nada tajam ia berbisik di telingaku, "selamat tidur, Daniel! ".

**The End**
Sekian untuk cerita malam ini sob. Terima kasih udah mengikuti ceritanya sampai selesai.
Sampai jumpa lagi di kisah yg berikutnya.

Good night and sleep tight!

*****

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with IndraOne

IndraOne Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @adelbert_rusty

Feb 1
HILANG

Berdasarkan dari sebuah kejadian nyata

@IDN_Horor @qwertyping @bacahorror @PenulisMalam94 @chow_mas

#ceritahorror #ceritaserem #KisahNyata #CeritaMisteri

Image by Google
Malem sob!
Kisah yg akan ane tulis di bawah ini merupakan sebuah peristiwa yg pernah terjadi di kota ane beberapa waktu yg lalu. Nama dan tempat akan ane samarkan utk menjaga nama baik pihak yg bersangkutan.
Sebelum mulai, yuk ramein tritnya dgn like rt dan komen sekalian.
Kalo udah, so let the haunt begin!

*****
Read 50 tweets
Jan 14
Jadi ini semak-semak di sebelah rumah ane. Sebulanan yg lalu kira2, pas ane lagi diluar rumah ada suara anak-anak ketawa dri arah semak ini.Padahal baru sekitar jam 8an gtu. Masih gak malam2 amat. Beberapa harinya pas emak ane lgi makan malam di dapur, blio juga denger ada-
-suara tangisan gtu,tpi yg nangis ini kata blio kyak suara anak bayi. Berdasarkan dari pengalaman diatas, jadilah kisah berikut yg idenya ane dapet dari suara di semak-semak tadi.
Sewaktu ane lagi ngerjain naskahnya, ada juga satu kejadian. Sekitar jam 10 malem saat ane sibuk nulis tu kisah, ada suara emak ane manggil ane dari arah luar jendela kamar. Udah jam 10 malem dan emak ane manggilin dri jendela? Padahal emak ane lgi nyante dikamarnya.
Read 4 tweets
Jan 9
PONDOK PELATIHAN

Sebuah Kisah

@PenulisMalam94
@bacahorror
@ceritaht
@IDN_Horor
@Penikmathorror

#ceritaserem #ceritahoror

*Image by Google ( Illustration only) Image
Disclaimer : tulisan di bawah ini merupakan cerita fiktif belaka.
Jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, maka itu hanyalah sebuah kebetulan semata.
Peringatan : terdapat beberapa adegan kekerasan dan sedikit vulgar di cerita ini.
Aku termenung menatap beberapa lembaran kertas yg tergeletak di lantai tepat di hadapanku.
Kepala ini terasa mumet. Heran sekali aku kenapa sulit amat untuk mengingat dan menghapalkan deretan angka yg tertera di kertas-kertas tsb.
Read 139 tweets
Jan 5
Malem sob.
Kisah yg akan ane tulis di bawah ini merupakan sebuah kisah dari seorang kenalan ane yg terjadi di sekitar tahun 2018 yg lalu.

Langsung saja sebelum kita mulai, yuk ramein trit nya dg rt dan like sekalian.

Kalo udah, so let the haunt begin!
Aku sedang naksir kepada seorang gadis di tempatku bekerja.
Ia dan aku sama-sama berada di bagian marketing di sebuah perusahaan rokok. Bedanya aku baru saja menjajaki pekerjaan ini selama enam bulan, sedangkan Nia, nama gadis itu, merupakan pekerja yg baru masuk bulan lalu.
Read 47 tweets
Dec 24, 2021
MENJELANG NATAL

Berdasarkan dari sebuah kisah nyata

@karyakarsa_id @IDN_Horor @chow_mas @SpesialHoror

#Natal
#natal2021
#kisahnyata Image
Lily, adikku yang terkecil, baru saja mengucapkan ikrar pernikahannya.
Wajah-wajah bahagia serta sumringah memenuhi seisi ruangan di gereja pada hari itu.
Aku yg turut berada di sana juga ikut merasakan kebahagiaan kedua pasangan pengantin tsb.

Namun di relung kalbuku yg paling dalam, tersirat sedikit pilu kesedihan di sana.

*****
Read 182 tweets
Nov 25, 2021
Lelaki tua itu mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang.
Sebenarnya ia ingin mempercepat laju sepeda itu lebih kencang lagi.
Tapi apalah daya dan upaya, kalau sepeda butut tsb sudah tak mampu lagi menambah daya kecepatannya, walaupun pedalnya di genjot sekuat tenaga.
Read 83 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

:(