Malem sob.
Kisah yg akan ane tulis di bawah ini merupakan sebuah kisah dari seorang kenalan ane yg terjadi di sekitar tahun 2018 yg lalu.
Langsung saja sebelum kita mulai, yuk ramein trit nya dg rt dan like sekalian.
Kalo udah, so let the haunt begin!
Aku sedang naksir kepada seorang gadis di tempatku bekerja.
Ia dan aku sama-sama berada di bagian marketing di sebuah perusahaan rokok. Bedanya aku baru saja menjajaki pekerjaan ini selama enam bulan, sedangkan Nia, nama gadis itu, merupakan pekerja yg baru masuk bulan lalu.
Kuberanikan diri utk meminta nomer kontaknya, dan dgn serta merta ia pun memberikan nomernya tsb kepadaku.
Malamnya, kuhubungi ia via pesan di WA. Kukatakan kalau aku mau mengajaknya jalan hari Sabtu nanti.
Kebetulan di hari itu aku mendapatkan undangan dari teman yg menikah pada sore harinya. Dan niatku sekalian utk meminta Nia agar mau menemaniku pergi kesana.
Ternyata ia mau ikut bersamaku nanti. Wow,senang sekali rasanya bisa membawa seorang gadis yg cantik dan cakep seperti Nia ke undangan.
Akhirnya ia pun memberikan alamat rumahnya dan kupastikan aku akan datang menjemputnya di waktu yg sudah ditetapkan.
*****
Sabtu itu hujan turun dgn sangat derasnya dari siang .
Aku melongo melihat situasi. Bisa-bisa aku batal pergi ke undangan teman. Bisa-bisa batal juga mengajak Nia jalan-jalan.
Hujannya masih mengguyur hingga pukul empat sore. Dan mulai mereda ketika hampir pukul lima sore. Kuputuskan untuk pergi menjemput Nia di rumahnya, masalah dia masih mau ikut atau tidak aku tak mau memikirkan.
Yang penting aku mau menemuinya saja dulu.
Gerimis masih menderai ketika kupacu motorku di sore hari itu. Kususuri jalan menuju rumah Nia berdasarkan alamat yg diberikannya padaku kemarin. Sekitar 40 menit perjalanan, aku pun sampai di depan sebuah gang.
Ku gas pelan motor ini memasuki gang tersebut. Jalannya termasuk sempit, dan banyak lubang di mana-mana. Air menggenang cukup banyak dikarenakan hujan tadi. Saat aku masuk kedalamnya, hari memang menjelang gelap.
Gak nyangka juga si Nia tinggal di daerah yg kayak gini, batinku. Kalo melihat berdasarkan penampilannya sih, ia seperti orang yg tinggalnya di sebuah perumahan elit, kata batinku lagi.
Gang ini lengang dan sepi sekali. Dari semenjak aku masuk kedalamnya, tak nampak ada satupun kendaraan atau orang yg melintas. Mungkin dikarenakan hujan juga, membuat orang-orang jadi malas utk keluar rumah.
Dan jalannya juga serasa panjang dan lama. Aku kuatir kalau aku telah melewatkan rumahnya Nia, tapi jika berdasarkan alamatnya, rumahnya tsb masih cukup jauh dari sini.
Kujalankan pelan motorku, karena aku belum mau menyerah utk menemukan kediamannya.
Di depan sana, kulihat ada seseorang yg sedang berjalan di tengah-tengah gerimis yg masih sedang turun ini. Kuhampiri orang tsb, maksuku mau memboncengnya sekalian kalau-kalau ia butuh tumpangan.
Makin ku dekati, makin jelas sosok orang yg sedang berjalan ini.
Ternyata, dia seorang wanita tua. Ditangannya tertenteng sebuah kantung plastik hitam dan di tangan yg lain ia membawa sebuah jerigen berukuran kecil.
Kepalanya tertutup oleh topi caping, mungkin untuk menghindari air hujan. Jalannya pun tertatih-tatih.
Kasihan banget, pikirku. Jam segini masih keliaran di luar rumah, mana hujan lagi.
"Ayo, nek! Biar ku antar! ", kataku sambil menghentikan motor di dekatnya.
Sejenak ia menatapku. Saat ia mengangkat kepalanya, terlihat kalau mata di sebelah kirinya telah rusak. Lalu ia tersenyum.
Dengan cepat, ia naik ke boncengan dibelakangku.
Aneh juga sih, pikirku, nenek setua ini tapi lincah amat gerakannya. Tak mau berpikir yg bukan-bukan, segera saja aku menjalankan motor kembali.
"Dari mana nek,hujan-hujan begini? " ucapku, membuka obrolan.
"Tadi dari warung di depan, beli beras sama minyak tanah. Di sini gak ada warung, jadi harus kedepan gang kalau mau belanja! " , jawab si nenek.
Oh, jadi isi benda yg di tentengnya itu beras sama minyak toh, pikirku.
"Minyak tanah buat apa, nek? " tanyaku, lagi.
"Buat masak nasi! Kalau gak pakai minyak mau masak pakai apa? " jawabnya.
Heran, hari gini tapi masih masak pake minyak tanah aja, pikirku merasa bingung.
"Kenapa nenek pergi belanjanya saat hujan begini nek, anak-anak nenek pada kemana? "
Sesaat ia terdiam sebelum menjawab.
"Anak-anakku jahat semua! "
"Semua tak ada yg peduli denganku. Mau aku sehat, mau aku sakit, tak ada satupun yg mau tahu dengan keadaanku... "
Aku sedikit kaget saat nenek ini mengeluarkan pernyataannya.
"Si Hendi itu, yg paling sering menyakiti ku. Mataku yg sebelah rusak karena dia! ", kata nenek tsb, dgn nada gusar.
Aku diam, tapi masih ingin tahu dgn cerita si nenek yg tiba-tiba saja curhat ini.
"Si Hendi itu siapa nek? " tanyaku padanya.
"Hendi itu anakku! "
Astaga! Nenek ini ternyata korban kekerasan dari anaknya sendiri. Miris sekali aku mendengarnya. Itupun, kalau ceritanya benar. Tapi, mengingat tadi aku sempat melihat matanya yg rusak, aku yakin-
-kalau kejadian yg diceritakannya barusan bisa benar adanya.
Aku hanya bisa diam saja. Tak tahu apa yg harus kukatakan.
Setelah cukup jauh berjalan, si nenek minta diberhentikan di depan sebuah rumah.
"Ini dia rumahku" ucapnya sambil turun dari boncengan.
Bagian depan rumah itu tertutup oleh deretan seng yg terpasang rapat. Sulit buatku untuk melihat jelas area dalam rumah tsb.
Kondisinya juga gelap, mungkin si nenek belum sempat menyalakan lampu penerangan saat pergi belanja tadi.
"Makasih ya atas tumpangannya", kata si nenek sambil tersenyum.
Terharu juga aku melihat nenek ini yg sepertinya dalam keadaan tekanan batin atas kelakuan anak-anaknya.
Ingin rasanya melakukan sesuatu buat orang tua ini, tapi aku sendiri juga bingung apa yg harus kulakukan untuknya.
"Sama-sama, nek" hanya itu saja yg bisa kukatakan.
Ia beranjak ke arah rumahnya, tapi ia berbalik lagi sambil berkata sesuatu kepadaku.
"Jangan kau dekati anak itu, ia bukan perempuan yg pantas untukmu! "
Eh?
Si nenek sudah keburu masuk ke balik pagar seng di depan rumah, sebelum sempat aku bertanya apa maksud ucapannya.
*****
Beberapa menit kemudian, tibalah aku di tempat tujuan, rumah Nia.
Hampir saja, aku melupakan rencana utk membawanya ke undangan, kalau aku tak melihat Nia yg sudah berdandan siap utk pergi.
Mukanya bertekuk. Mungkin marah karena aku lambat datangnya. Aku pun menjelaskan tentang hujan sepanjang siang tadi dan juga pertemuanku dgn seorang nenek barusan.
Ia terlihat heran, "nenek-nenek? Di gang ini perasaan gak ada nenek-nenek ah! " katanya.
Kusebutkan ciri-ciri si nenek yg kujumpai tadi kepada Nia, karena sebagai warga gang ini juga, seharusnya ia kenal dgn sosok beliau. Saat kusinggung mengenai mata si nenek yg rusak, ekspresinya sedikit berubah. Ia jadi agak ketakutan.
"Matanya rusak sebelah? " tanya Nia. "Ia membawa kantong berisi beras dan jerigen minyak tanah? "
Aku mengiyakan, kukatakan bahwa aku juga mengantarkannya sampai ke depan rumahnya.
Astaga!! pekik Nia pelan.
"Sam, sebenarnya yg kau temui itu adalah... nenekku! " ucapnya.
Aku masih mau bertanya, tapi ucapan Nia yg berikutnya benar-benar membuatku merinding.
"Nenek sudah lama meninggal,Sam! Semenjak aku masih sekolah dasar. Beliau meninggal karena tertabrak sebuah truk ketika menyebrang jalan, saat itu nenek memang mau membeli beras dan minyak tanah di warung depan gang! " cerita Nia.
"Rumah tempat kau turunkan dia, dulu kami memang tinggal disitu. Tapi sekarang, rumah itu kosong. Biar tak ada yg masuk, bapakku memagarinya dgn seng supaya aman " , lanjutnya.
Aku terpana. Tak yakin dgn yg kudengar, tapi nyatanya itu benar-benar terjadi.
Nenek yg kujumpai tadi rupanya nenek si Nia, gadis yg kusuka. Tapi neneknya yg kujumpai tadi juga rupanya sudah bukan berupa manusia.
"Tadi, nenek sempat menyebut nama seseorang... ", kataku.
" Siapa? " tanya Nia.
"Seseorang yg suka menyakitinya.. " kataku lagi. Bola mata Nia tampak membesar.
"Si.. siapa? "
"Hendi.. namanya Hendi".
Nia membelalak. Wajahnya memucat.
" Siapa Hendi? " tanyaku padanya.
Kemudian, ia kelihatan mulai marah.
"Hendi itu... bapakku! "
Lagi-lagi aku melongo dgn apa yg kudengar. Nia makin menunjukkan amarahnya, padahal aku sendiri sedang bingung kenapa ia harus semarah itu.
"Nenek sialan! Udah mampus juga kenapa harus kau umbar aib keluarga sendiri!" jeritnya tiba-tiba.
"Pergi kau Sam! Jangan lagi pernah kerumah ini! Jangan lagi kau mendekati ku! Aku tak sudi ada yg tahu rahasia keluarga ini!! " pekiknya sambil mendorongku keluar dari rumahnya.
Sumpah, aku tak mengerti ada apa ini sebenarnya.
Diusir begitu saja seenaknya tanpa tahu alasan yg jelas sedikit membuatku merasa tersinggung. Apalagi dgn sekonyong-konyong Nia membanting pintu rumahnya tepat di depan mukaku.
Ya sudahlah, aku menghidupkan mesin motor utk segera pulang.
Aneh sekali rasanya atas semua peristiwa yg terjadi barusan.
Dengan perhalan kujalankan motor menuju arah luar gang ini. Hari semakin gelap.
Dan hari semakin terasa sangat gelap ketika aku melintasi rumah kosong tempat aku menurunkan si nenek sebelumnya.
Sialnya, si nenek ada di sana. Berdiri persis di depan bagian depan rumah.
Kedua tangannya masih menenteng benda yg sama seperti yg kulihat saat aku memboncengnya.
Ia tertawa terkekeh-kekeh sambil pandangannya tertuju kearahku.
Duh Tuhan, batinku, buruk sekali hari ini nasibku.
Dengan cepat, buru-buru aku memacu motor agar bisa segera keluar dari gang yg horor ini dan berjanji dalam hati untuk takkan pernah memasukinya lagi.
Selesai
Sekian utk malam ini sob.
Makasih banyak atas atensinya bagi yg udah ngikutin ceritanya.
Good night and sleep tight!
*****
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Lily, adikku yang terkecil, baru saja mengucapkan ikrar pernikahannya.
Wajah-wajah bahagia serta sumringah memenuhi seisi ruangan di gereja pada hari itu.
Aku yg turut berada di sana juga ikut merasakan kebahagiaan kedua pasangan pengantin tsb.
Namun di relung kalbuku yg paling dalam, tersirat sedikit pilu kesedihan di sana.
Hai sob!
Malem ini ane akan menuliskan kisah dari seorang kenalan ane,tentang pengalaman mistisnya sewaktu ia bekerja di sebuah gedung bioskop dulu.
Seperti biasa, nama tokoh dan lokasi kejadian akan ane samarkan.
Dan seperti biasanya juga, yuk ramein trit nya dgn rt like dan komen sekalian biar makin seru.
Malem sob!
Cerita yg akan ane bawain ini,ane dapetin dari seorang narasumber yg bernama Ridwan ( nama samaran).
Beliau ini merupakan saksi mata dari sebuah peristiwa yg nanti akan ane tuliskan di bawah ini!
Harap DIPERHATIKAN sebelumnya, jika nantinya akan ada sedikit penyebutan terkait sebuah ritual agama atau suatu kepercayaan tertentu yg ada di negeri ini, tidaklah ane bermaksud utk menyinggung karena yg akan ane tulis ini murni sbgai salah satu dari isi cerita.