Profile picture
Brii.. @hantu_33
, 106 tweets, 15 min read Read on Twitter
Kita lanjut lagi kisah gw di #rumahteteh ya, malam ini tampaknya akan panjang, semoga gak pada ketiduran...😊

Mari mulai..

#memetwit
@InfoMemeTwit
Siang itu, gw tiba di #rumahteteh hampir bersamaan dengan Nando, kebetulan dia baru saja pulang dari luar kota. Tiga hari sebelumnya dia pergi bersama dengan teman satu fakultas untuk melaksanakan tugas dari salah satu mata kuliah.

Kami berbincang di ruang tengah.
Nando bercerita dengan heboh tentang pengalaman yang baru saja dia alami selama tiga hari berada di salah satu desa di jawa tengah bersama dengan teman-teman fakultasnya.
Tugas dari mata kuliah Antropologi itu mewajibkan Nando dan teman-teman untuk melakukan penelitian tentang kehidupan masyarakat yang ada di desa itu, begitulah kira-kira.

Gw cukup senang kalau mendengarkan Nando bercerita, heboh dan bersemangat.
Hingga pada suatu titik, Nando cerita kalau ada satu teman yang bernama Hendro.

Hendro ternyata pernah mengalami kejadian aneh yeng berhubungan dengan rumah teteh.
Dia salah satu dari beberapa teman Nando yang mengikuti kegiatan tugas kampus ke luar kota, karena itulah makanya Hendro bisa bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya kepada Nando.
Hendro memang sudah beberapa kali berkunjung ke #rumahteteh, gw juga mengenalnya walau gak terlalu akrab, karena memang beda jurusan kuliah.

Nah, menurut Nando, dia belum pernah bercerita apapun mengenai teteh kepada Hendro.
Kami penghuni rumah memang sengaja gak pernah bercerita tentang “seru”nya #rumahteteh kepada teman ataupun keluarga, karena kami gak mau mereka menjadi takut dan gak berani datang mengunjungi lagi.
Kecuali kalau beberapa dari mereka memang mengalami sendiri kejadian-kejadian seram di rumah teteh, maka kami dengan terpaksa akan menceritakan dan memberikan penjelasan.

**
Pada suatu hari, Hendro berniat mengunjungi Nando di Rumah teteh.

Sebelum berangkat, Hendro menyempatkan diri dulu untuk menelpon ke #rumahteteh untuk memastikan keberadaan Nando.
Hendro: “Halo, bisa bicara dengan Nando?”
Wanita: “Nando gak ada, sedang keluar sebentar. Ini dengan siapa ya?” (logat sunda)
Hendro: “Ini Hendro.., kebetulan saya mau ke situ. Ini dengan siapa ya?”
Wanita: “Ini Teteh.., mas Hendro ke sini aja, sebentar lagi juga Nandonya pulang”
Percakapanpun selesai.

Saat itu, Hendro masih belum tahu siapa sebenarnya Teteh.
Sebelum Hendro, percakapan via telpon seperti itu sudah beberapa kali dialami oleh teman dari penghuni rumah teteh.

Percakapan yang cukup sederhana dan gak menyeramkan apabila yang mengalaminya belum tahu mengenai Teteh.
Tapi sebaliknya, orang2 yang pernah mengalami percakapan itu pada akhirnya gak ada yang berani lagi menelpon ke rumah, setelah kami elaskan bahwa yang menerima telpon adalah Teteh, penghuni rumah yang sebenarnya,
ada teman yang gak pernah mau datang berkunjung lagi, trauma..

==
Sekitar jam satu siang Hendro tiba di rumah teteh..
Setelah memarkirkan motornya dia berjalan menuju pintu depan.

Menurut Hendro, rumah terlihat kosong, dan memang pada waktu itu rumah dalam keadaan benar-benar kosong.

Hendro tetap berniat datang karena menurut wanita yang menerima telpon tadi, Nando hanya keluar sebentar.
Cukup lama Hendro menunggu di depan pintu setelah dia mengetuknya..
Setelah cukup lama menunggu pintu akhirnya terbuka.

Seorang wanita terlihat tersenyum menyambut Hendro dari balik pintu. Yang pada akhirnya, kami semua termasuk Hendro, dapat memastikan bahwa yang membuka pintu itu adalah Teteh.
Teteh: “Mas Hendro ya?, silahkan masuk mas..”
Hendro: “Iya teh, Nandonya belum pulang ya?”
Teteh: “Belum mas, mungkin sebentar lagi..”

Hendro berjalan memasuki rumah dan langsung menuju kamar Nando yang berada di bagian belakang.

Sementara teteh, langsung naik ke lantai dua.
Hendro pikir, Teteh adalah pembantu baru di rumah itu.

Karena sebelumnya Nando pernah bilang kalau kami sedang mencari pembantu untuk mencuci pakaian dan membereskan rumah,

makanya Hendro gak punya pikiran macam-macam.
Sudah hampir jam tiga sore tapi Nando belum juga datang.

Yang cukup aneh, gak terdengar juga ada penghuni lain yang beraktifitas, Hendro merasa sendirian di dalam rumah sejak dia datang.

Gak terdengar tanda-tanda pergerakan teteh juga, rumah benar-benar dalam keadaan sepi.
Dan tiba saat dimana rasa haus melanda, Hendro berniat mengambil air minum di dapur, yang jaraknya cukup dekat dari kamar Nando.

Melangkah keluar kamar dan memasuki bangunan utama,
Hendro sedikit tersentak kaget, ketika saat akan masuk ke dapur, dia melihat ada perempuan berambut panjang sedang duduk di meja makan.

Itu adalah perempuan yang menerima telpon dan membuka pintu rumah untuknya tadi ketika datang.

Iya, itu Teteh..
Teteh hanya duduk diam di kursi yang ada di sisi meja makan berbahan kaca, duduk menghadap ruang tengah, membelakangi pintu belakang.

Hendro berjalan lewat sisi kanan Teteh.
“Punten Teh, saya mau ambil air minum ya..” Hendro meminta ijin.

Teteh hanya diam, gak bergerak sedikitpun, tatapannya kosong memandang lurus ke depan.

Hendro gak terlalu ambil pusing, dia tetap melanjutkan langkah.
Sesampainya di dapur, dia mengambil gelas, dan mengisinya dengan air dari kulkas,

posisi Hendro membelakangi Teteh.

Selesai mengambil minum Hendro membalikkan badan, berniat berjalan kembali menuju kamar.
Hendro kaget, ketika mendapati Teteh sudah gak ada di tempatnya lagi, menghilang dari meja makan tempatnya duduk waktu Hendro melihatnya pertama kali.

Seketika itu pula bulu kuduk Hendro berdiri, perasaannya gak enak.

“Teteh kemana?” begitu yang ada di benak Hendro.
Dia langsung bergegas dan melangkah menuju kamar Nando, masuk dan langsung menutup pintu serta menguncinya.

Hendro mulai sadar, kalau yang dia lihat itu gak mungkin manusia, karena hanya sepersekian detik beliau langsung menghilang.
Was-was, Hendro mulai memikirkan hal-hal yang menurutnya gak mungkin.

Beberapa saat kemudian dia mendengar sesuatu, seperti ada suara orang berbicara..

Ada perempuan yang berbicara sendirian di meja makan, Hendro yakin itu.
Mencoba memastikan, Hendro mendekat ke pintu, dan mencoba mendengarkan suara perempuan berbicara itu.

“Nando sebentar lagi pulang, tunggu aja sebentar..” tiba-tiba ada suara pelan setengah berbisik terdengar dari balik pintu..
“Iya teh, saya akan tunggu..” gemetar Hendro menjawab, dan langsung mundur beberapa langkah menjauhi pintu.

Hendro langsung mengambil HP nya, dan mencoba menghubungi Nando, berharap HP Nando sudah dalam keadaan aktif.

Aktif..! HP Nando sudah terdengar nada sambung..
“Halo.., ada apa Ndro?” ucap Nando di ujung sana.

“Lo dimana Ndo? Gw di kamar lo nih..” jawab Hendro dengan suara panik.

“Gw di Rumah Rudi, ya sudah tunggu, gw balik sekarang ya..” jawab Nando.

Lega, Hendro langsung menutup telpon.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu lagi, Hendro semakin panik, gak berani membukanya.

“Iya Teh, ada apa?” ucap Hendro sambil menjauh dari pintu,

“Nando sebentar lagi datang ya..” jawab Teteh dengan suara pelan.

Hendro gak menjawab, hanya terdiam di sudut kamar, ketakutan.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu depan ada yang membuka.
Dan terdengar suara ketukan sekali lagi.

“Ndro, buka pintunya Ndro, knapa dikunci..?” terdengar suara Nando dari balik pintu.

Legaaaa, Hendro pun membuka pintu, dan langsung menarik Nando keluar rumah.
“Kita ngobrol di luar yuk Ndo..” ucap Hendro sambil bergegas.

Sesampainya di luar rumah, Nando bertanya kebingungan.

“Lo gimana caranya bisa masuk rumah?, kan rumah kosong gak ada siapa-siapa..”

“Tadi Teteh yang buka pintu Ndo..” Jawab Hendro dengan wajah masih terlihat pucat
Nando hanya tersenyum..

Tapi belum sempat bertanya apa-apa hendro sudah buru-buru pulang. Padahal banyak pertanyaan di benaknya ketika melihat Hendro terlihat pucat setelah "berinteraksi" dengan Teteh.

**
Hingga pada akhirnya mereka berdua bersama-sama mengerjakan tugas kuliah di luar kota.

Selama beberapa hari itu Hendro menceritakan semua kejadian seram yang pernah dia alami di rumah teteh, termasuk kejadian yang paling terakhir.
Nando mendengarkan semuanya, dan kemudian memberikan penjelasan dengan caranya sendiri mengenai teteh dan rumah teteh, semuanya..

“Knapa lo gak cerita dari dulu sih Ndo?” tanya Hendro sedikit kesal,
“Kami gak pernah cerita tentang teteh kepada siapapun juga Ndro, kecuali kepada orang-orang yang merasakan sendiri kejadiannya, kaya lo gitu, hehehe…” jawab Nando.
Setelah merasakan kejadian yang cukup seram itu dan mendapatkan penjelasannya, Hendro jadi sangat jarang datang berkunjung ke rumah teteh, dia sangat menhindari, kecuali kalau benar-benar terpaksa.

**
Menurut cerita nando, Hendro berfikir kalau teteh mungkin punya cerita yang cukup tragis selama hidupnya.

Menurut Hendro juga, mungkin teteh punya hal-hal yang ingin disampaikan kepada kami sebagai penghuni rumah.
“Menurut lo, kira-kira apa yang mau teteh sampaikan Ndro?” tanya Nando.

“Ya mana gw tau, hanya teteh dan Tuhan yang tau” jawab Hendro sambil tersenyum.

“Tapi gw tau satu cara supaya kalian bisa komunikasi dengan Teteh..” sambung Hendro.

“Gimana caranya?” tanya nando penasaran.
Hendro bilang, salah satu caranya adalah dengan menggunakan papan Ouija, kebetulan dia memilikinya di rumah, dan akan meminjamkan jika nando mau dan berani mencoba menggunakannya.
Nando tertarik, dia penasaran, karena itulah sepulangnya dari sana dia mampir ke rumah Hendro untuk meminjamnya.

Itulah salah satu oleh-oleh yang Nando bawa pulang, papan Ouija..

**
Gw sama sekali gak setuju dengan rencana untuk berkomunikasi dengan teteh, menggunakan papan Ouija.

Kami sudah sempat membahasnya bersama-sama, dan sialnya hanya gw yang gak setuju, sementara yang lain setuju, apalagi bang kopral, semangat banget dia.
Mereka bilang, itu dilakukan untuk mengobati rasa penasaran, kira-kira seperti apa hasilnya kalau bisa ngobrol dengan teteh, apa yang akan teteh bilang.

Menurut mereka lagi, mungkin teteh gak akan jadi menyeramkan kalau kami sudah mengenalnya lebih jauh.

Ada-ada aja..
“Oke, terserah kalian, pokoknya gw tetap gak setuju. Apapun rencana kalian dengan papan itu, tolong acaranya dilakukan kalau gw sedang gak ada di rumah..” begitu omongan gw setelah kami baru aja selesai “meeting”.
~Emang knapa sih Brii gak setuju?

Satu, gw takut..

Dua, gw gak mau setelahnya bakal ada masalah, takut nanti tiba-tiba ada yang kesurupan, atau hal jelek lainnya.
Tiga, tau dari mana kalau yang datang nantinya benar-benar teteh? Kalo bukan gimana?

Tapi walaupun begitu, mereka tetap akan melaksanakannya dengan kebulatan tekad, tanpa gw..

Ya sudah..

**
Pada suatu pagi setelahnya, sebelum berangkat kuliah kami berkumpul lagi di meja makan.

Ada perbincangan yang cukup menarik.

“Semalam lo pulang jam berapa Brii..?” tanya Nando membuka percakapan.

“Jam satu-an deh kayanya, knapa emang Ndo?” jawab gw dengan tanya.
“Semalam kami sudah coba menggunakan papan Ouija itu Brii..” timpal Irwan sambil cengengesan.

Jadi ternyata, Nando, Doni, Irwan, dan bang kopral, malam sebelumnya sudah menggunakan papan Ouija untuk mencoba berkomunikasi dengan teteh.

“Trus hasilnya gimana?” tanya gw penasaran.
“Gak terjadi apa-apa Brii, teteh gak datang, gak ada komunikasi apa-apa. Gak tau tuh knapa..” Nando sedikit menjelaskan.
Iya, mereka gagal pada percobaan pertama menggunakan papan itu, gak membuahkan hasil apapun, teteh gak terlihat aktifitasnya, apalagi berkomunikasi.

Agak sedikit lega gw mendengarnya.

“Sudahlah, gak usah dilanjut lagi. Gw takut ada kejadian gak enak nantinya” lanjut gw.
Tapi walaupun begitu, ada sedikit rasa penasaran juga dalam hati gw, knapa teteh kok gak datang. Karna, dengan sifat teteh yang sudah cukup kami kenal, harusnya beliau “datang” kalau kami undang, harusnya begitu.
“Hmmm.., ngomong-ngomong, semalam Memi atau Sisi ada gak di rumah?” tanya gw, masih di meja makan.

“Lengkap, mereka berdua ada di lantai dua, gak ikutan main Ouija. Knapa emang Brii..?” tanya Nando.
“Kalian ini gimana sih, pantesan teteh gak muncul, kaya yang baru kenal teteh aja..” timpal gw.

“Oh iya ya..” jawab mereka kompak.
Begitulah, sepanjang yang kami tau, teteh paling jarang muncul kalau Sisi dan Memi ada di dalam rumah, kami gak tau knapa.

Yang bisa gw hitung ada dua kejadian seram yang melibatkan Teteh, Memi, dan Sisi, kejadian yang sangat menyeramkan.

Nanti kapan2 gw cerita, gak malam ini..
Ya sudah, akhirnya mereka menyadari salah satu sebab kenapa Teteh gak muncul pada malam itu.

Dan mereka langsung merencanakan untuk melakukan percobaan kedua, tentu saja menunggu saat Sisi dan Memi gak ada di rumah.

Menyesal gw memberikan saran..

**
Waktu itu hari sabtu, jam 11 siang gw masih bermalas-malasan di dalam kamar. Kebetulan hari itu hanya ada satu jadwal kuliah jam dua siang.

“Waaahh…, tidur aja lo Brii ah, udah jam sebelas ini..” Tiba-tiba Nando masuk kamar, merusak ketenangan.
Selanjutnya kami merbincang seperti biasanya, hingga pada suatu titik dimana kami membahas tentang teteh.

Menurut Nando, pada hari itu rencananya Memi dan Sisi akan pergi keluar rumah, mereka akan mengunjungi dan bermalam di rumah tantenya yang tinggal di daerah buah batu.
Jadi menurutnya, hari itu adalah hari yang tepat untuk mencoba sekali lagi berkomunikasi dengan teteh dengan menggunakan papan Ouija. Ditambah, malam itu adalah malam minggu, malam dimana teteh sering menunjukkan eksistensinya.

Sekali lagi, gw tetap gak setuju dengan hal ini,
Di tengah-tengah perbincangan, Doni ikut masuk ke dalam kamar.

Ini yang gw heran, Doni yang penakutnya keterlaluan itu juga ikut-ikutan penasaran, dan dia terus memaksa gw untuk ikut serta. Gw tetap bersikukuh, gak mau.
“Pokoknya gw gak mau, kalo kalian tetap mau main tuh papan ya terserah, gw gak mau tanggung jawab kalo ada apa-apa” begitu gw bilang.

Setelah itu gw ambil handuk dan mandi, gw memutuskan untuk berangkat kuliah, dan setelahnya gw mau jalan sama Dian.
Beres mandi, gw lihat sudah ada bang kopral di dalam kamar, klop deh. Kalau sudah ada bang kopral, 99% rencana mereka pasti akan dilaksanakan.

Semakin membulatkan tekad gw untuk keluar rumah.
“Cemen lo Brii ah.., masa gitu aja takut” Bang kopral mengeluarkan kalimat andalannya, kalimat yang sering digunakan untuk merayu gw agar ikutan kegiatan dia yang berhubungan dengan kemistisan.

Bodo amat, kali itu gw tetap pada pendirian, gw cabut..

**
Break dulu bentar ya..
Bikin kopi dulu..
Lanjuut..
Setelah gw pergi, seperti yang mereka bilang, mereka tetap akan melakukan kegiatan itu. Ditambah dengan adanya bang kopral, semakin beranilah mereka.

Gw akan mencoba menceritakan kembali kegiatan mereka ini, setelah mendengarkan cerita dari Nando, Doni, dan bang kopral.
Kira-kira seperti ini ceritanya:

Setelah selesai makan malam, Nando dan Doni berbincang di ruang tengah, tentu saja membicarakan rencana yang akan mereka lakukan beberapa jam lagi, hanya tinggal menunggu kedatangan bang kopral.
Seperti hal-nya gw, Asep dan Irwan sedang ada acara ke luar rumah, begitu juga dengan Sisi dan Memi.

Praktis, malam itu hanya ada mereka berdua yang ada di dalam rumah.
Menurut Nando, seandainya bang kopral gak jadi datang maka rencana akan dibatalkan. Mereka berdua gak berani melakukannya sendiran, hanya bang kopral yang bisa membuat mereka jadi sedikit jadi berani.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika akhirnya tiba-tiba bang kopral menunjukkan batang hidungnya.

Semakin bulat tekad, mereka bertiga sepakat melanjutkan rencana.
Nando sudah menyiapkan semua diperlukan. Kegiatan akan dilakukan di meja berbentuk segi empat di ruang tengah, tepat di depan kamar gw dan kamar teteh.

Salut gw dengan Nando dan Doni yang tiba-tiba jadi pemberani. Kalo bang kopral gak usah ditanya, urat takutnya sudah putus.

**
Sekitar jam sembilan malam kegiatanpun dimulai..

Papan Ouija berbahasa Indonesia sudah tergelar rapih di atas meja, lengkap dengan beberapa pucuk bunga melati, yang menurut mereka adalah bunga kesukaan teteh.
Lampu utama dimatikan, ruangan menjadi gelap, hanya mengandalkan sinar lampu yang berasal dari dapur dan ruang makan.

Mereka bertiga duduk mengelilingi meja.

Sebelumnya Nando sudah menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada teteh, tertulis di atas secarik kertas.
Jadi, papan Ouija memiliki huruf antara “A” sampai “Z”, angka “0” sampai “9”, dan kata “Iya” dan “Tidak”, pada permukaannya.
Nantinya para peserta permainan memegang papan kecil berbentuk bulat yang nantinya digunakan “Arwah” yang datang untuk berkomunikasi, dengan cara menggerakan papan kecil itu menunjuk ke huruf-huruf yang ada dan membentuk kata atau malah kalimat.
Setelah semuanya sudah dinyatakan siap, mereka bertiga mulai malakukan prosesi..

Ketiganya memegang papan kecil yang ada di atas papan yang besar, menunggu sampai benda itu bergerak ke arah huruf atau angka yang “Dia” mau.
Sudah hampir pukul 10 malam, tapi suasana sudah sangat sepi dan mulai mencekam..

“Teteh ada lagi di rumah ini gak..?” bang kopral membuka pertanyaan,
Gak ada pergerakan apapun, papan kecil hanya diam pada tempatnya.

Mereka bertiga hanya bisa terdiam menunggu, dengan rasa takut yang sudah mulai muncul di benak masing-masing.
“Teh..? ada di sini bareng kita gak?” sekali lagi bang kopral bersuara, sementara nando dan Doni hanya terdiam dan sudah mulai menunjukkan wajah ketakutan.

Suasana semakin mencekam, ketika tiba-tiba ada angin berhembus yang berasal dari bagian belakang rumah..
Nando dan Doni mulai terlihat panik, sementara bang kopral malah tersenyum kecil..

Kemudian papan kecil yang mereka pegang bersama itu mulai bergerak perlahan, menurut mereka papan bergerak sendiri tanpa ada yang mengarahkan, ke arah pojok kiri atas papan yang ada tulisan “Iya”.
Dan benar, papan berhenti di kata “Iya”..

Nando dan Doni mulai berfikir untuk menghentikan permainan, mereka ketakutan..

“Tenang, ini baru sebentar, jangan takut..” bang kopral coba menguatkan mereka berdua.

Kemudian memindahkan papan kecil kembali ke titik awal papan utama.
“Teteh sendirian?” tanya bang kopral lagi.

Papan kecil kembali bergerak perlahan, dan berhenti di kata “Iya”..

Tangan Nando dan Doni mulai gemetar..

Sementara bang kopral tetap ingin melanjutkan permainan, dan mulai akan mengajukan pertanyaan berikutnya.
“Teteh mau gak kalo kami ajak ngobrol sebentar?”

Papan bergerak perlahan ke kata “Iya”..

Tiba-tiba Doni berdiri, “Gw gak kuat, gw takut ah, gw udahan ya..” dan dia langsung pergi ke kamarnya, gak memperdulikan reaksi dari Nando dan bang kopral.
“Lanjut ya Ndo..” rayu bang kopral ke Nando,

“Lanjut bang..” Jawab Nando, walau terlihat sedikit ragu,

Kemudian bang kopral mengeluarkan pertanyaan lagi, yang akan menjadi pertanyaan terakhir malam itu..
“Teh, lanjut gak Teh?” Tanya bang kopral dengan sedikit bercanda.

Papan kecil bergerak, kali ini bergerak cepat, tapi menuju ke kata “Tidak”..

Teteh menyiratkan kalau kegiatan itu harus dihentikan, entah kenapa.
Bang Kopral dan Nando terdiam, kedua tangan masih di atas papan.
“Bang udahan yuk, ngeri nih..” Nando yang sudah semakin ketakutan, mengajak Bang kopral untuk menghentikan permainan.

“Sebentar lagi Ndo, tanggung” jawab bang kopral.

“Teteh marah ya?” kembali bang kopral melontarkan pertanyaan,

Papan kecil bergerak ke kata “Iya” dengan cepat.
Nando langsung mengangkat tangannya dari atas papan, mundur menjauh dari meja. Bang kopral juga mengikuti, kali ini wajahnya sudah terlihat sedikit ketakutan.

Tiba-tiba, “BRAAAKK..!!, terdengar pintu kamar mandi, yang ada di sebelah kiri mereka, ada yang membanting dengan keras.
Mereka kaget, dan mengarahkan pandangan ke kamar mandi, gak terlihat apa-apa..

😖
Kemudian terdengar sayup-sayup suara cekikikan perempuan dari dalam kamar kosong sebelah kamar gw, kami menyebutnya sebagai kamar teteh.

Dan terdengar lagi suara keras, kali ini terdengar dari dalam kamar, “BRAAAKK..!!!” seperti suara pintu lemari dibanting.
Setelah itu sambung menyambung muncul suara beberapa benda dibanting, benda-benda yang ada di dalam kamar teteh.

Teteh terdengar sedang mengamuk, dan menurut Nando, baru kali itu dia melihat wajah bang kopral terlihat ketakutan.
“Teh, jangan marah teh, kami minta maaf, kami berhenti ya, gak main Ouija lagi..” bang kopral berbicara ke arah kamar.

Tiba-tiba suasana menjadi hening seketika, gak ada suara-suara benda dibanting lagi.
“Bang, kita ke kamar Doni yuk, kumpul di situ aja..” Ajak Nando dengan suara ketakutan.

“Lo aja deh, gw pulang aja..” jawab bang kopral, masih terlihat ketakutan.

Setelah itu, Nando langsung ke kamar Doni, sementara Bang kopral pulang ke rumahnya.

Selesai? Ternyata belum..

**
Nando dan Doni sangat penakut, mereka menjadi semakin ketakutan ketika menyadari bahwa hanya tinggal mereka berdua yang ada di dalam rumah, setelah bang kopral pulang.

Ditambah suasana yang masih mencekam, setelah kejadian papan Ouija tadi.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat, ketika dari dalam mereka mendengar suara tawa teteh di lorong depan kamar.

Suaranya terdengar jelas, tertawa cekikikan. Pintu dalam keadaan terkunci, mereka berharap dan berdoa semoga Teteh tetap “beraktifitas” di luar kamar..
Tiba-tiba suara tertawa cekikikan teteh berhenti, tapi beberapa saat kemudian bertubah menjadi suara tangisan, tangisan yang teramat sedih. Masih terdengar sayup, tapi cukup jelas..

Nando dan Doni semakin ketakutan, tapi tetap saja gak berani berbuat apa-apa.
Beberapa saat kemudian suara tangis/tawa teteh berhenti.

Gak lama, pintu samping rumah, yang letaknya di depan kamar Asep, seperti ada yang membuka.

“Asep pulang..” bisik Doni pelan,

Tetap saja, mereka berdua belum berani membuka pintu kamar untuk memastikan.
Setelah itu, pintu kamar Asep terdengar terbuka. Mereka berfikir, kemungkinan besar itu benar-benar Asep yang pulang.

Belum, mereka berdua belum juga berani membuka pintu kamar, memilih membiarkan Asep tetap di kamarnya. Kalau itu benar Asep..
Selama beberapa menit suasana hening dan sepi, gak terdengar suara apapun.

Tiba-tiba HP Doni berdering, dan dia langsung mengangkatnya..

“Lo lagi dimana Don?” Suara Asep di ujung telpon,
“Gw di kamar..” Jawab Doni, kamar Asep dan Doni bersebelahan..

“Gw ke kamar lo ya sekarang..” Asep langsung mengakhiri pembicaraan.

**
Setelah sudah berada di kamar Doni, Asep bilang dia melihat teteh di ruang tengah.

Sebelum masuk rumah, Asep menyempatkan mengintip ke dalam, karena mendengar ada suara tawa perampuan yang terdengar dari dalam. Makanya setelah itu dia memutuskan untuk masuk dari pintu samping.
Bertiga mereka kumpul di kamar Doni. Ketiganya ketakutan, karena setelah itu suara tawa dan tangis teteh kembali terdengar, dan sesekali menghilang, kemudian muncul kembali, begitu seterusnya.
Sampai ketika sekitar jam 12 malam, gw tiba-tiba masuk juga ke kamar doni..

Sebelumnya, gw juga mengalami hal yang menakutkan di dalam rumah..

kemudian kami memutuskan untuk tidur di kamar Doni, gak berani keluar kamar sampai pagi menjelang.
Sekian episode #rumahteteh malam ini, kapan-kapan kita lanjut lagi ya..

Terimakasih banyak buat yang sudah menyempatkan membaca..☺️

Sampai jumpa lagi di #memetwit gw yang lain,

Met bobo, semoga mimpi indah..

Salam
~Brii~
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Brii..
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!