Mari mulai..
#memetwit
@InfoMemeTwit
Kami berbincang di ruang tengah.
Gw cukup senang kalau mendengarkan Nando bercerita, heboh dan bersemangat.
Hendro ternyata pernah mengalami kejadian aneh yeng berhubungan dengan rumah teteh.
Nah, menurut Nando, dia belum pernah bercerita apapun mengenai teteh kepada Hendro.
**
Sebelum berangkat, Hendro menyempatkan diri dulu untuk menelpon ke #rumahteteh untuk memastikan keberadaan Nando.
Wanita: “Nando gak ada, sedang keluar sebentar. Ini dengan siapa ya?” (logat sunda)
Hendro: “Ini Hendro.., kebetulan saya mau ke situ. Ini dengan siapa ya?”
Wanita: “Ini Teteh.., mas Hendro ke sini aja, sebentar lagi juga Nandonya pulang”
Saat itu, Hendro masih belum tahu siapa sebenarnya Teteh.
Percakapan yang cukup sederhana dan gak menyeramkan apabila yang mengalaminya belum tahu mengenai Teteh.
ada teman yang gak pernah mau datang berkunjung lagi, trauma..
==
Menurut Hendro, rumah terlihat kosong, dan memang pada waktu itu rumah dalam keadaan benar-benar kosong.
Hendro tetap berniat datang karena menurut wanita yang menerima telpon tadi, Nando hanya keluar sebentar.
Seorang wanita terlihat tersenyum menyambut Hendro dari balik pintu. Yang pada akhirnya, kami semua termasuk Hendro, dapat memastikan bahwa yang membuka pintu itu adalah Teteh.
Hendro: “Iya teh, Nandonya belum pulang ya?”
Teteh: “Belum mas, mungkin sebentar lagi..”
Hendro berjalan memasuki rumah dan langsung menuju kamar Nando yang berada di bagian belakang.
Sementara teteh, langsung naik ke lantai dua.
Karena sebelumnya Nando pernah bilang kalau kami sedang mencari pembantu untuk mencuci pakaian dan membereskan rumah,
makanya Hendro gak punya pikiran macam-macam.
Yang cukup aneh, gak terdengar juga ada penghuni lain yang beraktifitas, Hendro merasa sendirian di dalam rumah sejak dia datang.
Gak terdengar tanda-tanda pergerakan teteh juga, rumah benar-benar dalam keadaan sepi.
Melangkah keluar kamar dan memasuki bangunan utama,
Itu adalah perempuan yang menerima telpon dan membuka pintu rumah untuknya tadi ketika datang.
Iya, itu Teteh..
Hendro berjalan lewat sisi kanan Teteh.
Teteh hanya diam, gak bergerak sedikitpun, tatapannya kosong memandang lurus ke depan.
Hendro gak terlalu ambil pusing, dia tetap melanjutkan langkah.
posisi Hendro membelakangi Teteh.
Selesai mengambil minum Hendro membalikkan badan, berniat berjalan kembali menuju kamar.
Seketika itu pula bulu kuduk Hendro berdiri, perasaannya gak enak.
“Teteh kemana?” begitu yang ada di benak Hendro.
Hendro mulai sadar, kalau yang dia lihat itu gak mungkin manusia, karena hanya sepersekian detik beliau langsung menghilang.
Beberapa saat kemudian dia mendengar sesuatu, seperti ada suara orang berbicara..
Ada perempuan yang berbicara sendirian di meja makan, Hendro yakin itu.
“Nando sebentar lagi pulang, tunggu aja sebentar..” tiba-tiba ada suara pelan setengah berbisik terdengar dari balik pintu..
Hendro langsung mengambil HP nya, dan mencoba menghubungi Nando, berharap HP Nando sudah dalam keadaan aktif.
Aktif..! HP Nando sudah terdengar nada sambung..
“Lo dimana Ndo? Gw di kamar lo nih..” jawab Hendro dengan suara panik.
“Gw di Rumah Rudi, ya sudah tunggu, gw balik sekarang ya..” jawab Nando.
Lega, Hendro langsung menutup telpon.
“Iya Teh, ada apa?” ucap Hendro sambil menjauh dari pintu,
“Nando sebentar lagi datang ya..” jawab Teteh dengan suara pelan.
Hendro gak menjawab, hanya terdiam di sudut kamar, ketakutan.
Dan terdengar suara ketukan sekali lagi.
“Ndro, buka pintunya Ndro, knapa dikunci..?” terdengar suara Nando dari balik pintu.
Legaaaa, Hendro pun membuka pintu, dan langsung menarik Nando keluar rumah.
Sesampainya di luar rumah, Nando bertanya kebingungan.
“Lo gimana caranya bisa masuk rumah?, kan rumah kosong gak ada siapa-siapa..”
“Tadi Teteh yang buka pintu Ndo..” Jawab Hendro dengan wajah masih terlihat pucat
Tapi belum sempat bertanya apa-apa hendro sudah buru-buru pulang. Padahal banyak pertanyaan di benaknya ketika melihat Hendro terlihat pucat setelah "berinteraksi" dengan Teteh.
**
Selama beberapa hari itu Hendro menceritakan semua kejadian seram yang pernah dia alami di rumah teteh, termasuk kejadian yang paling terakhir.
“Knapa lo gak cerita dari dulu sih Ndo?” tanya Hendro sedikit kesal,
**
Menurut Hendro juga, mungkin teteh punya hal-hal yang ingin disampaikan kepada kami sebagai penghuni rumah.
“Ya mana gw tau, hanya teteh dan Tuhan yang tau” jawab Hendro sambil tersenyum.
“Tapi gw tau satu cara supaya kalian bisa komunikasi dengan Teteh..” sambung Hendro.
“Gimana caranya?” tanya nando penasaran.
Itulah salah satu oleh-oleh yang Nando bawa pulang, papan Ouija..
**
Kami sudah sempat membahasnya bersama-sama, dan sialnya hanya gw yang gak setuju, sementara yang lain setuju, apalagi bang kopral, semangat banget dia.
Menurut mereka lagi, mungkin teteh gak akan jadi menyeramkan kalau kami sudah mengenalnya lebih jauh.
Ada-ada aja..
Satu, gw takut..
Dua, gw gak mau setelahnya bakal ada masalah, takut nanti tiba-tiba ada yang kesurupan, atau hal jelek lainnya.
Tapi walaupun begitu, mereka tetap akan melaksanakannya dengan kebulatan tekad, tanpa gw..
Ya sudah..
**
Ada perbincangan yang cukup menarik.
“Semalam lo pulang jam berapa Brii..?” tanya Nando membuka percakapan.
“Jam satu-an deh kayanya, knapa emang Ndo?” jawab gw dengan tanya.
Jadi ternyata, Nando, Doni, Irwan, dan bang kopral, malam sebelumnya sudah menggunakan papan Ouija untuk mencoba berkomunikasi dengan teteh.
“Trus hasilnya gimana?” tanya gw penasaran.
Agak sedikit lega gw mendengarnya.
“Sudahlah, gak usah dilanjut lagi. Gw takut ada kejadian gak enak nantinya” lanjut gw.
“Lengkap, mereka berdua ada di lantai dua, gak ikutan main Ouija. Knapa emang Brii..?” tanya Nando.
“Oh iya ya..” jawab mereka kompak.
Yang bisa gw hitung ada dua kejadian seram yang melibatkan Teteh, Memi, dan Sisi, kejadian yang sangat menyeramkan.
Nanti kapan2 gw cerita, gak malam ini..
Dan mereka langsung merencanakan untuk melakukan percobaan kedua, tentu saja menunggu saat Sisi dan Memi gak ada di rumah.
Menyesal gw memberikan saran..
**
“Waaahh…, tidur aja lo Brii ah, udah jam sebelas ini..” Tiba-tiba Nando masuk kamar, merusak ketenangan.
Menurut Nando, pada hari itu rencananya Memi dan Sisi akan pergi keluar rumah, mereka akan mengunjungi dan bermalam di rumah tantenya yang tinggal di daerah buah batu.
Sekali lagi, gw tetap gak setuju dengan hal ini,
Ini yang gw heran, Doni yang penakutnya keterlaluan itu juga ikut-ikutan penasaran, dan dia terus memaksa gw untuk ikut serta. Gw tetap bersikukuh, gak mau.
Setelah itu gw ambil handuk dan mandi, gw memutuskan untuk berangkat kuliah, dan setelahnya gw mau jalan sama Dian.
Semakin membulatkan tekad gw untuk keluar rumah.
Bodo amat, kali itu gw tetap pada pendirian, gw cabut..
**
Bikin kopi dulu..
Gw akan mencoba menceritakan kembali kegiatan mereka ini, setelah mendengarkan cerita dari Nando, Doni, dan bang kopral.
Setelah selesai makan malam, Nando dan Doni berbincang di ruang tengah, tentu saja membicarakan rencana yang akan mereka lakukan beberapa jam lagi, hanya tinggal menunggu kedatangan bang kopral.
Praktis, malam itu hanya ada mereka berdua yang ada di dalam rumah.
Semakin bulat tekad, mereka bertiga sepakat melanjutkan rencana.
Salut gw dengan Nando dan Doni yang tiba-tiba jadi pemberani. Kalo bang kopral gak usah ditanya, urat takutnya sudah putus.
**
Papan Ouija berbahasa Indonesia sudah tergelar rapih di atas meja, lengkap dengan beberapa pucuk bunga melati, yang menurut mereka adalah bunga kesukaan teteh.
Mereka bertiga duduk mengelilingi meja.
Sebelumnya Nando sudah menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada teteh, tertulis di atas secarik kertas.
Ketiganya memegang papan kecil yang ada di atas papan yang besar, menunggu sampai benda itu bergerak ke arah huruf atau angka yang “Dia” mau.
“Teteh ada lagi di rumah ini gak..?” bang kopral membuka pertanyaan,
Mereka bertiga hanya bisa terdiam menunggu, dengan rasa takut yang sudah mulai muncul di benak masing-masing.
Suasana semakin mencekam, ketika tiba-tiba ada angin berhembus yang berasal dari bagian belakang rumah..
Kemudian papan kecil yang mereka pegang bersama itu mulai bergerak perlahan, menurut mereka papan bergerak sendiri tanpa ada yang mengarahkan, ke arah pojok kiri atas papan yang ada tulisan “Iya”.
Nando dan Doni mulai berfikir untuk menghentikan permainan, mereka ketakutan..
“Tenang, ini baru sebentar, jangan takut..” bang kopral coba menguatkan mereka berdua.
Kemudian memindahkan papan kecil kembali ke titik awal papan utama.
Papan kecil kembali bergerak perlahan, dan berhenti di kata “Iya”..
Tangan Nando dan Doni mulai gemetar..
Sementara bang kopral tetap ingin melanjutkan permainan, dan mulai akan mengajukan pertanyaan berikutnya.
Papan bergerak perlahan ke kata “Iya”..
Tiba-tiba Doni berdiri, “Gw gak kuat, gw takut ah, gw udahan ya..” dan dia langsung pergi ke kamarnya, gak memperdulikan reaksi dari Nando dan bang kopral.
“Lanjut bang..” Jawab Nando, walau terlihat sedikit ragu,
Kemudian bang kopral mengeluarkan pertanyaan lagi, yang akan menjadi pertanyaan terakhir malam itu..
Papan kecil bergerak, kali ini bergerak cepat, tapi menuju ke kata “Tidak”..
Teteh menyiratkan kalau kegiatan itu harus dihentikan, entah kenapa.
Bang Kopral dan Nando terdiam, kedua tangan masih di atas papan.
“Sebentar lagi Ndo, tanggung” jawab bang kopral.
“Teteh marah ya?” kembali bang kopral melontarkan pertanyaan,
Papan kecil bergerak ke kata “Iya” dengan cepat.
Tiba-tiba, “BRAAAKK..!!, terdengar pintu kamar mandi, yang ada di sebelah kiri mereka, ada yang membanting dengan keras.
😖
Dan terdengar lagi suara keras, kali ini terdengar dari dalam kamar, “BRAAAKK..!!!” seperti suara pintu lemari dibanting.
Teteh terdengar sedang mengamuk, dan menurut Nando, baru kali itu dia melihat wajah bang kopral terlihat ketakutan.
Tiba-tiba suasana menjadi hening seketika, gak ada suara-suara benda dibanting lagi.
“Lo aja deh, gw pulang aja..” jawab bang kopral, masih terlihat ketakutan.
Setelah itu, Nando langsung ke kamar Doni, sementara Bang kopral pulang ke rumahnya.
Selesai? Ternyata belum..
**
Ditambah suasana yang masih mencekam, setelah kejadian papan Ouija tadi.
Suaranya terdengar jelas, tertawa cekikikan. Pintu dalam keadaan terkunci, mereka berharap dan berdoa semoga Teteh tetap “beraktifitas” di luar kamar..
Nando dan Doni semakin ketakutan, tapi tetap saja gak berani berbuat apa-apa.
Gak lama, pintu samping rumah, yang letaknya di depan kamar Asep, seperti ada yang membuka.
“Asep pulang..” bisik Doni pelan,
Tetap saja, mereka berdua belum berani membuka pintu kamar untuk memastikan.
Belum, mereka berdua belum juga berani membuka pintu kamar, memilih membiarkan Asep tetap di kamarnya. Kalau itu benar Asep..
Tiba-tiba HP Doni berdering, dan dia langsung mengangkatnya..
“Lo lagi dimana Don?” Suara Asep di ujung telpon,
“Gw ke kamar lo ya sekarang..” Asep langsung mengakhiri pembicaraan.
**
Sebelum masuk rumah, Asep menyempatkan mengintip ke dalam, karena mendengar ada suara tawa perampuan yang terdengar dari dalam. Makanya setelah itu dia memutuskan untuk masuk dari pintu samping.
Sebelumnya, gw juga mengalami hal yang menakutkan di dalam rumah..
Terimakasih banyak buat yang sudah menyempatkan membaca..☺️
Sampai jumpa lagi di #memetwit gw yang lain,
Met bobo, semoga mimpi indah..
Salam
~Brii~