Thread by @picoez

Sambat yang dibungkus syukur itu berbahaya sangat.
Tampaknya syukur tapi asline sambat.

Akan terlihat sebagai syukur karena apa yang sesungguhnya tidaklah tampak.

Kalo terus diulang², maka label syukurers akan melekat, bukan sambaters, tapi aslinya ya sambaters itu ... Nobody knows, No woman no cry, crying in the rain ....

Banyak yang terjadi di sekitar kita saat ini ya begitulah adanya.

Kita meyakini itu baik, tapi tak kelihatan maksud pendesainnya.

Identifikasi pohon dlm satu hamparan, misalnya ... Ketemulah bahwa ada kelengkeng sekian batang, jambu, duren, alpukat, dll, dll .. ternyata yang terbanyak adalah jambu, trus alpukat, duren, dst.

Mulailah muncul kelompok², lalu muncul term mayor dan minor

Mulai dimainkanlah strategi pendesainnya. Jambu dibuat jumawa, disentil agar menekan pohon² lainnya ... sebaliknya, pohon lain dimainkan isu sensitifnya ... Pohon² itu berantem. Ambruk semua. Lupa kalo mereka sama² tanaman buah²an.

Pendesainnya datang ke lahan. Melihat pohon sudah ambruk semua.
Didatangkan excavator, lahan dibersihkan, dibangun Mall ...

Pohon di mana? Dibuang atau ditimbun di dalam tanah. Paling pool yang agak bermanfaat ya dijual jadi kayu bakar atau papan

See ... jadi ini semua bukan tentang copras-capres, tapi bagaimana sekumpulan pohon² di dalam satu hamparan sebagai bangsa pohon²an dalam menghadapi apa yang di luar sana dan bermaksud menghancurkanmu sebagai bangsa pohon buah²an.

Coba sedikit luaskan pandangan. Lihat sejarah. Tak sedikit bangsa² yang sejahtera dan mapan diremukkan.

Atau sedikit ke belakang.
Pasca KAA 1955.
Kapan kejatuhan U Nu? 1962.
JFK ditembak 1963 kalo gak salah, Nehru Wafat 1964, Bung Karno Lengser 1965

Kebetulan?

Monggo yang ahli² coba ditelaah kembali.
Beningkan akal dan pikiran.

Aku sih bukan ahlinya. Cuma bisa merasa ada sesuatu yang tak biasa.

Kenapa? Krn kumerasa bangsa ini bangsa yang besar.
Kalo sampai bangsa ini terbangun dan menjadi raksasa dunia, banyak yg kuatir di luar sana