Bagi kami menikah hanyalah legalisasi hubungan saja.
Foto pre-wed juga yang simple saja di studio sama temen sendiri @jeynelson. Yang penting ada foto.
Kita sengaja nikah hemat karena budgetnya dialihkan buat jalan-jalan ke London dan Iceland. Abis family dinner besok malemnya kita berangkat.
Sejak hari itu banyak banget saudara, teman, dan followers, chat/dm saya nanya ttg hal ini.
"Saya dan pasangan mau nikah sederhana kayak Ko Kei, tapi orang tua maunya resepsi besar, gimana ya caranya meyakinkan orang tua?"
Ini masalah klasik di Indonesia: pernikahan bukan cuma urusan kamu dan pasangan, tapi keluarga besar.
Banyak orang ingin nikah sederhana, tanpa formalitas, tanpa resepsi, tapi kepentok keluarga.
1. Keluarga & adat
2. Ritual agama
3. Pesta resepsi
4. Administrasi negara
5. Hubungan (kamu dan pasangan)
Makanya pasangan kalau mau nikah pasti berantem. Stress!
1. Keluarga: harus direstui orang tua, yang mana restu ortu kadang tergantung restu kakek/nenek/keluarga besar.
Ortu kamu manya A, ortu si doi maunya B. Nah loh, nurutin yang mana? Ujung-ujungnya kamu sama pasangan yang berantem.
Kalau kamu dan pasangan yang keluar uang, harusnya kalian yg berhak nentuin semua dong? Tapi kan nggak, kedaulatan ada di tangan ortu.
Bukan karena ortu, bukan karena agama, dan jelas bukan karena negara. Inti dari sebuah pernikahan adalah kamu dan pasangan, hal-hal lain di luar itu cuma formalitas dan pelengkap saja.
Makanya kita mengeliminasi sebanyak mungkin faktor formalitas yang menurut kita gak penting dan bikin ribet, dan menyisakan hanya hal-hal yang penting saja.
Papa saya awalnya gak setuju nikah tanpa resepsi, karena dia gak enak sama saudara-saudaranya. Terutama para sesepuh yang tua-tua.
Jadi yaudah, supaya gak pusing dan supaya adil, semua gak ada yang diundang. Beneran gak ada resepsi.
Papa saya hepi gak malu sama saudaranya, para sesepuh hepi dapet bingkisan bagus, saya juga hepi gak jadi pake resepsi. Win win solution.
Saya samperin mereka bilang mau minta doa restu, sorry gak adain pesta karena mau kawin tamasya. Di luar dugaan, semua pada gak masalah tuh. Malah saya dikasih angpau 😂
1. Pasangan yang sevisi. Ini jelas yang paling penting, kalau kamunya mau nikah simple tapi pasangan kamu gak mau, ya jadi gak bisa.
Kalau hub kamu serius ke arah pernikahan, kamu harus sudah diskusi masalah ini jauh-jauh hari sebelumnya.
Kamu bisa coba kompromi. Ya kayak di atas tadi, tetap resepsi tapi kecil saja. Misalnya, saudara dekat saja maksimal 100 undangan.
Ada beberapa orang yang saya kasih saran begini, dan ternyata berhasil.
Nanya ke saya juga percuma, karena saya gak punya kekuatan untuk mengubah hati orang tua yang keras dan egois.
Kalau kamu gak berani ya jangan. Tapi kalau kamu berani ya silakan. Saya gak tanggung jawab 😅
Jalur manapun yang kalian tempuh, yang terpenting tetap jaga keintiman dan kekompakkan. Jangan sampai stressnya persiapan nikah bikin kalian jadi kehilangan cinta.
sering-seringlah ngomong ke mereka kalo kamu mau nikah tanpa resepsi, dari jauh-jauh hari sebelum kamu mau nikah beneran, bahkan dari sejak kamu jomblo.
"Aku kalo merid mah gak mau pesta ah, maunya yang simple aja kayak orang bule di film-film tuh, cuma di gereja aja udah."
"Tuh mam, yang kayak gitu meridnya. Sederhana banget, romantis kan? Aku ntar mau merid yang kayak gitu tuh."
Istilahnya kayak tanah yang tadinya keras tapi karena sering saya pacul, tanahnya jadi lunak.
Sebaliknya, kalau gak akrab ya mau negosiasi apapun juga pasti sulit, karena ada tembok penghalang di antara kalian.