Selamat pagi! Melanjutkan utas sebelumnya mengenai peran guru secara umum, kali ini kami hendak melanjutkan kewajiban para guru dalam perannya mendidikan para murid. Apabila Anda melewati utas sebelumnya, silakan klik twit di bawah ini. »
Kita seringkali mendengar para orang tua mengatakan bahwa anak-anak itu diibaratkan sebagai secarik kertas putih. Orang tua bebas "menulis" apapun di atasnya, yang selanjutnya akan membentuk karakter anak yang "kertasnya ditulisi" itu. »
Dt. R. B. mengatakan bahwa otak seorang anak itu seperti "sehelai kertas putih yang seputih-putihnya, putih belum ada celanya"; apapun yang diukir/ditulis/digambar akan membekas dengan jelas. Seperti itulah perumpamaan yang dapat diberikan. » 
Dalam peran sebagai pendidik, guru berkewajiban menjaga kertas itu agar tidak kotor dan tulisan yang diukir di atas kertas tersebut dapat dibaca dengan elok. Bagaimana dapat dikatakan dengan "menjaga kertas" itu? »
Menurutnya, guru harus membimbing perasaan dan batin para muridnya agar tidak rusak. Cara mendidik ada banyak tugas yang perlu diperhatikan: (1) mendidik agar para murid jangan sampai berdosa, (2) mendidik mencintai kebersihan pakaian dan badannya, »
(3) mendidik bagaimana membersihkan badannya, (4) mendidik agar mereka bergaul dengan teman yang baik, (5) mendidik agar tidak bertaruh dan berjudi, dan (6) mendidik agar beragama. Tentunya tugas-tugas tersebut mudah dilakukan jika sang guru sudah bersifat dengan 6 sifat itu. »
Simak kelanjutan wejangan tentang bagaimana mendidik murid di halaman 3 Majalah Aboean Goeroe-Goeroe edisi Mei 1927 yang dapat diakses di commons.wikimedia.org/w/index.php?ti…
Majalah Aboean Goeroe-Goeroe tersedia di @WikiCommons berkat kerja sama antara @wikimediaid dan PDIKM.
Majalah Aboean Goeroe-Goeroe tersedia di @WikiCommons berkat kerja sama antara @wikimediaid dan PDIKM.
