Nama-nama akan aku samarkan. Menjaga privasi. Tentunya agar tidak terlalu mengingatkan akan kejadian kelam yang pernah saya dan keluarga saya alami.
Ini dimulai dari kepindahan ayahku, yang dipindah tugaskan di daerah S (ini diluar pulau jawa, tepatnya di 1 daerah di provinsi sulawesi selatan)
Kami pindahan dari Sulawesi Utara. Tempat dimana aku dan adikku dilahirkan. Kami pindah ke SulSel tahun 2007.
Saat pindah sebenarnya kami tidak langsung tinggal di asrama
Mungkin karena ayahku berfikir akan lebih mudah jika kami pindah saja ke asrama, disamping itu biaya yang keluar juga akan sedikit berkurang. Maka setelah 1 tahunan kamipun dipindah ke asrama yg ada di 1 daerah, sebut saja S.
Ayah dan Ibuku segera mengakrabkan diri dengan tetangga.
Hal aneh mulai terjadi setelah setengah tahun kami tinggal disitu.
Sebelumnya, mungkin kalian menganggap wajar saja jika ada tetangga yang memberi makanan ke tetangganya.
Apalagi, hitungannya keluargaku masih baru disitu. Ibuku tidak memiliki pikiran jelek. Maka , dengan senang hati ibu menerimanya.
Seperti beberapa kali ada penampakan di dalam rumah, suara-suara dari belakang rumah. Sekedar info, belakang rumahku ada kebun pisang kecil
Ibuku mulai sering mengeluh sakit jika hari beranjak petang. Padahal, sebelumnya beliau baik-baik saja. Aku dan adikku bergantian masuk rumah sakit. Ibarat, keluarga kami satu persatu sakit hingga harus dirawat inap.
Ia lalu dibawa ke Makassar. Dirawat di salah 1 rumah sakit besar disana.
Saat diperiksa, ibuku tidak memiliki sakit apapun. Cek darah, cek lab, semuanya normal. Pada, akhirnya suami tanteku om Neno menyarankan agar ibuku dibawa ke orang pintar.
Karena, om Neno yang juga berprofesi sebagai Polisi ia memiliki banyak kenalan didaerah Makassar. Ibuku dengan mudah mendapatkan bantuan. Dan, Alhamdulillah saat itu ibu masih bisa tertolong
Ibupun akhirnya pulang ke Sulut bersama adikku. Dan aku tinggal dengan ayahku di asrama.
Ada beberapa kejadian aneh menurutku selama tinggal berdua dengan ayah. Aku sering, mendapati sosok yang menyerupai ibuku. Ia hanya membelakangiku. Ia tidak, menampakkan diri secara jelas.
Tahun 2010, adalah tahun yang sibuk untukku. Karena, aku harus UAS. Ibuku ingin menemaniku dia memaksa ingin pulang. Sebelumnya, sudah banyak yang mengingatkan. Jika seseorang 2 kali terkena...
tapi, ibuku memaksa. Ia ingin menemani anaknya. Akhirnya iapun pulang ke asrama. Dan, benar saja. Ibuku yang awalnya sehat kondisinya kembali memburuk. Dan lebih parah. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Dan aku? Karena aku tidak bisa ikut, akhirnya aku ditinggalkan sendirian disana. Ayah dan ibuku menitipkanku ditetangga. Sesekali aku mengajak temanku utk menginap dirumahku.
Hal aneh mulai datang lagi.
Tapi, aku tau ada yang aneh. Saat mereka menawarkan makanan.
Pernah juga, ada 1 kejadian. Dimana aku yang baru pulang dari sekolah mendengarkan perbincangan pak Mahdi dan istrinya.
Kala itu tetanggaku baru saja melahirkan. Aku, ikut menjaga bayinya karena aku mmg tidak ada kegiatan
"Loh tante Ninis, bayinya siapa yang meninggal?"
"Tidak ada ji, cuma ituloh om tanya takutkah saya kalo ada bayi yang meninggal.." katanya sambil tertawa pelan.
"Eh, tante tanya nah. Kamu takut tidak kalo ada bayi yang meninggal?" raut wajahnya berubah serius. Pertanyaan yang menurutku sangat aneh.
Aku diam beberapa saat.
Jawabanku dibalas senyuman yang ganjil.
Malamnya bayi tetanggaku menangis. Tangisannya lama sekali. Aku heran, kemana ayah dan ibunya. Aku yang penasaran, lalu keluar ke teras.
Malam semakin larut, aku tidak bisa tidur. Saat itu temanku yang bernama Puri menemaniku.
Tangisan bayi, semakin kencang.
"He, tidak ada ta mamaknya itu? Kok tidak ditolongi anaknya?" tanyanya yang mungkin juga sama herannya denganku.
"Ais, ko tanya sama saya. Mana saya tau juga" jawabku pendek.
Karena memang sama-sama mengantuk, kamipun tertidur.
Diluar sudah ramai, aku membuka pintu karena samar terdengar suara orang menangis. Saat, pintu terbuka tangisan itu semakin jelas. Itu, tangisan tetanggaku. Bayinya, meninggal dunia.
Aneh, tadi malam bukannya si bayi ada dirumah?
Sepersekian detik, ada rasa dingin dibelakang tengkukku.
Orang-orang ramai membantu. Aku, masuk kerumah. Membangunkan Puri. Menceritakan semuanya ke Puri.
Kami berdua menelan ludah bersamaan. Kami, hanya saling bertatapan.
Tak lama sebuah mobil carteran sudah menunggu dihalama rumah.
Aku sampai disana malam hari, disana sudah ada adikku juga. Dengan rasa sayang sekaligus kasihan kupeluk dan kuciumi adikku.
"Ma, mama nda apa-apa?" tanyaku. (Saat dengan keluargaku aku menggunakan bhs manado)
Dari cerita ayahku, saat dirumah sakit ibuku sering menangis. Katanya, kulitnya membusuk. Berbau bangkai. Tapi, ayahku tidak mencium bau apapun.
Kebetulan, omku yang biasanya menolong mencarikan bantuan dari orang pintar juga sedang dinas luar kota.
Awal mei 2010, adalah bulan yang aku tunggu. Karena pengumuman lulus atau tidaknya aku. Tanggal 3 mei, aku masih ingat. Ibuku tiba-tiba mengirimkan pesan ke tanteku. Isinya, ia tidak boleh membawa aku dan adikku ke RS
Aku melihat tv yang ada dikamar tanteku.
Akupun mengintip dijendela. Dan terlihat, seorang perempuan menggunakan daster biru.
Kaget. Aku segera menutup horden. Ada rasa tidak nyaman saat melihat perempuan tadi.
2 hari sebelum malam itu, ada seekor ular yang masuk kerumah.
"Mamik, Trisna suka bakudapa deng mama skarang" rengekku.
(Mamik, Trisna mau ketemu sama mama sekarang)
(Iya, nanti kalo jam segini belum ada angkutan umum. Nanti, agak pagi kita langsung ke mama. Nanti sarapan disana saja)
"Dek, mamik tadi abis sholat subuh to kong ada hal aneh" ucapnya.
(Dek mamik tadi sehabis sholat subuh terus ada hal aneh).
"Apa mik?" jawabku.
Kami lalu sepakat akan cepat-cepat pergi ke RS.
Ibuku meninggal subuh tanggal 4 mei. Ia akhirnya kalah dengan penyakit yang bahkan dokter tidak dapat menemukannya.
Belum sampai disitu. Setelah, ibuku dimakamkan. Malamnya, aku mendapatkan mimpi.
***
Dan, kalian pasti tau itu siapa. Pak Mahdi.
Ternyata keluargakupun sudah tau siapa pelaku guna-guna tersebut. Ayahku bahkan ingin membunuhnya. Tapi, keluargaku melarangnya
***
Hampir 1 bulan, lalu ayahku membawa kami pulang ke SulSel. Aku dan adikku diwanti-wanti agar tidak masuk kembali ke asrama itu.
Ada di belakang pintu rumah, halaman rumah, dapur, belakang rumah, dibawah tempat tidur.
***
Santet ibuku adalah santet melalui makanan.
Rambut ibuku sering rontok, dan ia suka mengumpulkan rambutnya, dijadikan buntalan rambut dan diselipkan dipelepah daun pisang. Entah apa tujuannya, aku jg tidak mengerti
Sekian dari aku.