, 62 tweets, 9 min read
My Authors
Read all threads
Jadi cerita ini real kejadian di keluargaku.
Nama-nama akan aku samarkan. Menjaga privasi. Tentunya agar tidak terlalu mengingatkan akan kejadian kelam yang pernah saya dan keluarga saya alami.
Kisah ini berawal dari kedengkian manusia. Rasa iri yang perlahan mematikan hati dan logikanya.

Ini dimulai dari kepindahan ayahku, yang dipindah tugaskan di daerah S (ini diluar pulau jawa, tepatnya di 1 daerah di provinsi sulawesi selatan)
Kala itu, keluarga kami adalah keluarga biasa. Beranggotakan Ayahku, Ibuku, aku dan adikku.

Kami pindahan dari Sulawesi Utara. Tempat dimana aku dan adikku dilahirkan. Kami pindah ke SulSel tahun 2007.
Saat pindah sebenarnya kami tidak langsung tinggal di asrama
Tapi kami tinggal di sebuah BTN.
Mungkin karena ayahku berfikir akan lebih mudah jika kami pindah saja ke asrama, disamping itu biaya yang keluar juga akan sedikit berkurang. Maka setelah 1 tahunan kamipun dipindah ke asrama yg ada di 1 daerah, sebut saja S.
Awalnya tidak ada yang aneh dengan kepindahan kami. Tetangga yang ada disekitar situ cuma sedikit. Karena, asrama yang kami tinggali berbentuk 10 rumah yang berjejer. Dan, rumahku berada diurutan ke 4.

Ayah dan Ibuku segera mengakrabkan diri dengan tetangga.
Lain halnya dengan aku, yang pada saat itu masih duduk dibangku SMP. Suasana baru, membuatku sedikit canggung. Untung, aku sudah menguasai bahasa daerah yang ada disana.

Hal aneh mulai terjadi setelah setengah tahun kami tinggal disitu.
Tetangga yang persis disebelah rumahku (karena rumahku urutan ke 4 rumah tetangga yang kumaksud adalah yang ke 5). Mulai sering memberikan makanan pada Ibuku.
Sebelumnya, mungkin kalian menganggap wajar saja jika ada tetangga yang memberi makanan ke tetangganya.
Tapi, yang aneh adalah tetanggaku ini sebut saja pak Mahdi, adalah orang yang terkenal pelit dan jarang memberikan makanan enak ke semua tetangga.
Apalagi, hitungannya keluargaku masih baru disitu. Ibuku tidak memiliki pikiran jelek. Maka , dengan senang hati ibu menerimanya.
Satu per satu hal aneh mulai datang di keluargaku setelah beberapa kali menerima makanan dari pak Mahdi.

Seperti beberapa kali ada penampakan di dalam rumah, suara-suara dari belakang rumah. Sekedar info, belakang rumahku ada kebun pisang kecil
Milik warga yang tinggal di belakang area asrama.

Ibuku mulai sering mengeluh sakit jika hari beranjak petang. Padahal, sebelumnya beliau baik-baik saja. Aku dan adikku bergantian masuk rumah sakit. Ibarat, keluarga kami satu persatu sakit hingga harus dirawat inap.
Tapi, yang paling aneh adalah sakit ibuku. Ibuku, yang sebelumnya sehat. Tiba-tiba, merasa seperti orang lumpuh. Semakin hari, ibuku sakitnya semakin parah. Ia hanya bisa duduk dan tiduran.
Ia lalu dibawa ke Makassar. Dirawat di salah 1 rumah sakit besar disana.
Aku dan adikku dititipkan dirumah tanteku, yang adalah adik kandung ibuku.
Saat diperiksa, ibuku tidak memiliki sakit apapun. Cek darah, cek lab, semuanya normal. Pada, akhirnya suami tanteku om Neno menyarankan agar ibuku dibawa ke orang pintar.
Dan benar saja, ibuku positif diganggu orang. Dengan kata lain, ibuku sakit diguna-guna.

Karena, om Neno yang juga berprofesi sebagai Polisi ia memiliki banyak kenalan didaerah Makassar. Ibuku dengan mudah mendapatkan bantuan. Dan, Alhamdulillah saat itu ibu masih bisa tertolong
Setelah kembali ke asrama, sakit ibuku mulai kambuh lagi. Meskipun, tidak separah sebelumnya. Orang yang mengobati ibu, menyarankan agar ibu tidak tinggal di asrama utk beberapa waktu.

Ibupun akhirnya pulang ke Sulut bersama adikku. Dan aku tinggal dengan ayahku di asrama.
Kata orang, guna-guna tidak bisa melewati lautan. Dan, benar saja. Ibuku sembuh total.

Ada beberapa kejadian aneh menurutku selama tinggal berdua dengan ayah. Aku sering, mendapati sosok yang menyerupai ibuku. Ia hanya membelakangiku. Ia tidak, menampakkan diri secara jelas.
Hanya berdiri di pojok dapur, kadang pula hanya terlihat sekilas di ujung mata.
Tahun 2010, adalah tahun yang sibuk untukku. Karena, aku harus UAS. Ibuku ingin menemaniku dia memaksa ingin pulang. Sebelumnya, sudah banyak yang mengingatkan. Jika seseorang 2 kali terkena...
Guna-guna dari orang yang sama, maka konsekuensinya adalah MATI.

tapi, ibuku memaksa. Ia ingin menemani anaknya. Akhirnya iapun pulang ke asrama. Dan, benar saja. Ibuku yang awalnya sehat kondisinya kembali memburuk. Dan lebih parah. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Ia lalu kembali dibawa ke Makassar. Dirawat.
Dan aku? Karena aku tidak bisa ikut, akhirnya aku ditinggalkan sendirian disana. Ayah dan ibuku menitipkanku ditetangga. Sesekali aku mengajak temanku utk menginap dirumahku.

Hal aneh mulai datang lagi.
Pak Mahdi yang sepertinya cuek bebek saat ibuku sakit, tiba-tiba semangat saat tau aku ditinggal sendirian. Ia sering menawarkan, agar aku makan dirumahnya. Aku yg saat itu hanya menurut saja.

Tapi, aku tau ada yang aneh. Saat mereka menawarkan makanan.
Makanan utku dan yang dimakan keluarganya selalu berbeda. Bukan, maksudku makanan itu memiliki bau yang aneh. Pernah sekali tempo, aku ditinggal makan sendirian lalu aku tidak makan lauk yang diberikan utku. Melainkan, aku memakan lauk milik keluarga mereka.
Sudah insting alami, jika kita merasakan ada yang aneh.
Pernah juga, ada 1 kejadian. Dimana aku yang baru pulang dari sekolah mendengarkan perbincangan pak Mahdi dan istrinya.
Kala itu tetanggaku baru saja melahirkan. Aku, ikut menjaga bayinya karena aku mmg tidak ada kegiatan
Saat pulang kerumah, pak Mahdi dan Istrinya berbicara soal bayi yang meninggal. Karena penasaran, aku ikut bertanya.
"Loh tante Ninis, bayinya siapa yang meninggal?"

"Tidak ada ji, cuma ituloh om tanya takutkah saya kalo ada bayi yang meninggal.." katanya sambil tertawa pelan.
"Oh saya kira, adami bayi meninggal. Kasian'kan baru lahir meninggal" ucapku lagi.

"Eh, tante tanya nah. Kamu takut tidak kalo ada bayi yang meninggal?" raut wajahnya berubah serius. Pertanyaan yang menurutku sangat aneh.

Aku diam beberapa saat.
"Tidak tante, tidak takutka.. Cuma kasian saja"

Jawabanku dibalas senyuman yang ganjil.

Malamnya bayi tetanggaku menangis. Tangisannya lama sekali. Aku heran, kemana ayah dan ibunya. Aku yang penasaran, lalu keluar ke teras.
Asrama yang aku tempati dindingnya terbuat dari triplek. Makanya, aku bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang terjadi. Bahkan, jika tetanggaku yg ada dikanan atau kiri rumahku buang gas dengan keras maka akan terdengar jelas.
Rumah tetanggaku yang baru memiliki bayi itu adalah rumah ke 8 dari rumahku. Terasnya sudah gelap. Tapi, si bayi masih saja terdengar menangis.

Malam semakin larut, aku tidak bisa tidur. Saat itu temanku yang bernama Puri menemaniku.
Tangisan bayi, semakin kencang.
Seperti tidak ada yang berusaha mendiamkannya.

"He, tidak ada ta mamaknya itu? Kok tidak ditolongi anaknya?" tanyanya yang mungkin juga sama herannya denganku.
"Ais, ko tanya sama saya. Mana saya tau juga" jawabku pendek.

Karena memang sama-sama mengantuk, kamipun tertidur.
Pagi buta aku mendengar suara keramaian dari luar rumah, penasaran dengan mata yang masih berat.
Diluar sudah ramai, aku membuka pintu karena samar terdengar suara orang menangis. Saat, pintu terbuka tangisan itu semakin jelas. Itu, tangisan tetanggaku. Bayinya, meninggal dunia.
Aku bertanya pada salah 1 tetanggaku yg lain. Katanya, subuh tadi bayi tetanggaku meninggal. Saat dirumah sakit. Sejak kemarin siang si bayi menangis, perutnya kembung. Dan sejak itu si bayi dibawa kerumah sakit.

Aneh, tadi malam bukannya si bayi ada dirumah?
Tidak ada orang dirumahnya malam tadi.
Sepersekian detik, ada rasa dingin dibelakang tengkukku.
Orang-orang ramai membantu. Aku, masuk kerumah. Membangunkan Puri. Menceritakan semuanya ke Puri.
Kami berdua menelan ludah bersamaan. Kami, hanya saling bertatapan.
Sepulang sekolah, aku mendapat kabar bahwa ibuku semakin parah sakitnya. Aku lalu diminta, utk bergegas ke Makassar. Ayah sudah meminta orang utk menjemputku. Karena, ujianku sudah selesai. Akupun mengiyakannya.

Tak lama sebuah mobil carteran sudah menunggu dihalama rumah.
Setelah sampai di Makassar, aku tidak langsung ke rumah sakit. Melainkan, ke Perumahan Berdikari Asri. Kerumah tanteku.

Aku sampai disana malam hari, disana sudah ada adikku juga. Dengan rasa sayang sekaligus kasihan kupeluk dan kuciumi adikku.
Paginya, kami bersama-sama kerumah sakit. Tangisku pecah melihat keadaan Ibuku. Semakin parah. Tubuhnya, kurus. Matanya, sayu. Saat melihatku, senyumnya terlihat sedikit. Aku mendekat.

"Ma, mama nda apa-apa?" tanyaku. (Saat dengan keluargaku aku menggunakan bhs manado)
Ibuku hanya tersenyum.

Dari cerita ayahku, saat dirumah sakit ibuku sering menangis. Katanya, kulitnya membusuk. Berbau bangkai. Tapi, ayahku tidak mencium bau apapun.
Kebetulan, omku yang biasanya menolong mencarikan bantuan dari orang pintar juga sedang dinas luar kota.
Akupun harus bolak balik dari RS ke rumah tanteku.
Awal mei 2010, adalah bulan yang aku tunggu. Karena pengumuman lulus atau tidaknya aku. Tanggal 3 mei, aku masih ingat. Ibuku tiba-tiba mengirimkan pesan ke tanteku. Isinya, ia tidak boleh membawa aku dan adikku ke RS
Alasannya, ia tdk ingin aku dan adikku menangis. Hari itu juga, hari yg aneh menurutku. Karena aku dan tanteku bercanda biasa tp ada rasa ingin tertawa yg berlebihan Apapun, jadi bahan lelucon kami. Padahal, pamali. Katanya jika kita banyak tertawa, nanti kita pasti akan menangis
Malamnya, tanteku berpamitan akan tidur. Lampu rumah sudah dimatikan, hanya lampu depan yang masih menyala. Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku memilih menonton tv. Aku, masih ingat. Malam itu film yang kulihat adalah Final Destination.
Aku melihat tv yang ada dikamar tanteku.
Tv itu berada disamping jendela kamar. Entah, ada sebuah dorongan yang memaksa aku utk mengintip dijendela. Padahal hari sudah tengah malam. Tapi, rasa ingin mengintip itu sangat kuat.
Akupun mengintip dijendela. Dan terlihat, seorang perempuan menggunakan daster biru.
Beberapa hari sebelum ibu masuk ke RS yang kedua kalinya, ibuku membeli 1 daster biru, dan 4 kaos utku. Dan daster yang ia beli sama seperti daster yang digunakan perempuan yang aku lihat.
Kaget. Aku segera menutup horden. Ada rasa tidak nyaman saat melihat perempuan tadi.
Ponakanku yang tidur dengan tanteku serta adikku yang tidur dikamar belakangpun malam itu tidurnya tidak nyenyak. Adikku saat itu berumur 4 tahun. Ia rewel sekali malam itu.
2 hari sebelum malam itu, ada seekor ular yang masuk kerumah.
Ukurannya tidak besar, berwarna hitam pekat. Entah, aku merasa tidak takut sekali hari itu. Aku melempar ular itu dengan batu. Karena mmg hanya ada aku dan tanteku. Anehnya, si ular seperti tidak melawan. Saat sudah matipun, ada rasa sesal dihatiku. Kenapa ularnya harus kubunuh.
Subuh jam 5 aku dibangunkan tanteku. Ia bercerita, tadi malam tidurnya juga gelisah. Ia mimpi, lampu depan rumah berkelap kelip. (Lampu depan rumah tanteku berwarna kuning. Jika di lampu lalu lintas, saat lampu kuning berkelap-kelip menandakan kita harus bersiap-siap).
Aku juga menceritakan apa yang aku alami tadi malam. Sosok perempuan yang berjalan menggunakan daster yang sama seperti daster ibuku.

"Mamik, Trisna suka bakudapa deng mama skarang" rengekku.
(Mamik, Trisna mau ketemu sama mama sekarang)
"Iyo, nanti dek kalo masih pagi bagini belum ada oto mo kasana, abis ini jo mandi kong langsung pigi pa mama. Biar adek-adek smokol disana" jawabnya.
(Iya, nanti kalo jam segini belum ada angkutan umum. Nanti, agak pagi kita langsung ke mama. Nanti sarapan disana saja)
Tanteku lalu bercerita selepas sholat subuh mengalami hal yang aneh.
"Dek, mamik tadi abis sholat subuh to kong ada hal aneh" ucapnya.
(Dek mamik tadi sehabis sholat subuh terus ada hal aneh).

"Apa mik?" jawabku.
"Iyo tadikan mamik pas so mo salam, mamik salam ka kanan dulu mamik lia ada Dina (adikku). Kong pas mamik salam ka kiri mamik pe niat mo tanya kiapa so bangun , mar mamik lia so nda ada. Cuma ada kursi bekas trisna duduk" katanya lagi..
(Iya, tadikan mamik sudah mau salam. Salam kekanan dulu mamik lihat ada Dina. Pas mamik, salam kekiri langsung mau tegur Dina. Dinanya tidak ada. Cuma, ada kursi bekas kamu lihat tv tadi malam).

Kami lalu sepakat akan cepat-cepat pergi ke RS.
Tapi saat kami berdua berdiri, telepon tanteku berdering. Telepon dari ayahku. Mengabarkan bahwa ibuku sudah meninggal dunia.

Ibuku meninggal subuh tanggal 4 mei. Ia akhirnya kalah dengan penyakit yang bahkan dokter tidak dapat menemukannya.
Setelah ibu dimakamkan, kakekku bercerita bahwa saat tanggal 3 dan 4 kakekpun mendapatkan firasat. Gelas kopi kakekku yang terbuat dari kaca, tiba-tiba pecah. Bukan, pecah tapi bagian bawahnya terlepas. Dan itu, terjadi sampai tanggal 4 subuh. Setelah, kakek selesai sholat subuh
Mungkin apa yang aku lihat, dan apa yang dialami tanteku juga adalah firasat bahwa ibuku akan segera dipanggil oleh yg maha kuasa.

Belum sampai disitu. Setelah, ibuku dimakamkan. Malamnya, aku mendapatkan mimpi.
Mimpi yang juga adalah jawaban dari segala rasa penasaran. Kenapa ibuku sakit, sedang kata dokter tubuh ibuku sehat. Tidak ada penyakit.

***
Dimimpiku, aku melihat seorang laki-laki tertawa keras didepan makam ibuku. Ia, tertawa layaknya orang gila.
Dan, kalian pasti tau itu siapa. Pak Mahdi.
Ternyata keluargakupun sudah tau siapa pelaku guna-guna tersebut. Ayahku bahkan ingin membunuhnya. Tapi, keluargaku melarangnya
Kata kakekku biarkan ia mendapatkan balasannya sendiri. Karma itu nyata. Karma itu ada.

***
Hampir 1 bulan, lalu ayahku membawa kami pulang ke SulSel. Aku dan adikku diwanti-wanti agar tidak masuk kembali ke asrama itu.
Kakekku ikut bersama kami, dan benar. Dirumah itu, kakek menemukan beberapa botol minuman kaca yang isinya adalah potongan kain kafan+tanah.
Ada di belakang pintu rumah, halaman rumah, dapur, belakang rumah, dibawah tempat tidur.
Padahal saat akan meninggalkan rumah saat kerumah sakit, aku yakin itu tidak ada. Sebelum pergi, aku membersihkan rumah. Pintu rumah maupun jendela juga terkunci, sama seperti saat ditinggalkan.

***
Aku tidak tau apa alasan pak Mahdi melakukan itu pada keluargaku. Tapi, seingatku istrinya memang tidak suka pada ibuku. Alasannya? Hanya karena keluarga kami harmonis. Ibu yang pintar menabung, bisa membeli perhiasan. Dia iri pada ibuku.
Lagi pula tante Ninis juga sebenarnya adalah korban KDRT. Aku sering mendengar, ia menangis. Kadang terdengar suara pukulan juga dari rumahnya. Mungkin, dari situlah rasa iri dan marah masuk dan tinggal didalam hatinya.
Tidak kuduga, padahal pak Mahdi adalah orang soleh menurutku. Sholatnya 5 waktu, sholat jumat tidak pernah 1 kalipun ia tinggalkan. Tapi, mungkin itulah manusia. Tidak ada yang mampu menebak hati manusia.
Santet ibuku adalah santet melalui makanan.
Juga mungkin dari helai rambut ibuku. Kalian ingatkan, kalau belakang rumahku ada kebun pohon pisang?
Rambut ibuku sering rontok, dan ia suka mengumpulkan rambutnya, dijadikan buntalan rambut dan diselipkan dipelepah daun pisang. Entah apa tujuannya, aku jg tidak mengerti
Di kebun itu juga, aku menemukan ayam warnaku (dulu aku sempat memelihara 1 ayam warna, saat mulai besar ayam itu tiba-tiba mati tanpa sebab. Tapi, dimulutnya seperti ada cairan hitam. Seperti, semir sepatu. Mungkin, ada yang meracuni)
Maafkan jika bahasaku belepotan, ini thread pertamaku. Bukan utk membuka luka lama. Hanya, aku ingin berbagi. Kadang, manusia bisa menggunakan segala macam cara utk menyingkirkan orang yang tidak ia sukai.
Sekian dari aku.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Trsnwt•

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!