, 48 tweets, 6 min read
My Authors
Read all threads
Menjelang perayaan Hari Raya Imlek, mimin mau bagikan catatan sejarah dari Ong Hok Ham mengenai etnis Tionghoa/Cina di Indonesia.
Kedatangan Cina di Indonesia.

Masyarakat Tionghoa di Jawa sudah datang jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia. Akan tetapi, segala sesuatu tentang masyarakat Cina di Indonesia,
khususnya di Jawa dan juga di beberapa daerah lain yang kita kenal sekarang ini, bentuk perilaku dan seterusnya, berasal dari zaman kolonial, dari zaman Hindia Belanda.
Kedua bangsa tersebut (Cina dan Belanda) sebenarnya datang ke Indonesia sama-sama untuk berdagang. Belanda dalam bentuk VOC datang untuk melakukan perdagangan, dan orang-orang Cina datang ke Indonesia juga untuk melakukan perdagangan.
Sebenarnya keduanya berasal dari suatu peradaban yang kira-kira sama. Baik Belanda maupun Cina datang dari latar belakang kota yang dikelilingi “dinding”. Pernyataan ini memang aneh kedengarannya, namun itulah realitanya.
Karena berbagai hal dan insiden, sejak permulaan, orang-orang Tionghoa ini menjadi mitra dagang Belanda. Pada awalnya, Belanda datang ke Indonesia tidak secara besar-besaran.
Oleh karena itu, kekuatan asing itu selalu memerlukan mitra-mitra dagang. Cina menjadi mitra dagang Belanda, khususnya di bidang distribusi, tidak di bidang perdagangan perantara. Itulah sebabnya orang-orang Cina menguasai perdagangan perantara.
Dari kegiatannya mendistribusikan barang-barang dari kota ke penduduk-penduduk pribumi di desa, orang Cina mendapatkan uang tembaga dari orang-orang di desa, yaitu uang kecil yang biasa untuk membeli barang-barang di desa.
Mereka kemudian menjualnya ke VOC di kota. Inilah yang mempererat hubungan orang-orang Cina dengan orang-orang Belanda. Selain itu, yang harus diingat kalau kita mengenai bicara orang Cina adalah bahwa orang Cina ini bukan suatu golongan yang homogen atau sama semuanya.
Ada berbagai pengaruh dari pola imigrasi. Umpamanya Cina yang berimigrasi ke Pulau Jawa, Cinanya datang secara perorangan atau dalam kelompokkelompok
kecil. Oleh karena itu, interaksi dengan penduduk yang
padat sekali, sedikit banyak terintegrasi di dalam masyarakat.
Di Jawa, orang Cina biasanya tidak merasa Cina. Mereka kehilangan bahasa setelah satu dua generasi, seperti orang Jawa di Jakarta yang juga kehilangan bahasa Jawanya setelah satu dua generasi.
Banyak anak-anak dari rekan-rekan saya di universitas tidak bisa lagi berbahasa Jawa, biarpun kedua orangtuanya Jawa. Jadi, lingkungan ikut menentukan.
Di Sumatra Utara, misalnya di sekitar Medan, etnis Cina didatangkan per komunitas seperti bedol desa dari Cina, dari kelompok-kelompok yang besar. Interaksi mereka dengan penduduk setempat juga sangat baik, karena penduduk setempat tidak begitu padat.
Masyarakat pribumi di sana bisa menerima komunitas-komunitas Cina tetap berbahasa Cina dan seterusnya (berbudaya Cina). Istilah Cina peranakan dan Cina totok
sebenarnya hanya berlaku di Jawa.
Di Kalimantan Barat, boleh dikatakan, bahwa orang-orang
Cina itu yang pribumi. Di sana, pertama-tama Belanda berperang dengan Cina. Ketika meluaskan daerah kolonialnya, Belanda tidak berperang dengan sultan-sultan atau suku-suku setempat, tetapi justru dengan Cina.
Berbeda dengan masyarakat di Sulawesi Utara
atau di Maluku. Di Indonesia timur, kecuali Sulawesi Selatan, pada umumnya boleh dikatakan tidak ada masalah Cina. Di Manado, misalnya, antara penduduk setempat dan keturunan Cina tidak ada perbedaan.
Sama halnya di Asia Tenggara lainnya, seperti di
Filipina atau di Thailand. Hal lain yang juga mencolok adalah heterogenitas masyarakat Cina itu sendiri: ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang Islam, ada yang Katolik, ada yang Protestan, ada yang Budhis, dan
seterusnya.
Jadi, boleh dikatakan bahwa masyarakat Cina ini hampir
semajemuk masyarakat Indonesia. Seperti halnya masyarakat (asli) Indonesia, masyarakat Cina di Indonesia juga merupakan suatu masyarakat yang sangat majemuk. Mereka, sebenarnya juga berasal dari berbagai macam keturunan &ras.
Cina dan Kolonialisme di Indonesia

Seperti dikatakan di atas, masyarakat Cina di Indonesia ini
berasal dari zaman kolonial. Kalau kita berbicara mengenai zaman
kolonial, sebenarnya zaman kolonial itu mulai tahun 1830.
Jadi Indonesia dijajah Belanda itu bukannya 350 tahun, melainkan 113 tahun. Mungkin benar bahwa di beberapa tempat, seperti Pasar Ikan di Jakarta atau tempat-tempat di Maluku, Belanda tiga ratus tahun (sebelum Indonesia merdeka) sudah berada di sana.
Tetapi, kolonialisme Belanda di negeri ini, sebenarnya dimulai tahun 1830. Lalu ingat bahwa pada 1830 itu kolonialisme inti dan pusat kolonialisme itu boleh dikatakan hanya Jawa. Jadi, hanya pulau inilah yang menjadi cikal bakal Hindia Belanda.
Salah satu politik dari Hindia Belanda adalah yang disebut
sistem apartheid. Sistem apartheid ini kita kenal di Afrika Selatan. Di sana ideologi apartheid ini berkembang sangat subur.
Akan tetapi, sekarang di Afrika Selatan sistem apartheid ini sudah ditinggalkan karena dikecam sebagai rasialisme, rasisme, dan seterusnya. Benihbenih sistem apartheid ini sudah ada di Hindia Belanda.
Kita ingat bahwa Afrika Selatan pada awal mulanya juga berasal dari masyarakat Belanda, dari koloni Belanda. Jadi, ini memang bukan sesuatu yang dimaksudkan untuk memecah belah, tetapi memang sesuatu dalam budaya.
Dengan sistem apartheid ini, masyarakat kolonial, masyarakat Hindia Belanda dibagi menjadi tiga golongan: (1) golongan Eropa atau Belanda, (2) golongan Timur Asing, termasuk Cina, Arab, India, dan seterusnya, serta (3) golongan pribumi.
Pada awal mulanya, golongan pribumi ini pun juga dibeda-bedakan lagi: Melayu, Bali, Ambon, Jawa, dan seterusnya. Secara fisik, setiap golongan harus tinggal di kampung-kampung tersendiri, seperti di Jakarta ada Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Pecinan, dan seterusnya.
Di Semarang dan di kota-kota lain juga ada pengkavlingan semacam itu. Jakarta inilah yang merupakan inti dari Hindia Belanda, ibukota dan pusat dari VOC.
Sistem apartheid ini diterapkan di suatu masyarakat yang
mengisolasi setiap golongan penduduk yang satu dari penduduk yang lain secara fisik.
Sistem ini mengharuskan penduduk tinggal di
kampung-kampung tersendiri, Kampung Cina, Kampung Belanda, dan Kampung pribumi: Kampung Melayu, Kampung Bali, dan seterusnya.
Untuk mengadakan perjalanan dari satu kampung Cina
ke kampung Cina yang lain, misalnya, orang memerlukan pas-pas jalan. Jadi, ada restriksi terhadap gerak orang, ada pembatasan terhadap gerak fisik orang.
Selain itu, dalam hal pakaian juga harus
berbeda-beda. Sampai tahun 1910, salah satu dari ciri Cina adalah laki-lakinya memakai kuncir dan berpakaian Cina.
Jadi, ketika Mayor Oei Tiong Ham dari Semarang, seorang konglomerat pertama di Asia Tenggara (yang bukan Eropa), mau memotong kuncirnya dan
mau berpakaian Barat, dia harus menulis petisi dahulu.
Jadi, untuk memotong kuncir dan berganti pakaian ala Barat, ia harus minta izin kepada Gubernur Jenderal. Bayangkan, kalau kita sekarang ini mau memakai batik baru saja harus minta izin dari Habibie.
Sistem apartheid ini, secara nyata, kita warisi sampai sekarang dan tidak bisa hilang begitu saja biarpun di Afrika Selatan sendiri sudah ditinggalkan.
Bagaimanapun, pengaruh dari sistem apartheid ini masih terasa juga, apalagi di Indonesia. Sistem apartheid dihapus pada tahun 1905. Pembatasan-pembatasan fisik untuk gerak orang-orang Cina tadi dihapus tahun 1905.
Mengapa dihapuskan? Salah satu alasannya adalah Gerakan Cina yang timbul pada sekitar tahun 1900. Gerakan Cina ini bukan gerakan Cina antikolonial,
tetapi mereka menuntut pemberlakuan atas hak emansipasi, hak yang dipersamakan dalam hukum (gelijksgesteld) dengan orangorang Eropa.
Akan tetapi, gerakan ini juga menunjukkan ciri khas
apartheid. Ini gerakan pertama di Hindia Belanda, gerakan pertama yang modern dan politis, yang sosial politik dan berakhir beberapa tahun sebelum gerakan-gerakan pribumi lain muncul.
Gerakan Cina ini hanya untuk menuntut hak-hak golongan Cina di Hindia Belanda. Ini merupakan semacam pengaruh dari politik apartheid ini.
Pengaruh politik apartheid ini juga dapat terlihat pada gerakangerakan pribumi, seperti Boedi Oetomo dan lain-lain yang hanya untuk orang Jawa dan di Jawa.
Boedi Oetomo itu orang Jawa. Boedi Oetomo itu sebenarnya gerakan untuk bagian Hindia Belanda yang di sini pernah dipengaruhi Hindu, begitu juga Bali dan Sunda. Jadi, apa yang disebut Jawa Raya oleh orang-orang Boedi Oetomo sebenarnya hanya ada satu partai.
Saya kira organisasi yang membuka pintunya untuk seluruh penduduk dari Hindia Belanda dengan tidak memperhatikan ras, suku,
keturunan, atau agama dan
seluruh penduduk adalah apa yang disebut Indische Partij. yang didirikan oleh Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), dan Tjipto Mangunkusumo.
Gerakan yang dipelopori oleh tiga tokoh ini adalah satu-satunya gerakan pada zaman itu yang membuka pintu untuk semua orang. Kalau pun didirikan PNI, saya
kira, PNI tidak menerima anggota Cina. PNI hanya mengizinkan mereka sebagai peninjau.
Status tertentu itu baru mulai berubah pada tahun 1930.
Perubahan itu sebagai akibat dari gerakan Cina di Jawa. Sejak itu, orang-orang Tionghoa mulai mendirikan sekolah-sekolah Cina, Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).
Karena swasta mendirikan sekolah-sekolah Cina, Pemerintah Hindia Belanda kemudian juga turut mendirikan sekolah-sekolah untuk orang Cina, Hollandsch- Chineese School (HCS).
Sekolah ini didirikan oleh pemerintah
kolonial beberapa tahun sebelum Hollandsch-Indische School (HIS), sekolah-sekolah Belanda untuk pribumi.
HCS didirikan untuk mengalihkan kekhawatiran bahwa orientasi golongan Cina akan berubah dari Ratu Wilhelmina ke kekuatan-kekuatan asing lain. HIS didirikan sebagai akibat didirikannya HCS.
Setelah ada sekolah-sekolah Belanda untuk orang Cina, maka pemerintah
Hindia Belanda dengan terpaksa juga mendirikan sekolah-sekolah HIS, sekolah Belanda untuk golongan pribumi.

Sumber buku: Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina, terbitan Komunitas Bambu
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Komunitas Bambu

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!