12,399 views

, 10 tweets, 2 min read

TEKS-TEKS
SAKRAL TEROR

Bib DR. Muhsin Labib MA

Terorisme bukan disfungsi mental yang bisa hilang dengan rehabilitasi dan terapi tapi buah teks-teks politik yang disisipkan dalam khazanah agama.

Siapapun yang membangun keyakinan keagamaannya di atas teks-teks itu adalah kandidat teroris.

Terorisme bermula dari pikiran yang dibentuk oleh teks-teks yang memonopoli kebenaran dan meremehkan nyawa dan harta orang yang dianggap sesat dan kafir.

Teroris bukan kriminal. Kriminal sadar tindakannya salah. Teroris yakin tindakannya benar, berpahala dan diperintahkan Tuhan berdasarkan ajaran yang dijustifikasi oleh teks-teks yang dipahaminya sebagai wahyu Tuhan.

Teroris tak membunuh untuk merampok harta, tak memperkosa untuk berzina tapi hanya untuk membuat orang-orang yang dianggapnya sebagai musuh-musuh Tuhan takut dan memihaknya.

Setiap aksi (yang menurut norma etika manusia rasional) negatif, dilakukan dengan tujuan mengamalkan syariat, memurnikan agama, menegakkan hukum Allah di atas muka bumi dan membesihkan umat dari anasir sesat, kafir, musyrik dan toghut.

Semua teks yang bertentangan dengan logika meski diberi label sabda Nabi, dikutip secara masif dan tertera dalam paragraf buku-buku rujukan yang disakralkan adalah kontra agama yang terlanjur diyakini sebagai ajaran agama.

Teks-teks yang menganjurkan agresi ini tak bisa dibasmi dengan senjata dan dihadapi dengan represi.

Ia tak bisa digugurkan oleh pejabat negara yang tak mengerti kompleksitas persoalan teologi atau agamawan yang justru dianggap agamawan karena batok kepalanya hany berisikan doktrin-doktrin intoleransi yang dibangun di atas pemutlakan persepsi relatif tentang agama.