Kedatangannya disambut dgn ramah oleh tuan rumah. Lalu keduanya larut dlm percakapan yg hangat. Hingga Kiai Hasan Genggong, bertanya pada Hb. Abdul Qodir:
“Habib, bgm kbr Hb. Ali Habsyi Seiwun ?”
(Hb. Ali Habsyi pengarang Maulid Simtuddurar)
Kaget Hb. Abdul Qodir Quthban, krn Kiai Hasan blm pernah ke Hadramawt dan Hb. Ali Alhabsyi jg blm pernah ke Indonesia. Belum habis rasa terkejutnya, Kiai Hasan berkata: “Hb. Ali Al Habsyi Seiwun itu kulitnya seperti ini... (disebutkan), wajahnya begini...(disebutkan)
Kalau duduk seperti ini… (disebutkan), jalannya seperti ini…(disebutkan), di depannya ada masjid bernama Masjid Riyadh dan tiangnya ada... (disebutkan),” papar Kiai Hasan, seolah pernah berjumpa langsung & berkunjung ke kediaman Hb. Ali Alhabsyi di Sewun.
Hb. Abdul Qadir takjub dgn detail penjelasan Kiai Hasan seolah keduanya adalah sahabat karib yg akrab. Pdhl Hb. Ali Alhabsyi tidak pernah ke Indonesia. Tahun berganti tahun, hingga dtgnya Haul Akbar Hb. Ali Al-Habsyi yg ke-105 di Kota Solo.
Salah satu cucu Kiai Hasan Genggong sowan ke Hb. Anis bin Alwi Alhabsyi, cucu Hb. Ali Alhabsyi.
Saat Hb. Anis tahu bahwa yang sowan adalah cucu Kiai Hasan Genggong. Hb. Anis tersenyum sambil berkata. “Kakekku dan kakekmu mempunyai ta’aluq batin”.