Satu lagi kisah horor dari salah satu narasumber. Kali ini saya tidak janji selesai sehari, tapi diupayakan secepatnya. Bagi yg paham lokasi atau orang yg terlibat dalam thread yg saya tulis, saya harap bisa menyimpannya secara pribadi 🙏
2011.
SIANG itu suasana pabrik serasa lebih cerah dari biasanya. Setidaknya itu yg dirasakan Tatang. Bujangan yg sudah bekerja selama tiga tahun di salah satu pabrik yg ada di pesisir Jawa Tengah. Bukan karena gajinya yg naik, tapi siang itu ada banyak buruh perempuan baru.
Mereka direkrut seminggu lalu oleh pabrik karena kebutuhan tenaga. Dari puluhan buruh perempuan baru, ada satu yg menarik perhatian Tatang. Tyas namanya. Diantara buruh lain, Tyas terlihat paling bening. Kulitnya tampak bersih mengenakan seragam pabrik
Tatang yg memang terkenal playboy mencoba mendekati Tyas. Dengan bermacam rayuan akhirnya Tyas pun berhasil didekati Tatang. Sampai ke fase pacaran. Tatang merasa senang sekali, dari beberapa buruh perempuan yg dia pacari, Tyas adalah yg paling cantik
Keberhasilan Tatang menggaet Tyas membuat kawan2nya sesama buruh merasa iri. Tapi Tatang tak mau ambil pusing.
Seperti kelakuan Tatang sebelumnya, kali ini dia menggunakan cara pacaran yg cukup berani. Dua minggu setelah pacaran, Tatang mulai memasang perangkap.
Dibujuknya Tyas agar mau tidur di kontrakan Tatang. Rencana Tatang berjalan mulus. Sampai jam 9 malam, Tyas terjebak tak bisa pulang ke kos2anya. Akhirnya mau tidak mau Tyas harus tidur di kamar kontrakan Tatang. Dengan gaya sok suci, Tatang memilih tidur di karpet
Sedangkan Tyas tidur di atas kasur.
"Tidur sini saja mas, dibatasi guling." kata Tyas sebelum terlelap.
"jangan dek, aku dibawah saja. Gak enak, malu aku," Tatang menyahut dari atas karpet. Tak sampai 30 menit, Tyas tertidur lelap. Suara dengkuranya yang halus terdengar
Tatang pun langsung berdiri setelah mendengar Tyas tertidur.Coba diguncangnya tubuh Tyas pelan2. Tidak ada respon,Tyas masih mendengkur halus. Tatang merasa girang. Nafsu laki-lakinya tiba2 muncul. Tangan Tatang mulai mengelus pundak Tyas. Tanganya terus merembet ke arah payudara
Jari-jari Tatang mulai bergerilya, meskipun lampu kamar dimatikan tapi Tatang masih bisa melihat dengan jelas tubuh Tyas dari cahaya lampu depan kontrakan. Nafsu Tatang semakin menggebu. Tanganya kini sudah pindah ke perut Tyas, menyusup ke dalam kaos, ingin memegang langsung
Begitu sampai ke bagian dada Tyas, tiba2 Tatang merasakan ada silir angin melewati lehernya.Tatang tak menggubris, nafsunya terlanjur tinggi. Dia semakin berani memainkan tanganya, apalagi dilihatnya Tyas tak merespon apapun. Saat jarinya menyentuh dada Tyas, angin berhembus lagi
Kali ini Tatang menghentikan tanganya, dia merasa heran kenapa bisa ada angin dari dalam ruangan. Tatang melirik kipas angin di sampingnya. Dilihatnya kabel kipas angin itu tak terpasang. "berarti bukan dari kipas angin" batin Tatang. Dilepaskan tanganya dadi tubuh Tyas
Tatang menoleh ke arah gorden. Jantungnya berdegup. Dari cahaya remang2, terlihat seperti ada orang yg bersembunyi di belakang gorden. Tatang mulai panik, dia kawatir ada orang yg daritadi mengamati kelakuanya. Dengan sedikit takut, Tatang mencoba mendekati sosok itu
"Woi, siapa" kata Tatang setengah berbisik. Dia melangkah pelan ke depan gorden. Sosok itu tak bergerak. Tatang tak bisa melihat jelas bentuknya, hanya bayangan hitam di belakang gorden. Tanganya lalu menarik kain gorden dengan cepat. Dan... Ternyata kosong. Tidak ada apa-apa
Perasaan Tatang mulai tidak enak. Dia ingin kembali mencoba mengerjai Tyas yg sedang tidur. Tapi entah kenapa suasana kamar seperti berbeda. Tatang kembali mendekati Tyas, kali ini tubuhnya tidur terlentang. Tatang kembali mengumpulkan nafsunya. Tyas sepertinya benar2 tidur pulas
Tatang mencoba menyingkap baju Tyas. Ditariknya pelan2 ke atas, semakin ke atas. Setelah bagian dada Tyas terbuka, sebuah suara terdengar.. "Ekekekek.. Ekekekek"
Tatang menoleh ke belakang. Kosong, hanya bagian kamar yg tertimpa cahaya remang2.
Tatang lalu menoleh ke atas. Disana ada sesosok mahluk dengan wajah hitam legam dan baju putih lebar. Mahluk itu menempel di langit2 seperti cicak. Tatang ingin menjerit, tapi suaranya tak keluar. Sedetik kemudian sosok itu jatuh dan langsung menindih tubuh Tatang.
Tatang menjerit dan melolong setelah ketiban mahluk berwajah legam itu. Dia menutup matanya sambil mendorong2 sosok itu.
"Mas.. Mas.. Kamu kenapa," suara Tyas memecahkan ketakutan Tatang. Dibukanya kedua matanya, Tampak Tyas melihat cemas ke arahnya. Tatang masih mengatur nafas
Dilihatnya sekeliling ruangan. Tidak ada apa-apa, hanya sudut2 ruangan dengan cahaya remang. "Ayo tidur disampingku saja Mas, sepertinya mas minpi buruk," kata Tyas sambil menarik tangan Tatang. Akhirnya Tatang tidur di atas kasur dipisahkan guling dengan Tyas.
Tatang masih merasakan sensasi deg-degan yg terasa menjalar ke seluruh tubuhnya. Tak lama Tyas tertidur lagi. Sepertinya dia benar-benar kelelahan. Tatang mencoba memejamkan mata, tapi tak kunjung terlelap. Hawa kamar yg awalnya biasa saja mendadak terasa gerah
Mata Tatang kembali tertuju ke arah gorden panjang yg menutupi jendela.Dia melihat mahluk yg tadi menindihnya tampak berdiri di antara gorden dengan tatapan tajam ke arahnya.Tatang langsung mmbenamkan wajahnya ke sela guling.Tubuhnya gemetar menahan takut sampai akhirnya tertidur
Esoknya semua berjalan normal. Pelan2 Tatang melupakan kejadian malam itu di kontrakanya. Setelah tiga hari berjalan. Tatang berencana mengajak Tyas kembali tidur di kontrakannya. Selepas isya Tatang menjemput Tyas di kos2anya yang ada di gang belakang pabrik.
Tatang sengaja tidak mengirim sms atau bbm dulu agar Tyas beralasan. Setelah sampai di depan kosan, Tyas ternyata sudah duduk di depan kursi kamar. Seolah sudah tahu kalau akan dijemput. Malam itu Tyas menggunakan setelah baju tipis berwarna putih dan celana jeans ketat.
Tatang seperti terpesona bercampur nafsu untuk kesekian kalinya kepada Tyas. Tanpa menunggu lama, Tatang mengajak Tyas membeli nasi goreng untuk dimakan bersama di kontrakanya. Tyas menggenggam erat perut Tatang selama di atas motor. Hati Tatang merasa berbunga
Baru kali ini dia merasa sedemikian bangga punya pacar secantik Tyas. Selama di jalan, Tyas tak banyak bicara. Tapi Tatang merasakan pelukan Tyas seolah semakin kencang. Bahkan terasa sakit. Kuku2 Tyas seolah mencengkeram perut Tatang. "Sakit dek, jangan kencang2" kata Tatang
Tapi cengkraman tangan Tyas seolah semakin menghujam. Tatang mulai merasa tak konsen. Perutnya terasa seperti dihujam pelan2 dengan ujung pisau. Untungnya tak lama kemudian mereka sampai di depan warung nasi goreng. Tyas langsung turun dari motor dan masuk ke dalam warung.
"Mas tunggu di luar saja dek," kata Tatang sambil melihat ramainya orang yg mengantre nasi goreng. Tatang lalu meraba area perutnya yg terasa sedikit perih. Dibukanya kaosnya perlahan. Tatang pun kaget, ternyata banyak bercak merah dikaos dalamnya yang berwarna putih.
Tatang mengangkat kaos dalamnya. Ada bekas goresan seperti cakar di sekitar perutnya yg membuat luka berdarah. Tatang meringis, heran kenapa bisa cengkeraman Tyas begitu kuat padahal dia menggunakan dua lapis baju
Satu jam berlalu dari awal Tyas masuk mengantri. Tatang mulai tidak sabar. Di teleponya Tyas. Dua kali nada tunggu, telponya diangkat.
"halo mas, ada apa?" suara Tyas diseberang telepon.
"masih lama dek antrinya? Sudah sejam" balas Tatang
"Antri apa mas?" sahut Tyas
"loh kan kamu di dalam warung, kok tanya antri apa" Tatang mulai merasa emosi.
"aku di rumah Widi mas. Maaf lupa ngabari, tadi pulang kerja langsung ke sana," Tyas menjawab lagi.
Deg.. Tatang merasa kaget. Dimatikanya teleponya, lalu turun dari motor dan masuk ke dalam warung
Tatang seperti orang bingung. Melihat satu persatu kursi. Tidak ada Tyas di sana. Di deretan orang yg berdiri mengantri juga tidak ada. Tatang lalu buru2 keluar dari warung. Diteleponya Tyas lagi. Tatang memastikan kalau Tyas tidak berbohong. Jelas2 tadi dia membonceng Tyas
Lanjut malam jumat besok ya 🙏
Karena tak sabar, Tatang pergi ke tempat tinggal Widi. Teman satu pabrik Tyas. Ternyata pacarnya memang ada disana. Tapi Tatang masih mengira jika Tyas berbohong.
"Kalau gak percaya tanya Widi mas" sahut Tyas sambil menahan tangis. Tatang tetap tidak percaya.
Akhirnya Tyas pasrah. Dia ingin menuruti apa saja permintaan Tatang asal membuat penjelasanya dipercaya. Entah memang sengaja atau bagaimana, kesempatan itu dibuat Tatang untuk meminta Tyas menginap di kontrakannya. Tyas pun menurut, dan malam itu langsung pergi ke kosan Tatang
Emosi yg memenuhi kepala Tatang kini berubah menjadi nafsu. Dia seolah mendapat kesempatan lagi untuk bisa melampiaskan nafsunya kepada Tyas. Di dalam kamar kontrakan,Tatang tak malu2 lagi tidur di atas kasur dengan Tyas. Sambil merayu Tyas, Tatang mulai menjamah tubuh wanita itu
Awalnya Tyas berusaha menolak halus, tapi Tatang kembali merayu sampai Tyas akhirnya diam saja digerayangi Tatang. Melihat Tyas yg tak melakukan penolakan, Tatang semakin berani. Tyas dimintanya berdiri membelakangi Tatang. Lalu perlahan, Tatang melepas kaos yg dipakai Tyas.
Dada Tatang berdegup. Nafasnya semakin memburu setelah melihat bagian atas tubuh Tyas sudah tak berpakaian. Tyas terlihat menunduk sambil menutupi dadanya. Tatang semakin berani, kali ini dipelorotkanya celana kain Tyas dari belakang dengan terus mendengus.
Ketika celana itu diturunkan sampai mata kaki, Tyas memanggil Tatang.
"mas... Mas Tatang," kata Tyas.
Tatang yg dalam posisi berjongkok menoleh ke atas ke arah kepala Tyas.
Dilihatnya kepala Tyas yg memanggilnya tadi berputar 180 derajat, lalu meringis ke arah Tatang.
Mata Tatang lansung melotot. Tubuhnya terjengkang ke belakang.
Sosok Tyas yg kepalanya berputar kebelakang itu menggerakan tanganya seperti penari Jawa. Kepala itu kemudian tertawa
Dengan penampilan yg ganjil, sosok itu lincah menari. "Kikk kiiik kiiiik"ucap Tyas sambil terus menari
Celana Tatang basah akibat terkencing-kencing. Mulutnya masih melongo melihat wajah Tyas yg tersenyum meringis di atas punggung.
Dengan tenaga terakhir Tatang lalu berlari ke luar kontrakan. "Setaaaan." kata Tatang setelah berhasil melewati pintu kontrakan. Dia berlari sampai ke kontrakan Imam, teman satu pabriknya yg berjarak sekitar 50 meter dari kontrakanya. Tatang menggedor2 pintu kontrakan Imam
Tak lama pintu dibuka. Tatang langsung berlari masuk ke dalam kontrakan Imam. Lalu meringkuk di atas kursi.
"Koe kenapa Tang. Kaya habis ketemu setan" kata Imam heran. Tatang tak menjawab. Dia masih meringkuk. Imam mencoba menenangkan Tatang sambil menawari nya minum.
Setelah meneguk air. Tatang akhirnya buka mulut. "aku cerita besok saja mam. Malam ini aku nginap sini ya, besok tak ceritakan," kata Tatang sambil mengatur nafas. Malam itu Tatang akhirnya menginap di kontrakan Imam. Dia tak berani kembali ke kontrakan sampai waktu masuk pabrik
Esoknya, Tatang seperti tak berani menatap bagian tempat kerja perempuan.Dia melihat ada Tyas yang sedang bekerja dari kejauhan. Tatang masih teringat betapa seramnya kejadian tadi malam. Kepala Tyas berputar kebelakang lalu menari-nari. Tubuh Tatang mendadak gemetar mengingatnya
Saat jam makan siang. Hp Tatang berdering. Dilihatnya nomornya tidak dikenal. Tatang berusaha mengabaikan. Tapi nomor itu terus memanggil. Hpnya berkali2 berdering. "Halo, siapa ya" kata Tatang mengangkat telepon. Tidak ada jawaban dari si penelepon. Tatang menunggu.
Sesaat sebelum Tatang memutus teleponya, pria penelepon menjawab. "Nak Tatang malam ini ke rumah ya. Tyas suruh mengantar. Saya Diman bapaknya Tyas. Kalau nak Tatang tidak ke rumah, saya tidak jamin keselamatan sampean,". Telepon lalu terputus setelahnya.
Nafsu makan Tatang mendadak hilang setelah menerima telepon itu. Dia kawatir apa yg dilakukanya terhadap Tyas berimbas ke masalah baru. Tatang kemudian menceritakan kepada Imam apa yg terjadi kepada dirinya. Lalu meminta pertimbangan apakah harus datang atau tidak ke rumah Tyas
"wah, celaka koe mam. Jangan main2 sama orang daerah R*. Orang sana pinter2" ujar Imam bereaksi. Tatang yg mendengar omongan imam semakin kawatir. "Saranku koe kesana saja. Tapi setelah itu, jangan main2 lagi sama Tyas. Bahaya" kata Imam lagi
Setelah menimbang-nimbang, Tatang akhirnya memilih mengikuti saran Imam. Sepulang kerja, Tatang mencari Tyas dan menceritakan jika bapaknya baru saja menelepon. Tyas mengangguk. "Nanti habis magrib kita berangkat mas. Biar gak kemalaman sampai rumah" jawabnya.
Selepas magrib, Tatang sudah siap mengantar Tyas. Tak lupa dia membawa satu kresek keripik yg dibelinya di pasar oleh2. Jarak antara kota tempat kerja Tatang dan rumah Tyas sekitar 2 jam perjalanan. Ketika sampai tempat tinggal Tyas, jam sudah menunjukan pukul 9 malam.
Tempat tinggal Tyas masuk ke area kampung. Ada sungai besar dengan jembatan besi tua sebelum masuk ke kampungnya. Rumah2 terlihat berdiri jarang jarang. Motor Tatang harus melewati jalan setapak kecil yg dihimpit pepohonan bambu untuk sampai ke rumah Tyas.
Jam sudah menunjukan setengah sepuluh malam. Rumah Tyas tampak sepi sendiri diantara rerimbunan pohon. Bagian depan rumahnya semi permanen berwarna coklat tua.
"ayo mas, masuk." kata Tyas menarik tangan Tatang. Di dalam rumah ternyata sudah ada Bapak Tyas dan Ibunya.
Mereka duduk berjajar di kursi yang terbuat dari anyaman bambu. Cahaya neon membuat Tatang bisa melihat jelas wajah Pak Diman, ayah Tatang.
Dia kemudian menyalami kedua orang tua Tyas. Suasana malam itu agak canggung. Entah kenapa Tatang merasa gelisah ketika memasuki rumah itu.
Tyas juga tak seperti biasanya. Malam itu Tyas seperti menyerahkan Tatang kepada dua orang tuanya. Tyas tak banyak bercanda atau berbicara seperti biasa. Suasana menjadi tambah dingin karena Pak Diman juga irit bicara.
"Ayo ke dapur dulu nak Tatang, Tyas. Ibu sudah masak daritadi, keburu dingin" kata Ibu Tyas memecah keheningan. Ibu Tyas lalu beranjak ke arah dapur. Pak Diman menyusul dibelakanganya. Tyas menarik tangan Tatang pelan mengikuti orang tuanya.
Dapur keluarga Tyas ada di bagian belakang rumah. Seperti rumah orang desa pada umumnya, dapurnya masih berlantai tanah.
"ayo nak, ibu masak ikan Gurami tadi. Sama sambel bawang," kata ibu Tyas sambil membuka tutup nasi. Ada dua potong besar ikan goreng di atas meja
Pak Diman langsung memotong bagian kepala ikan itu dan memindahkan ke piringnya. Seperti tak menghiraukan ada tamu disana. Tyas lalu memotongkan bagian daging ikan dan memindahkanya ke piring Tatang. Tyas sendiri memilih memakan telur dadar yg dibuat ibunya.
Tatang berusaha makan perlahan. Dilihatnya Pak Diman makan dengan rakus. Sementara Tyas makan dengan posisi menunduk menatap piring. Tatang menyuapkan daging ikan dan nasi yg ada ditanganya. Begitu sampai mulutnya, Tatang merasakan ada rasa getir dan lengket dimulutnya.
Karena tak enak, dilepehnya makanan dimulutnya. Dilihatnya, nasi yg dimakanya tadi bercampur dengan daging berwarna hitam kemerahan. Mirip daging bangkai. Tatang kemudian melirik ke arah piring. Ikan Gurami yg tadi dilihatnya sudah berubah menjadi daging busuk berwarna hitam
Seketika Tatang langsung muntah. Dia tak kuat melihat apa yg sudah dimakanya.
"Anak gak punya sopan santun!" teriak Pak Diman sambil memukul meja sesaat setelah Tatang memuntahkan makananya. Tatang kaget setengah mati. Dilihatnya lagi ke arah meja makan.
Daging busuk tadi sudah tidak ada dan kembali menjadi ikan gurami goreng. Pak Diman langsung pergi dari meja makan setelah meneriaki Tatang. Ibu Tyas berusaha mendekati Tatang yg masih tampak kaget. "Kenapa nak, tidak suka ikan ya?" kata Ibu Tyas sambil memijiti pundak Tatang
"Tidak apa-apa bu, saya cuka keselek."sahut Tatang. Dia lalu meminum air putih yg disodorkan Tyas. Tatang tak melanjutkan makan malam malamnya. Dia ingin cepat pulang kembali ke kontrakan, tapi Ibu Tyas meminta Tatang untuk menginap. Dan pulang subuh2.
Tatang mempertimbangkan situasi. Tyas merayunya untuk menginap karena hari sudah terlanjur larut. "pulang besok subuh saja mas, nanti sampai kontrakan bisa langsung kerja," kata Tyas. Akhirnya Tatang pun menginap. Tyas menunjukan kamar kosong yg ada di dekat dapur
Karena sudah terlanjur lelah, Tatang tak banyak bicara. Dia langsung masuk ke dalam kamar. Setelah peristiwa makan malam tadi, Tatang sama sekali belum melihat Pak Diman. Tatang sempat melirik ke beberapa sudut rumah tapi tidak menemukan keberadaan pak Diman.
Kamar yang ditempati Tatang berukuran cukup besar. Ada ranjang besar dengan tiang besi dan kelambu di atasnya. Cahaya kamar agak redup karena hanya menggunakan penerangan dari lampu dop 5 watt. Tatang langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur kapuk.
Entah kenapa, sejak masuk ke kamar ada perasaan dirinya sedang diawasi. Tatang mencoba memejamkan mata, tapi pikiranya seperti sulit diajak tidur. Hidungnya perlahan menangkap bau apek mirip bau tubuh kucing. Berbagai posisi dicobanya untuk tidur, tapi tak kunjung terlelap
Tatang mulai membayangkan kejadian kejadian aneh yg menimpanya setelah membawa Tyas ke kontrakan. Tatang sebenarnya merasakan semua hal berjalan ganjil, tapi dia merasa seperti sulit melepaskan diri dari situasi ini
Di tengah lamunanya,Tatang mendengar ada benda yg menggesek dinding kamar dari luar. Suaranya menyeret pelan seperti ada orang yg sengaja menempelkan tubuhnya di tembok sambil berjalan. Tatang langsung terduduk dari tidurnya. Dia mendengarkan suara gesekan yg seolah mengitarinya
Suara itu terus mengusik. Karena tak betah, Tatang memberanikan diri keluar dari kamar. Dibukanya pintu kayu kamar perlahan. Lampu ruang tengah rumah Tyas sudah dimatikan. Tinggal lampu gantung di dapur yg menyala redup. Tatang kemudian berjalan ke arah kamar mandi
Karena tiba2 merasa ingin kencing. Tatang langsung masuk ke Kamar mandi yg pintunya hanya dari kain. Begitu masuk, Tatang langsung buang air kecil. Saat tengah mengejan, dia merasakan air kencing yg dikeluarkanya terasa berat. Tatang pun menoleh ke bawah
Dari remang cahaya dapur, dia melihat air kencingnya berwarna hitam pekat. Tatang mengira itu hanya karena minimnya cahaya penerangan. Tapi lambat laun dia merasa perih di kandung kemihnya
Tatang lalu mengeluarkan HP dari sakunya. Dinyalakanya senter untuk menerangi air seni yg dikeluarkanya. Begitu diterangi, ternyata yg keluar memang bukan air kencing biasa. Tapi cairan darah hitam yg sedikit kental. Tatang memundurkan kakinya. Dia mengucek matanya
Seperti tak percaya telah kencing darah. Tatang lalu buru2 menyiram sisa kencingnya dan keluar dari kamar mandi. Begitu keluar tubuh Tatang menabrak seseorang yang berdiri di depan pintu. Nyaris saja Tatang berteriak, tapi akhirnya diam setelah tahu jika itu adalah Pak Diman
Wajah Pak Diman tampak lbh lunak kali ini.Dia tersenyum ke arah Tatang."Nak Tatang,ayo ikut bapak. Ada yang mau saya bicarakan" ucapnya lembut ke Tatang.Pak Diman lalu berjalan ke arah kamar yg tadi ditiduri Tatang.Di belakangnya Tatang yg masih mengatur nafas mengikuti Pak Diman
"Duduk Nak," kata Pak Diman mempersilahkan Tatang menduduki kursi kayu yg ada di dekat kasur. Tatang langsung menurut.Pak Diman berdiri di sampingnya."Nak Tatang senang sama anak saya?"tanya Pak Diman.Tatang menjawab dengan sedikit gagap. Dia tidak menyangka pertanyaan Pak Diman
"I..i...ya pak saya suka. Kita juga sudah pacaran," jawab Tatang. Pak Diman mengangguk lalu berjalan pelan ke belakang kursi yg diduduki Tatang. Posisinya sekarang ada tepat di belakang Tatang.
"Tyas, masuk nduk!" teriak Pak Diman
Pintu kayu kamar berderit pelan. Perlahan Tyas muncul sambil tersenyum ke arah Tatang. Tyas tampak lebih cantik di mata Tatang malam itu. Dibelakang langkah Tyas, rupanya ada sosok lagi. Dia tidak berjalan seperti biasa tapi merangkak
Sosok itu menggunakan pakaian putih lebar dengan wajah legam dan rambut awut2an. Tatang langsung tersentak. Dia ingat sosok inilah yg ditemuinya di kamar kontrakan beberapa waktu lalu. Tatang berusaha berdiri dari kursi. Tapi tubuhnya tak bisa digerakan. Seperti menancap di kursi
Sosok berwajah legam itu mulai tertawa sambil menatap Tatang. "kkek..kek..kek"
Tatang mengguncang2kan tubuhnya, berusaha sekuat mungkin agar bisa lepas dari kursi. Matanya kemudian beralih menatap Tyas. Tapi Tyas yg dilihatnya kini sudah berubah
Kepalanya berputar ke arah belakang, jadi Tatang hanya melihat bagian belakang kepala Tyas. Kepala itu lalu berputar lagi ke arah berlawanan sehingga terlihat leher Tyas seperti kain yg diperas. Tatang berusaha memejamkan mata.
Tapi dari belakang Pak Diman membeliak mata Tatang dan memaksanya tetap terbuka. Tangan Pak Diman terasa kasar. Tatang mulai menjerit tapi suaranya tak keluar sama sekali. Sosok Tyas yg tampak mengerikan kini menari mendekati tubuh Tatang
Guncangan tubuh Tatang tak berhasil membuatnya lepas dari kursi. Air mata sudah mengalir karena dipaksa terus terbuka. Bola matanya melirik ke samping, ingin melihat Pak Diman yg terus memegangi kelopak matanya.
Sosok Pak Diman yg mencengkeramnya sudah berubah menjadi mahluk berbulu hijau besar dengan mata putih. Tubuh Tatang seketika lemas, lalu semuanya mendadak gelap.
Tatang baru mulai membuka matanya setelah dia merasa ada yang menarik2 pundaknya. Dengan keadaan lemas, Tatang mengumpulkan kesadaranya. Dilihatnya ada seorang pria berusia 50an tahun membawa sabit memotongi batang bambu kecil di sekeliling tubuh Tatang
Ternyata Tatang bangun dalam keadaan terjepit di tengah rimbunan pohon bambu.
"Kok bisa ada disini kamu le, kamu habis mabuk ya" kata Pria itu sambil membantu Tatang keluar dari rumpun bambu. Setelah keluar dari rimbunan bambu, barulah Tatang mulai bisa bicara.
Dia menceritakan jika dirinya menginap di rumah Pak Diman. Orang yg membantu Tatang mengernyitkan dahi lalu mengangguk. Dia lalu memberi Tatang minum dari botol air bekas air mineral yg dibawanya. "Sampean lurus saja ke depan, rumah Pak Diman ada di dekat sana," tunjuk pria itu
Tatang sempat ragu, tapi pria itu mengatakan akan mengantarnya. Setelah 10 menit duduk, Tatang lalu berjalan ke arah rumah Pak Diman. Sambil berjalan orang itu menceritakan jika Pak Diman adalah orang pintar. Sering dimintai tolong orang untuk membantu urusan2 gaib
"Itu le rumahnya, Bapak mau lanjut ke kebun dulu. Jalan terus saja," kata pria itu. Tatang melihat di luar rumah Pak Diman ada motonya yg terparkir. Tatang merogoh saku mencari kunci motornya. Nyali Tatang sebenarnya sudah ciut begitu melihat rumah Pak Diman.
Tapi dipikirnya saat ini adalah bagaimana bisa secepat mungkin meninggalkan daerah itu. Tatang sempat menoleh ke belakang ingin berterima kasih pada petani tadi. Tapi pria itu sudah tidak terlihat batang hidungnya. Tatang lalu bergegas mendekati motornya.
Tak butuh waktu lama, begitu mesin menyala langsung diputarnya kendaraanya menjauhi rumah Pak Diman. Setelah melaju 50 meter, Tatang menoleh ke belakang. Dilihatnya gorden rumah Pak Diman terbuka. Ada Ibu Tyas dan Tyas yg tersenyum ke arahnya. Tatang menancap gas motornya
Jalanan setapak tak dirasakanya. Motornya terus dipacu sampai akhirnya tiba di kota tujuanya. Tatang saat itu memilih tak masuk kerja dan langsung ke rumah Amin. Diceritakanya semua kejadian yg menimpanya ke sahabatnya itu.
Amin yg mendapat cerita hanya bisa mengangguk2an kepala sambil menatap Tatang. "Untung masih bisa balik koe Tang. Kayanya memang ayahnya Tyas bukan orang sembarangan. Mending skrg jangan dekat2 lagi," kata Amin
Sejak kejadian itu, Tatang tak pernah lagi berhubungan dengan Tyas. Jika ketemu di pabrik, Tatang sering ketakutan sendiri dan memilih berlari menjauh. Tak lama setelah itu, Tatang memilih pulang kampung. Bekerja di tempat tinggalnya.
SELESAI.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Satu lagi cerita pendek pengalaman horor salah satu teman. Seperti biasa kalau bisa ditulis cepat, langsung diselesaikan.
1997
EKONOMI keluarga Dewi berkembang pesat tahun itu. Maklum, bapaknya Pak Dullah kala itu menjadi kepala desa di wilayah yg terbilang subur. Meskipun belum digaji seperti sekarang, tapi pendapatan Pak Dullah bisa dibilang lebih dari cukup
Cerita ini sudah lama terjadi. Sebuah pengalaman pendek salah satu teman yang kebetulan mampir ke rumah. Oke langsung ya
2004
para pemilik pohon berbuah di sebuah dusun kecil di Jawa Timur ramai kala itu. Penyebabnya, banyak pohon2 mereka yg seharusnya siap panen justru kehilangan buah2anya. Tak banyak sebenarnya. Hanya satu dua karung. Tapi untuk ukuran orang dusun, jumlah sebanyak itu lumayan.
Akhirnya ada cerita lagi. Cerita ini pendek saja. Ditulis malam ini. Sila tinggalkan jejak dulu
2019
PEKERJAAN yang mulai langka di kampung halaman membuat Dedy dan istrinya Mariska harus mencari peruntungan lain di luar kota. Dedy mendapatkan pekerjaan proyek pengurukan lahan yg akan digunakan sebagai lahan perumahan di salah satu kota besar di Jawa Barat.
HARI sudah mulai gelap ketika kendaraan yang ditumpangi Yuli melewati kota Jember. Sebelum tengah malam, dia menargetkan bisa sampai di pusat kota Malang. Kalau harus melewati jalan biasanya, kemungkinan lepas tengah malam dia baru sampai di kota tujuan.
"Coba lewat jalan tembusan ya dek?" Mas Anto yg duduk di kursi kemudi menawari Yuli agar bisa mempersingkat jalur. Karena kurang paham dengan rute jalan,Yuli hanya mengangguk saja.Di sebelahnya Riki, tertidur pulas. Bocah itu sepertinya memang sudah menahan kantuk sejak berangkat
Mumpung malem selasa.
Waktunya begadang, sekalian bagi2 cerita mistis tipis2
Kejadian ini sdh lama, sekitar awal tahun 2000an. Kebetulan ada beberapa teman yg masih ingat kejadian ini jadi sekalian dikumpulin.
Waktu itu rasanya kalau ada orang mati muda atau mendadak mesti arwahnya bakal nggangguin orang2. Minimal menampakan diri di sekitar lokasi
Salah satunya cerita ttg kematian Mbak Santi. Langsung sja saya bagi ceritanya. Jadi waktu itu sedang rame2nya musim layangan. Anak2 SD, SMP sampe bapak2 semua main layang2.
DUA rantang nasi dengan isian lauk lengkap disiapkan Wati sejak pagi. Siang itu, suaminya, Anshori akan merantau ke pulau sebrang untuk mencari peruntungan. Masakan masakan terbaik dijejalkan Wati ke dalam rantang
Ada lele dan nila goreng. Sayung terong. Serundeng dan tempe bacem. Semuanya dimasak Wati sebaik mungkin agar suaminya bersemangat. Biasanya Anshori akan pergi tiga sampai enam bulan lamanya. Sampai proyek pembangunan gedung yang membutuhkan tenaganya selesai.