Nyata Profile picture
13 Oct, 190 tweets, 27 min read
Di Rumah Ku Ada

"POCONG"

Nocomot-comot tanpa izin.
Mhon bantu RT nya, digelar kala senja mulai menyapa.
cover by bookcover.

Salam Hi..Hi..Hi..
@IDN_Horor
@bacahorror
@Penikmathorror
#bacahoror
#bacahorror
#horror
#threadhoror Image
*1989*

*Pergi... Pergi dari sini !!!* Ucap Pocong itu dengan suara yg berat dan riak wajah yg sangat marah kala itu.
20 tahun lamanya bahtera rumah tangga sudah di arungi oleh Pak Agung dan Buk Heni, 5 orang anak dikaruniakan sebagai pelengkap rumah tangga, dan saat itu Desember 1988, 1 kabar gembira kembali menaungi mereka, tatkala Buk Heni kembali diberikan kepercayaan oleh Si Maha Pencipta.
9 bulan kedepan 1 penghuni baru dunia akan terlahir dari Rahim Wanita tersebut, yaitu aku orang yg menceritakan kisah ini pada @nyata74042956
Selama itu juga ke 2 orang tua ku masih menumpang tinggal dirumah Eyang (Ibunda dari bapak), selain itu keluarga Kakak kandung Bapak (Tante saya) jua bernaung di atap yang sama, dimana Tante saya hidup bersama suami dan 1 orang anak wanita.
Secara lahan dan bangunan rumah Eyang dapat dikatagorikan besar dan luas, sayangnya hanya 4 kamar yang tersedia, selebihnya hanya ruangan los yg dijadikan sebagai ruang tamu, untuk kamar itu sendiri sudah dibagi berdasarkan porsinya masing masing>>>
dimana 1 Kamar ditempati oleh Eyang, 1 untuk tante dan suaminya, 1 untuk Mbak Rina (sepupu ku) yg terpaksa diberikan kamar khusus, karna Mbak Rina yg sedang beranjak dewasa (19 Tahun), dan slayaknya harus dipisah dengan kami anak Pak Agung yg rata rata berjenis kelamin pria.
Dan tersisalah 1 kamar, tempat keluarga kami bernaung, dan tak jarang karna banyaknya personil keluarga ini >>>
>>terpaksa Bapak membelikan 1 kasur yang diletakan di ruang tamu, untuk kami beristirahat, karna pastinya kamar ukuran 4 x 4 meter tidak akan cukup menampung Bapak dan Ibu yg sedang mengandung diri ku, beserta 5 orang anaknya yg lain.
Untuk Personil saudara kandung ku dimulai dari Mas Karto (17 Tahun) Mba Mimi (15 tahun), Mas Dio (13 Tahun), Mas Sura (11 tahun), Mba Nur (7 Tahun) , dan aku yang masih ada dikandungan pada saat itu (Usia di tahun 1988).
Bapak semdiri merupakan pegawai lepas yg sering berurusan dengan jual beli tanah/Rumah kalau dalam Bahasa saat ini mungkin Makelar Proyek, dan Ibu bekerja menajaga warung kopi milik kami.
Dari cerita yang saya dengar, dulu keluarga kami sangat memprihatinkan, malah sepulang sekolah anak laki laki harus menuju ladang membantu Eyang bercocok tanam>>>
sementara untuk Mba Mimi menuju ke warung milik kami untuk membantu Ibu, dan Mba Nur hanya berdiam diri diwarung menunggu Ibu dan Mba Mimi menutup warung kopi itu.


Sedikit intermerzzo bila di awal dlu menceritakan jalan nya. threat ini akan membahas rumah yg dlu pernah numpang lewat di threat ladang tebu.
Balik ke cerita, karna kondisi prekonomian yg saat itu masih susah konon ibu lernah bercerita semasa aku dikandungan kurang mendapatkan perhatian, terlebih sudah ada 5 anak lainnya yg saat itu sedang masa sekolah dan membuat banyak biaya yg harus dikeluarkan.
Malah sampai kehamilan memasuki 8 bulan, ibu masih stay menjaga warung, tanpa sedikit pun berkeluh kesah.

Dan buah kesabaran itu, iyalah lahirnya aku ke dunia ini, yg konon membawa rejeki bagi keluarga ku.
Rumah pertama dapat dibangun Bapak dengan jerih payahnya, rumah yg lumayan besar dgn halaman yg luas.

Rumah itu selesai sebulan sebelum kelahiran ku, dan setelah kelahiran ku bapak baru memberitaukan kepada seluruh anggota keluarga.
Itu jua yg membuat arti nama asli ku si pembawa kejayaan, but ga perlu dipublish nama asli pada threat ini ya.

untuk mengurangi asumsi liar dari para pembaca budiman threat ini.
Walau rumah itu jauh dari kota, namun keberadaan rumah itu membawa kebahagian tersendiri bagi keluarga kami.

Perlahan namun pasti, prekonomian keluarga ini membaik, yg membuat nama bocah yg baru saja dilahirkan itu bak jimat penarik rejeki bagi keluarga ini.
Setidaknya itu lah yg tergambar dari bayangan ku, setelah kami pindah dan memulai kehidupan baru di rumah tersebut.

Hingga diawal kepindahan, 1 per 1 keluarga inti ini akhirnya tersadar, bawasannya ada sosok lain yg turut bersemayam di rumah itu.
Bukan hanya kami yg ada disana, namun juga dia,

"Pocong"

yg merasa terusik dengan kehadiran kami disana.
Waktu itu september 1989, selang sebulan dari kelahiran ku, kami sudah pindah dan menempati rumah itu.

Tidak sampai 1*24 jam kami bernaung disana untuk kali pertama, sosok pocong mengerikan tersebut sudah menunjukan existensinya.
Cerita ini dimulai dari Mba Mimi yg kebelet ingin BAB, sendiri dia berjalan ke kamar mandi yg terletak di posisi belakang dkat dgn dapur.
Selayaknya rumah baru, tdk ada hal yg aneh apalagi bentuk rumah yg mengerikan, terlebih cat dan ornamen yg ada pada saat itu pun semua baru, karna memang rumah itu dibangun benar dari awal, bapak hanya membeli tanah kosong pada saat itu.
Awal kengerian itu dimulai saat, mba mimi sedang asik menunaikan hajat, santai dia mengeluarkan isi perut yg sedari tadi menyakiti lapisan lapisan lambung nya.

Hingga satu hal yg tak pernah terlupakan olehnya sampai detik ini.
Dalam keheningan ruangan berukuran 2x2 meter, konsentrasi nya terpecah dengan suara kran air yg tetiba menyala sendiri.

Deg..Deg..Deg....
Jantung Mba Mimi berdentum kencang, wajahnya langsung pucat kala itu.
Karna Kran yg jelas yg sedari tadi terkunci, malah terbuka dan menyemburkan air yg sangat deras mengisi bak yg ada disana.
Bulu tengkuknya seketika merinding, seperti ingin menuntaskan segera aktivitas di kamar mandi, tergesa dia berbesih, yg malah membuat dia tergelincir hingga menyebabkan kakinya keseleo.
Setelah semua dia bersihkan, Mba mimi bersiap membuka pintu dan berlari dengan kondisi kaki kiri yg memar akibat insiden kecil tadi.
Takhayal dia semakin merinding, wajah mba mimi pucat, kaki dan tubuh nya lemas, Mba Mimi saat itu jua pingsan di tempat setelah menatap sesosok demid berprawakan pocong.

Dimana sosok itu memiliki wajah yg sangat mengerikan, belum lagi kain kafannya terlihat lesu dan kotor.
Dan satu hal yg tak akan pernah terlupa dari kejadian itu bagi Mba Mimi.

Dimana Mba Mimi melihat raut wajah sangat marah dari sosok demid itu, dan sebelum Mba mimi pingsan, dia sempat mendengar perkataan pocong itu dengan suara yg serak dan berat

*Pergi kalian dari sini !!!*
Gambaran saja ya. rumah ini tata letaknya seperti ini, dan ada 1 celah dari rumah yg bila pintu nya dibuka dari ujung ke ujung bsa langsung tembus, kayak rumah surop di cerita om @SimpleM81378523 . Image
Saat itu Mas Karto menjadi org pertama yg mendapati Mba Mimi pingsan di kamar mandi.

Hampir 2 jam lamanya beliau tdk siuaman, malah Mba Mimi sempat dibawa ketempat praktek bidan yg kurang lebih berjarak 500 meter dari rumah.
Kala terbagun Mba Mimi langsung menangis sembari memeluk Ibu, diceritakan kejadian yg dialami, sudah pasti kami yg mendengar cerita itu menjadi merinding, tapi tdk bagi ibu.
Ibu malah memarahi Mba Mimi, serta anaknya yg lain.

*Ga Ada Hantu Hantu... Pocong .. Ga ada itu* bentak ibu kesal mendengar cerita Mba Mimi
Wajar ibu memarahi kami kala itu, mengingat rumah itu dibangun dari jerih payah Bapak yg bekerja membanting tulang.

Ibu tidak mau cerita mba mimi malah membuat beban bagi bapak, apalagi membuat kami engan untuk tinggal disana.
Malam itu kami kembali dengan mencoba melupakan kejadian yg menimpa mba Mimi.

Malam semakin larut, jam hampir menunjukan jam 11 malam, bapak blm jua pulang, namun tak heran karna memang beliau sering pulang larut malam guna mengurusi pekerjaan nya.
Seperti yg sudah diinformasikan sebelumnya, kamar ini memiliki 3 kamar, 1 kamar untuk bapak dan Ibu beserta aku yg baru lahir, kamar tengah diisi oleh Mba Mimi dan Mba Nur, dan kamar paling pojok dihuni oleh Mas Karto, Dio dan Sura.
Berhubung bapak blm kembali, ibu dan aku akhirnya tidur bersama Mba mimi dan Mba nur, terlebih saat itu Mba Mimi pun masih trauma dan merasa ketakutan.
Belum sejam kami terlelap,

*Dor...Dor....Dor....
Buk.... Buk...... buka pintu buk*

Teriak ke 3 saudara laki laki ku serentak, yg membuat kami terbangun.

Tak khayal ibu semakin pusing, 3 anak lelakinya tungal langang lari menuju pelukannya.

*Kalian kenapa? Tanya ibu.
*Po... Pocong buk* Jawab Mas Dio terbatah,
*Iya buk* kata Mas Karto menambahkan.

*Kalian semua kenapa sih, sedari tadi pocong pocong, klu bapak dengar pasti sedih, ga ada pocong*
balas ibu kembali marah pada saat itu.
Dari penuturan Mas Dio, terungkap bawasanya mereka juga sudah terlelap, namun Mas Dio terbangun, karna mendengar ketukan dari arah jendela, ketukan itu berkali kali yg akhirnya membuat Mas Dio membangunkan Mas Karto dan Mas Sura.
Tidak ada 1 pun dari mereka yg sebenarnya berani untuk membuka jendela itu dan melihat siapa yg mengetuk diluar sana, malah mereka berhimpitan saling berpengangan karna rasa takut yg teramat sangat.
Hingga apa yg tdk diharapkan terjadi, jendela itu terbuka lebar dan menampakan sosok pocong seperti apa yg digambarkan oleh Mba Mimi, hal tersebut lah yg membuat mereka berhamburan dari kamar itu.
Namun aneh terasa, Tatkala ibu mengecek kamar terkait, jendela tertutup rapat dan tidak ada hal ganjil seperti yg dikatakan oleh anak anak nya, bahkan ibu mencoba memberanikan diri berkeliling rumah dengan penerangan seadanya demi meyakinkan semua baik adanya.
Mudah di tebak, hari pertama tinggal dirumah itu, kami habiskan dengan mengelar tikar serta tidur bersama di ruang tamu, begitulah Mba Mimi setidaknya menceritakan kejadian itu beberapa tahun kedepan saat aku mulai beranjak dewasa.
Diawal perpindahan tidak semua anggota keluarga inti menetap dirumah baru kami, Mas Karto dan Mas Dio masih tinggal di rumah eyang, karna pada saat itu mereka duduk pada bangku kelas 3 SMA dan kelas 3 SMP>>>
>>> Sementara Ibu jua harus kembali menjaga warung kopi ditemani dengan diri ini yang pasti dibawa kemanapun beliau berada, dengan kata lain biasanya bila weekend menjelang kami akan pulang ke rumah.
Sementara Bapak, belum tentu arah melintang, memang beliau lebih sering tidur di rumah, tapi tetap saja kehadiran beliau kembali ke rumah tersebut selalu larut malam, dan tak jarang jua bapak menginap di rumah eyang bersama yg lain.
Menilik akar masalah tersebut, dapat diartikan dengan malam mencekam bagi ke 3saudara/I yg notabanenya sudah menetap dan beraktivitas di rumah itu, terutama bagi Mba Mimi yang menjadi perwakilan untuk melindungi adiknya Mas Sura dan Mbak Nur.
Kekwatiran bagi mereka menjalang langit berubah hitam, sebagai petanda hal yg kasat akan kembali beraktivitas, Kala malam mulai menampakan diri, mereka segera bersiap mengunci pintu, dan mengurani aktivitas, terutama yg menyangkut kegiatan di dapur atau kamar mandi.
Ember hitam selalu  diletakan tepat di dalam 1 kamar yg ada disana, bukan sebagai jimat tuk menangkal, tetapi wadah tuk berhajat, semua dilakukan karna sangkin takutnya diri itu beranjak ke kamar mandi, terlebih untuk semua teror horor yg menghantui mereka.
Sama seperti malam itu, Hujan turun dengan derasnya, aliran Listrik yg padam, semakin membuat mereka duduk berhimpit berteman dengan sebatang lilin menyala sebagai penerang di malam yg mencekam.
Kilatan Guntur hadir membawa cahaya memantulkan sekilas gambaran apa yg ada disekitar, Mba Nur terbelalak, bulu kuduknya merinding, sembari memegang tangan Mba Mimi dengan kencang, Bocah perempuan itu samar melihat sosok Pocong hadir diantara mereka.
*hiksssss..Hiksss.. Takut Mba* Ucap nya kecilnya menangis merengek kepada Mba Mimi.

Mba Mimi dan Mas Sura mencoba menenangkan Mba Nur yang malang, belum sempat rengekan dari adik kecil itu diredam oleh mereka.
Suara Gedoran keras menghujani pintu di tengah hujan yang tak jua berhenti, menjadi bait horor yg semakin menengelamkan mereka.

*Brakkk… Brakkk…. Brakkkk,,, Brakkkkkk…..*

Suara itu terus berdentum kasar, tanpa ada sepatah kata terucap dari orang yg mengedornya.
Nur semakin histeris tangisnya bersaing kencang dengan gedoran pintu malam itu.

*Udah dek, ada Mba sama Mas Sura* kata Mba Mimi coba menenangkan.

*Takut mba, Nur ga mau di rumah ini* Tangisnya trs sembari tangannya menunjuk kearah kiri, arah menuju dapur.
Pelan Mbak Mimi dan Mas Sura menilik kearah dapur sesuai dengan ayunan arah Nur yg sedari tadi berusaha menyadarkan mereka.

Samar dalam kegelapan sosok pocong itu berdiri di depan pintu arah menuju belakang.

Sontak membuat mereka ber 3 shock, masuk kedalam balutan selimut.
Mereka bergedik, sambil berpeluk erat 1 dan lainnya, entah berapa lama mereka bersembunyi di dalam selimut itu, sesekali baik Mas sura dan Mba Mimi merasa ada yg menepuk tubuh mereka dari luar selimut itu.
Suara erengan samar terbesik, kian menambah kisah seram nan mencekam.

*Mi.. Mi...Sur... Nur....* ucap sosok itu menjabar satu persatu nama mereka.

Isak tangis mereka ber 3 pecah, kala selimut yg dipakai ditarik paksa dari gengaman tangan.
Tidak ada skenario tambahan layak nya bantuan difilm film.

Berjam lamanya mereka menangis menahan rasa takut, selama itu juga sosok pocong itu menebarkan teror, sampai 1 per 1 mereka terlelap lemas, entah pingsan atau lelah, mereka tertidur dalam kondisi saling berpeluk.
Kilau pancaran matahari yg sudah masuk menembus celah rumah belum membuat 3 anak pak Agung tersadar.

Hari itu tdk ada seorang pun diantara mereka yg berangkat sekolah, semua tepar dengan kondisi demam yg menyerang tubuh, apalagi nur, dia mengigil blm sadarkan diri.
Pasca kejadian, rumah itu sempat dikosongkan, kami sekeluarga kembali kerumah Eyang, terlebih semenjak kejadian itu Mba Nur sering sakit sakitan.
Dan yg lebih menakjubkan, kakak saya yg 1 ini sempat menjadi anak indigo, beberapa kali dia berkata ngelantur, menjelaskan rupa rupa demid yg ada disana.
**********
*sebentar saya gambarkan desain halaman disana, dan rupa rupa demid penghuni rumah itu*
**********
Maaf gambarnya bocah tenan, tapi lihat nomornya saja, sampai 2008 kondisi pohon nya masih sama, yg beda hanya sudah banyak warga yg membangun rumah disana.
Sudut pandang Mba Nur di tahun 90 an.
Image
no 1 Pohon Mangga , no 2 posisi pohon rambutan = isi nya kuntilanak yg suka ganggu (saya di masa mendatang berhubungan dgn doi), doi biasanya di situ.

posisi no 3, pohon sawo= ada pocong yg suka menampakan diri, tapi bukan pocong yg suka menebar teror.
No 4, posisi 2 pohon rambutan, gak tau apa demid yg sama dengam pohon rambutan di depan rumah atau beda, isinya demid kuntilanak juga.

No 5, kumpulan bambu, taukan sosok apa yg deman disana? sosok gedek besar, badan hitam buluan alias gendruwo.
Di bagian 6 jejeran pohon kelapa dan nangka, kalau kata Mba Nur, nenek dan anak perempuan sesuai dirinya, suka menampakan ujud dengan wajah pucat, dan paling membuat Mba Nur Bergedik.
Nah pocong yg paling horor itu dimana, di dapur, alias dekat posisi kamar mandi, Tau kenapa ????
Usut punya usut kata orang pintar yg sempat dibawa bapak, dan omongan Mba Nur, ada 3 makan di lahan bekas ladang tersebut, dan bapak pun baru tau kala itu, karna sewaktu bapak membeli kondisinya hanya lahan kosong dengan pepohonan yg tadi saya katakan.
Dan tdk mungkin melakukan pembongkaran untuk rumah yg sudah full dkeramik, terlebih dana juga sudah all in untuk pembangunan, selai itu, hasil interaksi org pintar yg dimintai tolong bapak, juga tidak mengetahui pasti posisi makam itu.
Sementara Mba Nur? hanya mampu melihat namun tak berani berinterasksi, setiap hari ucap ibu menjabarkan pada ku, Mba Nur selalu saja memberitaukan pada kami soal sosok menyeramkan diarea rumah, malah kakak sring kesurupan, yg ujung nya membuat dia gampang sakit.
Balik lagi kecerita horor rumah itu, banyak kejadian horor yg terjadi selama rumah itu kami tempati, dari yg sangat horor, heroik dan mungkin dapat dikatakan komedi.

Dan untuk cerita ini benar real alias kejadian nyata yg terjadi di keluarga kami,
Nah saya mulai dari kisah Mas Karto, ada beberapa ganguan mistis yg pernah dialaminya selama disana, namun 2 sangat membekas diingatan.
Kala itu suara ketukan intens terdengar, saat yg lain sudah terlelap mas karto malah masih melek dan menahan rasa takut, akan ketukan yg sedari tadi memangil namanya.

*Tok.. Tok... Tok...
To... To... buka jendela nya to* begitulah suara yg dia dengar dari balik jendela kamar
Dan tau apa yg terjadi, Eyang saat itu terlihat berjalan keluar, pintu kamar yg tdk terkunci membuat Mas Karto dapat melihat beliau.

*Eyang mau kemana* Tanya Karto pada beliau.

*Ngusir demid, kasian adik mu* Jawab eyang padanya.
Karna penasaran Mas Karto ikut menemani beliau, walau sebenarya ada ketakutan dalam dirinya, tapi tetap dia beranjak bersama menuju ke halaman samping, klu pada gambar pergi ke posisi no 3.
Sesampainya disana,, tdk ada pemandangan aneh, bahkan sosok yg sedari tadi meneror jua tdk menampakn ujut.
Tapi tunggu dulu, suara tangis tetiba terdengar jelas di kuping, suara yg bersumber dari balik pohon sawo.

Tau apa yg dilakukan eyang?

Menyamperi suara itu bermodalkan cahaya petromak,

*Seram dan malu aku dek kalau ingat itu * Kata Mas Karto mendeskripsikan suasana
Mas Karto hanya menunggu dekat jendela, sementara eyang menulusuri 1 per satu dari 3 pohon sawo yg berjejer itu hingga eyang berhenti, dan mengangkat petromak itu mengarah pas di wajah demid pocong biadab itu.
Cahaya petromak menyinar jelas wajah demid itu yg hancur, Karto gemetar hebat namun tdk dengan eyang.

Dengan gagah nya eyang malah berujar.

*Aku ngak gangu kau, jangan gangu keluarga ku* bentak eyang kala itu, dimana seketika sosok itu menghilang dari hadapan eyang.
Dilain pengalaman Saudara kandung tertua saya itu terjadi kala, beliau baru lulus dari jenjang SMA.

Sebagai remaja tanggung yg dalam masa beranjak dewasa, dirinya juga tdk luput dari kenakalan ringan.
Saat itu rasa asem di mulut , membuat Mas Karto nekat menuju belakang untuk melepas penat, menghisap sebatang rokok yg ada disaku baju.
Melawan rasa takut karna rasa sakau yg sudah merasuk di tubuh, sendiri Mas Karto beranjak, mencari tempat bernaung di selah pohon rambutan yg ada di belakang rumah.

Wajar dia bersembunyi, karna bila bapak sampai tau, maka bercakan tali pingang pasti siap diayuhkan ke tubuhnya.
Bapak memang perokok berat,tapi sangat mengharamkan bagi anak nya untuk menyentuh rokok, dan bapak pernah marah besar kala mendapati Mas Karto merokok di dekat rumah eyang, dan membuat Mas ku itu harus mendapatkan cambukan tali pingang dari bapak.
Sembari jongkok dibawah rimbunnya pohon rambutan, perlahan dia menghisap rokok itu, angin yg bertiup pelan membuat dia semakin nyaman dan melupakan hal hal goib umyg sering merendung rumah tersebut.
Sampai sesuatu jatuh menghantam kepalanya.

Pluk...

Mas Karto kaget, dan sempat menjatuhkan rokok dijari tangannya, mata nya menilik sesuatu yg baru jatuh menimpa kepala, hanya sebuah rambutan pikirnya sembari memungut rokok yg jatuh dari jemarinya
Diraihnya kembali rokok itu,

Plug,..

kembali sesuatu jatuh dan mengenai bagian tubuh nya.

Mas Karto kembali kaget, dan mulai merasa ini bukan satu kebetulan, dirungkan niat kembali menikmati rokok itu, wajahnya pucat, padahal blm ada demid yg menampakan diri.
Dia berlari hendak masuk kedalam rumah, namun langkahnya terhenti kala suara bapak memangil,

*ngerokok kau ya* Ucapan mirip suara bapak yg berasal dari arah belakang.

Mas Karto diam, dibalikan nya badan menghadap arah suara itu.
Bukan bapak yg ada, tapi sosok pocong yg selama ini mengangu di dalam rumah.

Kaki mas karto terasa lemas, gemetar di sekujur tubuh, blm siap batinnya melihat penampakan itu.

Kepala pocong tersebut jatuh, mengelinding kebawah tanah.

*Aaaaaaaaaa Se... Setaaaan*
Teriak Mas Karto.
Lain hal nya Mas Karto, di hari yg sama dengan kejadian tersebut, Mas Dio juga mengalami ganguan horor yg cukup membuat bulu kuduk merinding.

Bagaimana tidak, sedari tadi Mas Dio asik berbicara dengan Mas Karto di kamar, suara teriakan itu mengagetkan Mas Dio.
*Teriak siapa itu Mas, kok mirip suara mu* Tanya Mas Dio padanya.

Mereka ber2 beranjak, begitu juga dengan ibu dan saudara lainnya.

Didapati Mas Karto berkeringat dingin, lululantah masuk kedalam rumah dengan wajah pucat ketakutan.
Melihat Mas Karto ada di depan matanya, jantung Mas Dio sontak berdetak kencang.

*Asemmm* Spontan ucapnya takut, Mas Dio langsung menoleh kebelakang, dan samping, dia langsung merinding kala menyadari Mas Karto yg asli adalah org yg saat ini ada di hadapan mereka.
Mas Dio saat itu langsung menceritakan kejadian itu, yg semakin membuag kami ketakutan.

*Kamu dari mana Mas? kok ada disitu? trs yg di kamar siapa?* tanya nya membabi buta.

*Hus....,siapa yg di kamar, ngaur,
Aku lari lihat pocong* ucapnya membalas.
Keringat dingin membasahi dahi dan tubuh mas dio, terus siapa yg dikamar bersama ku ? tanya nya dalam hati, bulu kuduk nya merinding, karna sedari tadi dia merasa bersama mas karto berada di kamar itu
Dan Mba Nur menjadi penutup cerita horor kala itu, Tangannya tdk lepas memeluk ibu, dia menutup mata ketakutan, selang kejadian yg baru menimpa Mas Karto dan Mas Dio.
Disaat mas Dio mencari pembenaran bawasannya dia bersama Mas Karto, Mba Nur malah keceplosan berkata dia masih disamping mu Mas Dio.
Ibu kembali marah, ayat ayat keagaman di khotbahkan pada kami, yg langsung membuat semua anak nya terdiam engan untuk membahas kejadian mistis itu.

Tidak ada acara gelar tikar tidur bersama, semua kami dipaksa masuk ke kamar masing masing
*Sudah tidur dikamar, saban Hari kok Pocong, kuntilanak saja yg dibicarakan* cibir ibu pada kami dengan sedikit kesal.
saweria.co/Algacain

kali ada yg mau berbagi, mongo, all dana yg dikasih akan dibagikan kepada yg membutuhkan.

Hatur Tq.
Salam Hi..Hi..Hi...
Pasca kejadian tersebut rentetan pristiwa horor semakin intens terjadi pada malam hari, hanya saja tdk lagi mencekam seperti apa yg pernah terjadi sebelumnya.

Ganguan hanya lebih kepada suara Aktivitas seseorang yg ada di kamar mandi yg hampir setiap malam terdengar.
Selain itu, ganguan lain yg sering terjadi ialah matinya lampu secara tetiba, bahkan untuk lampu yg ada di luar rumah bagian belakang, dalam sebulan bisa 3 hingga 4 kali diganti.
Dan yg paling tidak menyenangkan, ganguan bau busuk yg kerap tidak mengenal waktu, yg kerap kami cium dirumah itu.
Mba Nur yg paling peka dan dapat melihat mereka jua mulai terbiasa, dia mulai berani untuk menatap sosok sosok demid tanpa harus menutup matanya.
Namun hal itu ternyata berdampak buruk, Mba nur malah menampakan gelegat aneh, dia sering berbicara sendiri, dan puncak nya Mba Nur sempat menghilang 2 hari lamanya.
Asap terlihat mengepul dari arah dapur, tampak ibu yg sedang mempersiapkan menu makan malam di sore hari itu.

*Kak... Kak Nur* pangil ibu padanya.

Ibu hendak meminta tolong dirinya untuk turut membantu aktivitas saat itu.
*Iya buk* jawab Mba Nur dengan segera menghampiri ibu di dapur.

*Tolong angkat jemuran ya* ucap ibu yg langsung dikerjakan dengan sigap oleh mbak nur.

Ibu yg saat itu sibuk dengan msakannya, melupakan anak nomor 5 nya, hingga ibu baru tersadar kala semua urusan di dapur selesai
Dalam benak ibu, Nur sedari tadi sudah masuk dengan membawa pakaian yg dijemur di belakang rumah.

Karna dari tadi ibu merasa ada seseorang yg mungkin nur berlalulang di dapur.

*Nur.. * teriak ibu mengema memangil namanya, ibu sempat kesal melihat pakaian yg berjatuhan di tanah
*Anak ini* ujar ibu mendumel, sembari menyari nur kedalam kamar.

Namun setelah semua rumah ditelusuri, ibu tak jua menemukan mba nur, ibu mulai panik, sembari mengendong diri ku, ibu mencari disekitaran rumah bahkan hingga keluar rumah.
Tetapi Mbak nur tidak jua ditemukan saat itu, malam tiba keluarga panik, ibu terus menangis, kwatir akan keberadaan anak ke 5 nya. pencarian yg semula dilakukan oleh keluarga inti, kini menjadi massal dengan dibantu beberapa warga sekitar.
Memasuki hari ke 2, membawa orang pintar ke rumah menjadi pilihan terakhir, Ibu dan Bapak tidak tau harus berbuat apa lagi.

Terutama ibu yg selama ini paling tdk suka bila keluarga ini membicarakan mistis, malah menjadi org pertama yg mngusulkan bapak untuk menanya org pintar.
Sebut saja Mbah Kiman, nama orang pintar yg dimintai tolong bapak untuk menemukan Mba Nur kala itu.
Bermodalkan bunga kembang, menyan dan beberapa ornamen perdukunan, Mbah kiman mulai mencari Mba Nur secara goib.

Asap dari menyan yg dibakarnya, membuat ruang itu pengap dengan bau yg tidak mengenakan.
Tawa cekikikan langung terdengar, *Hi..Hi..Hi...* Tawa Mba Mimi bergema, dia tertawa tiada henti, setelah dijadikan media perantara oleh Mbah Kiman.

*Kenapa kau memangil ku?* tanya sosok yg ada di tubuh mba Mimi kepadanya.
*Pulangkan anak itu, hanya itu yg aku inginkan* ucap mbah kiman.

*Hi...Hi...Hi..., cucu ku suka dengan anak ini, aku mau menjaganya* ujar demid itu kembali.

Mbah Kiman seperti engan untuk bernegosiasi, seketika air disirimkan Mbah Kiman ke Wajah Mba Mimi.
Seketika Mbah Mimi meronta, berdiri dan mengamuk sejadinya.

Tanganya menunjuk menunjuk ke arah Mbah Kiman, rumah itu seperti berguncang, foto, lemari, kursi tampak bergoyang sendiri, yg membuat semua orang yg ada disana panik.
Malam Off dulu, lagi diuber kerjaan, bsk kita kelarkan kisah ini ya pembaca budiman.

terus lanjut ke cerita mana lagi?
Ruangan terasa remang seiring lampu pijaran cahaya lampu yang mulai meredup.

*Buk bawa masuk anak anak kedalam kamar* Ujar bapak.
Ibu sigap mengiring kami, kecuali Mas Karto, dia tetap berada disana bersama bapak, mengawal Mbah Kiman dalam menangani Mba Mimi yang masih kerasukan.
*Tua Bangka sialan, jangan berpikir kau  bisa mengalahkan ku bedebah* Bentak sosok yang merasuki Mba Mimi.

*Pergi dari tubuh anak itu serta kembalikan adiknya, atau aku bakar kamu saat ini juga* balas Mbah Kiman padanya.
*Hiii….Hiii….. Jangan pikir manusia laknat seperti mu bisa mengertak dan membuat aku takut, Mati engkau tua bangka, Hi..Hi...Hi...*

Hussss.............
Hembusan angin kencang menerpa masuk ke rumah, meluluhlantakan kami maupun benda yg ada disana, lampu padam membuat keadaan gelap gulita, pintu dan jendela rumahpun terbuka tetiba, samar Mimi berlari keluar rumah, yang diikuti oleh langkah kaki Mbah Kiman mengejar.
*Pak, Mimi kabur* teriak Mas Karso.

Tidak ada jawaban, bapak hanya berlari mengikuti Mbah Kiman dan anaknya, Mas Karto terdiam, bimbang harus menanti ditempat, apa turut berlari, mengambil andil dalam pristiwa mencekam.

*Ah..Sial!!!* kata Mas Karto spontan, sembari menyusul.
ber 4 langkah itu terhenti pada deretan pohon kelapa dan Nangka, tida ada lagi Mimi disana, hanya ada Nenek tua yg memandang sinis kepada mereka, samar dikejauhan Karto merasa ada sosok lain, seorang anak perempuan, sesusia Mba Nur, sedang mengintip dari salah satu celah pohon
Hampir 30 tahun peristiwa itu berlalu, namun mas Karto masih saja bergedik, bulu kuduknya merinding.

*Pengalaman paling gilak* katanya kala menceritakan kisah itu kembali.
Kilatan cahaya berwarna merah berterbangan dilangit, suara ledakan terdengar bertubi tubi, yg sempat membuat bapak dan mas karto kwatir akan keadaan di rumah.

*Mas ... Masuk ke rumah cek ibu dan adik mu* ucap bapak.
Karto bingung, karna jujur saat itu untuk melangkahkan kaki beranjak dari bapak dan Mbah Kiman saja dia ragu, dia kwatir malah nanti demid sialan itu akan menjadikan dia target, terlebih sosok yg menyerupai adiknya Nur tak henti menatap kearahnya.
Lama dia berdiri disana, berharap bapak mengurungkan perintahnya.

*Buruan to, ngapain masih disini? lihat ada apa di dalam* bentak bapak yg memaksa Mas Karto lari dengan keringat dingin di dahi.

*Matilah aku* ucap Mas Karto mendumel dalam hati.
* Buk .. Dek....* teriak Mas Karto memangil mereka di tengah kegelapan, dicari nya saklar rumah guna memberikan penerangan, keadaan gelap gulita membuat karto berkali kali mengantuk sesuatu di sana.

Clekkkk... Karto menyalakan lampu, ruang tamu tampak semeraut berantakan.
*Buk... Adek...* Panggilnya kembali sembari mengetuk dan mencoba membuka pintu kamar, namuj tidak ada jawaban sedikitpun yg didapatinya.

Malah dirinya terkaget oleh hantaman pintu depan yg tertutup secara tiba tiba.

Brakkkkk........

*Bukkk... buka pintu, dek....* teriak karto
Mas Karto sangat ketakutan, karna hanya dia yg berposisi sendiri, dia tdk tau dimana ibu dan adiknya, sementara bapak dan Mbah Kiman ada di luar..

Karto makin kencang mengedor pintu, seiring bau busuk yg kembali menyegat hidungnya.

Dan
zzzZzz..... Lampu kembali padam
Mas Karto terdiam, kakinya lemas, dia berjalan pelan mencoba kembali meraih saklar lampu.

ditekan nya kembali saklar itu, lampu menyala dengan pocong berwajah seram ada tepat di hadapan.
*Apes benar dah* ucapnya sembari mematikan lampu,

*pergi napa cong* candanya penuh rasa takut.

Mas Karto lemas, terduduk dengan tawa cekikikan, menghibur dirinya dari rasa takut, terlebih celananya basah dari air seni yg mengalir tanpa dapat dia tahan.
Dia terduduk sembari memegang kaki, dan menutup matanya rapat rapat, tubuh nya tak henti menggigil.

Krek...

Pintu itu terbuka, dia rasakan lampu kembali menyala, namun mas karto blm berani membuka mata.
Sebelum 1 panggilan terdengar di kuping nya.

*Karto ngapain kamu?* tanya bapak yg saat itu sedang mengendong Mimi sementara Mbah kiman tampak mengangkat nur.

Karto sedikit tenang, di sedikit mengesot, berusaha mengelap tetesan air dilantai yg berasal dari air seninya
Tidak ada yg mengetahui apa yg terjadi pada malam itu, baik bapak dan Mbah Kiman seperti engan untuk bertutur, yg pasti pasca kembalinya Mba Nur dan Mba Mimi, keesokan hari nya kami kembali tinggal dirumah eyang.

Apakah rumah itu dijual? tentu tdak.

Trs bgaimana kelanjutannya
Sabar nape Om tante, ini lagi diketik detail demi detail nya, retwet aja dlu, like aja dlu, follow aja dlu.

Nanti kala senja mulai menyapa kita lanjut lagi kisahnya sampai kelar.

Puas ga tuh....

Hatur tq.

Salam Hi... Hi...Hi....
Nah begitu kan enak, jangan melulu bergedik baca cerita horor, sekali kali ada tawanya, senyum dikit dunk.

Stay until finish ya. Malam Kita gas sampai kelar ya sahabat nyata.

Salam Hi..Hi..Hi..
Setelah kembali bernaung di rumah eyang, segala kisah horor pun terhenti, perlahan Mba Nur juga kehilangan kemampuan untuk dapat melihat dunia goib.

Rumah itu dibiarkan kosong, dan hanya sekali kali kami datang ke sana untuk sekedar memanen buah buahan atau bila mana ada acara.
Ok kini tiba giliran saya masuk kedalam cerita ini, awal mula bagian saya mengambil andil dalam teror teror mencekam.

Di awal tahun 2000 ada acara keluarga yg diselengarakan di rumah itu, acara ini kental dengan silahturahmi bagi sesama fam, dan cukup banyak keluarga yg hadir.
Tidak hanya keluarga inti dari ayah, tapi juga keluarga kerabat yg seutuhnya berasal dari keturunan 1 trah nenek buyut, (keturunan bapak dari eyang #mbah buyut kah namanya?) juga ambil andil dan hadir disana.
Kurang lebih 100 orang datang dalam acara kumpul temu itu, suasana sangat meriah dan ramai, tawa canda terdengar dari ujung depan hingga belakang, keluarga larut dalam suka cita dalam sesaat.
Sore tiba, langit menghitam, beberapa saudara berpamit pulang,dan hanya menyisakan saudara inti dari bapak, bapak merupakan anak ke 2 dari 4 saudara, tante yg diawal cerita jua hidup dengan eyang merupakan anak pertama, sementara adik ke 3 nya memiliki 5 orang anak
yg pada saat itu turut datang semua, untuk adik terakhir bapak, sudah lama berpulang dan sempat saya ceritakan pada threat firasaat bagian 1, udah pada baca belum..

jadi kisah ladang tebu, firasaat bagian 1 dan threat ini memiliki benang merah kusut yg akan kita urai 1 per 1.
Balik ke cerita lagi, malam itu menjelang malam tiba, ibu dan adik ipar serta eyang disibukan dengan keadaan dapur, sementara bapak dan dan adiknya asik berbincang di teras depan bersama beberapa sepupu ku yg sudah dewasa, kala itu aku baru berumur 11 tahun.
Sementara diri ini hanya jadi pengekor ibu, ya bisa diblang saya sangat anak mama banget dalam kamus milenia saat ini.

Masih teringat di ingatan ku, kala tante ku (istri dari paman adik bapak) tetiba berdiri, lama dia berdiri tanpa sepatah kata,
Di tangannya sebilah pisau tergengam, bukan karna mau melakukan tindak kriminal, tapi karna awal nya tante ku ini sedang memotong sayur sayuran, matanya tajam melotot eyang dan ibu.
hampir 10 menit, hal itu terjadi, hingga ibu berkata *ke depan dek, panggil bapak mu* ucapnya pada ku.
Belum sempat aku menyampaikan pesan kepada bapak, teriakan tante sudah terdengar kencang,

*pergiiiiiii kalian semua dari rumah ku!!!* begitulah ucapan yg ku dengar di ruang tengah.

Suara itu sontak langsung membuat bapak dan paman masuk, menanya prihal siapa yg berteriak
*Tante keserupan kayaknya pak*
ucap ku spontan, yg membuat bapak dan semua yg ada disana langsung menuju ke arah dapur.

Keadaan kian mencekam, tante menarik jaipongan, sembari tangannya masih mengengam pisau itu.

Paman mencoba mendekat, malah acungan pisau yg didapatinya
*Jangan coba coba kamu, Hi..Hi..Hi..* bentak tante dengan pandangan melotot ke arah paman.

Seketika paman terdiam, engan melanjutkan langkah.

*Permisi, Kamu siapa yg masuk kedalam tubuh adik ku?* tanya bapak kepada sosok itu.
*Hi..hi...Hi... Pemilik tanah ini,*jawab tante.

Kami sekeluarga notaben nya sudag memahami keadaan, karna bukan kali pertama mengalami pristiwa seperti ini, hanya saja waktu itu tidak ada lagi Mbah Kiman.
Tidak ada seorangpun diantara kami yg memahami dunia perklenikan.
Saat itu bapak hanya menyuruh kami agar menjaga tante, tanpa melakukan apa apa, selagi bapak pergi mencari bantuan kesekitar.
Selama bapak pergi, demid yg merasuki tante tidak berhenti memaki dan memarahi kami.

Inti dari omongan nya tak lain hanya mengusir kami, karna sudah mengotori rumahnya selama bertahun tahun.
Dimana akhirnya kami mengetahui satu kebenaran, bahwa kamar mandi yg ada disana, ternyata merupakan makam pocong yg selama ini sering menampakan diri pada kami, yg membuat pocong itu selalu terusik apa bila ada kehidupan manusia di rumah itu.
Sejam lamanya hingga akhirnya bapak kembali dengan membawa seseorang, yg sepertinya Ustad, dan berkat doa doa dari beliau, demid itu dapat diusir dari tubuh tante.
Singkat cerita pasca kejadian itu kamar mandi yg ada saat ini ditutup, tapi tdk memungar belulang yg ada di dalamnya.. kenapa ?
pernah bapak coba memindahkan j
jasad itu, tapi nihil hasil, ada asumsi jasad itu berada di dalam sumur yg ada di kamar mandi.
Jadi di dalam kamar mandi itu ada sumur sedalam 15-20 meter, yg dibuat sebagai sumber air, sebelum ada nya jaman jetpum atau PAM.

Bapak yg memang sedari awal tdk mengikuti prosesi pembangunan jelas tdk mengetahui apa apa.
Dan Setelah kamar mandi itu disegel serta dipindahkan, apa semua menjadi aman?

tentu saja tidak. pocong itu masih ada hingga sekarang, yg membedakannya kami lebih terbiasa dan bisa hidup berdampingan dengan demid sialan itu.
Terus kisah ini kelar, ya engak lah, masih ada satu kisah lagi yg terjadi pada saya selaku narasumber cerita kali ini.

Kjadian itu di tahun 2004, tepat nya sewaktu saya duduk di bangku kelas 1 SMA. Kisah kelam yg terjadi sebelum tragedi horor lahan tebu yg sudah nimbrung di awal
Kami itu dulu 5 serangkai, sudah kayak apaan, dimana selalu bersama disetiap saat, sebut saja, rio, eko, darto, gilang dan saya (idho).

Saya lupa kejadian itu dibulan berapa yg pasti saat itu malam minggu, dan kami ingin menghabiskan hari dengan beberapa botol cairan penghangat
You now lah what i mean? namanya juga remaja dengan segudang kebobbrokan, sudah pasti kelakuan nyeleneh yg akan dikerjakan.

Entah apa yg ada di otak kala itu, hingga tercetus ide untuk memakai rumah itu sebagai sarana berbuat nakal.
Sebentar, aku ingin tertawa.

Hi...Hi...Hi.....

Aku merasa malu, mengingat kejadian itu, akibat gaya, malah bikin bahaya.

coba meoleh sesaat ke atas, di arah lemari baju mu, dia pasti tertawa dan senyum melihat diri mu membaca tulisan ini.
Saya gambarkan dulu keadaan saat itu ya, jadi rumah itu memang ga pernah ditempati rutin oleh keluarga, hanya sesekali bahkan setahun bisa dihitung dengan jari kami pergi kesana.

Bapak menitipkan kunci pada Lek iwan, orang yg dipercaya untuk bersih bersih dan menjaga rumah itu
Rumah Lek iwan ini kurang lebih berjarak 1 km dari rumah itu, jadi kalau kami mau ksana ya tinggal mnta kunci kepada beliau.
Kami tiba disana sekitar jam 4 sore dengan berbagai perbekalan yg siap membuat kami tidak sadar kan diri, aku sebagai tuan rumah sudah menceritakan prihal keangkeran rumah ini, buka mau menakuti, tapi lebih baik ku katakan sejujurnya dari pada nanti dari pada, ya gak ya gak !!!!
Sampai jam 9 malam semua berjalan kondusif, angin semakin kencang berhembus dengan sedikit butiran hujan yg menemani.

Eko bertugas menyeduh kopi di dapur, namun belum lama dia disana, dia telah kembali menjumpai kami tanpa membawa kopi hangat yg diharapkan.
Wajahnya tampak pucat, dia langsung duduk ditengah tengah kami, tanpa sepatah kata pun.

*kesambat ko?* tanya darto disertai tawa oleh kami semua.
Masih ingat denah rumah kan? tempat dimana almarhum eyang menyinari wajah pocong,

Nah di posisi itulah kami bernaung, sembari bermain gitar dan mulai menghangatkan badan dengan seteguk demi seteguk minuman yg khas cuaca cuaca eropa.
Hingga satu kelakuan konyol Gilang, membuka lembaran teror malam itu . Dibakarnya 2 batang rokok, sembari meletakan 1 di pohon sawo dan 1 lagi dihisap nya.

Gumpalan asap ditiupkan nya dipohon itu.

*Mari kesini Mbah, Minum sama kami* ucapnya yg pasti membuat kami bergedik.
Tidak ada seorangpun yg merasa nyaman akan kelakuan Gilang, apalagi eko, yg malah terkesan ngambek.

*Udahlah pulang saja kita*ucap nya tetiba selang dari apa yg dikatakan gilang.
Eko terlihat semakin tdk dapat melawan rasa takutnya, apalagi maaf yg terucap dari mulut gilang, tak ubahnya hanya hinaan yg kian memperburuk suasana
Brakkkk.....
Sebuah Nangka jatuh pas disamping Gilang, yg berdiri dibawah pohon sawo itu.

NANGKA? IYA BENAR NANGKA.

BESARNYA KURANG LEBIH 2-3 KG.

jatuh dari pohon sawo saat itu.
Ke 5 wajah kami pucat apalagi gilang dan eko.

Nangka do? tanya darto pada ku, sekejam langkah kaki 1000 terjadi, tongkrongan itu bubar dengan kecepatan 300 km/jam, menuju kedalam rumah.
Semua wajah ngosngosan karna kejadian itu. terlebih eko, seperti orang yg sudah kesurupan, hanya terdiam di dalam rumah, dengan badan yg mengigil.
Sempat keadaan hening, tanpa ada yg berkata kata, dan saat itu eko, tertidur seperti orang sakit yg membuat kami sedikit panik.
Dan Gilang serta Rio yg menjadi tumbal untuk membeli obat warung seadanya, karna malam itu eko terus mengigil dengan suhu tubuh yg mungkin demam.
Hal yg terjadi dikemudian iyalah pulangnya Gilang dan Rio dengan berlari kedalam rumah. tanpa sepeda motor, alasanya dijegat kuntilanak, dan motornya masih tergeletak di pingir jalan, yg terpaksa membuat aku dan darto, kesana guna menyelamatkan motor itu.
Maaf rada susah saya menjelaskan keadaan, karna semua teman baik ku terkenal teror.

Ok saya runtut dulu.
1, Eko bertemu pocong itu di dapur kala hendak membuat kopi.

ke 2, dia kembali melihat sosok itu dipohon sawo, namun engan berkata kata, dan dari penuturan eko, sosok itu >
< marah karna perlakuan gilang.

tapi yg ga sampai pikir kenapa yg jatuh nangka, besok paginya kami kembali melihat buah itu tidak ada, jadi dapat dipastikan teror kemarin benar goib.
3, sampai di dalam rumah sosok itu tetap meneror eko, dan membuat eko malah sakit, sangkin takutnya.
4, Rio dan gilang mengalami hal naas lainya, dimana motor itu mogok ditengah jalan, awal nya mereka ttap memaksa membawa motor dengan cara didorong, tapi terasa berat dan harus mengunakan tenaga ke 2 nya.
Disini gilang menjadi pendorong di bagian bekakang,dan yg memegang stang rio, baru beberapa meter motor itu didorong, sangkin berat nya, Gilang melihat ada sosok yg duduk diatas motor itu, dimana matanya melihat pocing dengan perujutan muka yg gosong hitam dan penuh luka.
Gilang langsung berlari meningalkan rio, rio masih bimbang, dan kwatir motor nya raib, terpaksa di masih mendorong, namun hanya sesaat sebelum bau bunga melati, dan penampakan sosok kuntilanak yg memangil dirinya dari arah samping.
Seketika itu juga yg ada dipikiran rio kabur menjauh dari sana, dia sudah tdk perduli seandainya harus kehilangan motor.
Nah bagian Darto dimana? tdk secara langsung, di jam 3 kami terbangun karna suara merintih darto, kami memangil darto, agar dia terbangun dari tidurnya, dan seketika darto bangun, wajahnya penuh dengan keringat.
Dia langsung bercerita sedang di seret oleh 2 kuntilanak (entahlah, aku tdk dapat memastikan itu kuntilanak penunggu pohon rambutan apa tidak), dan uniknya ke 2 pergelangan tangan darto berwarna biru seperti memar, seolah pristiwa itu benar terjadi.
Sama seperti cerita Mas dan Mba ku, malam itu juga tdk ada yg mengunakan kamar, semua tidur berhempetan di ruang tamu, dan mengenai acara mabuk mabukan yg kami wacanakan, semua gatot dan tidak ada yg berani melanjutkan aksi.
Dan sampai saat ini teror itu masih terjadi, hanya saja seperti yg saya katakan keluarga kami sudah mulai terbiasa hidup berdampingan, walau sesekali rasa takut masih ada.

Dan Mas dio bersama keluarga kecilnya lah yg menempati rumah itu saat ini.
di tahun 2020, semua lebih baik, banyak komplek baru dibangun disana,fasilitas jalan dan penerangan yg lebih memadai, dan kesan horor akan daerah itu berangsur hilang.

Yg ga hilang apa?
keberadaan pocong itu, masih setia menjadi bagian lain dari keluarga kami.

Tamat

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nyata

Nyata Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nyata74042956

17 Oct
Preman Tarba 2.
(Takdir berkata lain)

Cover by Covermakerapk.

Titip dulu ya jgn lupa RT and Like nya. besok malam di gas nya

@IDN_Horor #bacahorror
#threadhorror #horor
#Thread #seram @bacahorror
#kriminal

#salamhihihi

No comot comot tanpa Izin. Image
Mendung tanpa hujan mewarnai langit dikala senja mulai menyapa, sekelebat awan hitam bersenandung lirih seolah bersedih melihat jenajah terakhir datang tuk dikuburkan.
Read 78 tweets
2 Oct
Sopo sing ngundang sesuk sing nglakoni - Rungokno wonge nyeluk kowe (Siapa yg mengundang kelak akan menjalani - Dengar Dia Memangil Mu).

Sembari tunggu 500 follower, bantu Rt nya ya.

Salam Hi.. Hi...

@IDN_Horor #penikmathoror @bacahorror #horor #bacahorror
@horrorstw #setan Image
Disaat kisah telah berakhir, semua yg terseret nyatanya kembali.

Ssssttt...... Diamlah!!!

Dengarkan dia memangil mu !!!
Alunan nya riuh meregah, seakan mengusik jiwa yg musrik.
Sstttt... Bangunlah!!!

Wahai Jiwa yg terlelap, lihatlah perjanjian sesat yg tak seorang pun akan selamat.

*SEDULUR GETIH*
-Part 2 Teluh-
Read 268 tweets
26 Sep
*Petaka Sungai Serayu*
Iya semua salah ku.

@bacahorror @IDN_Horor @horrorstw @Penikmathorror
#bacahorror #horor Image
Cahaya mentari samar bersinar, seakan malu dengan hempitan langit yg berwarna abu kehitaman.

Saat itu baru jam 6 pagi, namun hujan sepertinya akan turun seiring guntur yg terus berdentum mengetarkan dinding rumah Mbah Dirgo pagi hari itu.
5 bulan lamanya Mbah Dirgo sudah hidup sebatang kara tanpa aktivitas jelas, hari hari nya hanya dihabiskan sendiri, maklum saja istri tercinta nya sudah 2 tahun lalu berpulang, sementara anak semata wayangnya Burhan sudah membina rumah tangga, dan memilih tinggal ditempat lain.
Read 153 tweets
17 Sep
Lo Jual, Gw beli
*Preman Tarba*

Kisah nyata / Nama dan tempat di samarkan.

@IDN_Horor
@bacahorror
#bacahoror
@Penikmathorror
#horor
#threadhorror

Rilis Malam Minggu ya teman teman, bantu Retweet dulu biar semangat gas nya. Image
Seperti biasa dilarang comot mencomot tanpa Izin.

Salam Hi.. Hi.. Hi..
*Kita gelar Sedikit Kisah*
Sisanya esok ketika senja mulai menyapa.
****************************

Setiap tahun pasti ada saja duel maut yg berlangsung di tanah merah ini.
Read 292 tweets
4 Sep
Kamu Harus Mati
*TELUH*

#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor #Penikmathorror #threadhorror #horor #Thread

Gas tipis tipis lagi ketika senja mulai menyapa.
Salam Hi.Hi.Hi.. Image
Saya terima Nikah nya Karina bin Yustria dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 1 juta rupiah.

Sah..

Sah....

Alhamdulilah....
Riuh suara tamu undangan memberikan selamat kepada ku dan suami ku pada pagi hari itu.

Oiya..

Perkenalkan saya Karina Yustika, orang yg akan menjadi korban pesakitan dalam cerita kali ini.
Read 229 tweets
18 Aug
Kala senja kembali tertawa, saat itu pula mereka mendapat PETAKA.

Kisah tentang pembangunan kantor baru yg penuh dengan teror hal hal GOIB.

*KANTOR BARU*

@nyata74042956
@bacahorror
#hororthread
#HOROR
#nyata
#kisah

Rilis tipis tipis ketika senja mulai menyapa. Image
seperti biasa nama dan tempat disamarkan, dan jgn lp follow, share akun ini.

dukungan anda, merupakan boster saya dlm berkarya.
#bacahorror #bacahoror

Selamat ya Mas bro, semoga sukses dan amanah ditempat baru terdengar ucapan satu persatu karyawan memberikan ucapan kepada ku.
Read 67 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(