Thread by @hermansaksono

Apa masalah Cambridge Analytica dan surveillance melalui Facebook? Bukankah microtargeting sudah jamak dilakukan di politik dan bisnis?

Cambridge Analytica mengumpulkan data personality 50 juta orang melalui cara yang tidak etis.

nytimes.com/2018/03/19/opi…

Cambridge Analytica (CA) mengundang 270 rb FB user utk memakai app personality test namanya thisisyourdigitallife. Tapi, selain mengumpulkan data personality, CA jg menyedot data pribadi teman2 si pemakai di FB.

Hasilnya adalah database 50 juta data pibadi pengguna FB.

Parahnya, para pengguna ini tidak tahu bahwa data mereka dikumpulkan secara ilegal oleh CA. Ini tidak etis, dan ini inti permasalahnya.

CA kemudian mengklaim bahwa data ini bisa dipakai untuk (1) memprediksi personality FB user dan (2) untuk microtargeting pesan kampanye di FB.

Klaim (1) masih bolehlah, tapi klaim (2) masih dipertanyakan efektivitasnya.

Klaim (1) nampaknya memakai metode dari sebuah paper PNAS tahun 2015. Tapi akurasi algoritma ini (56%) tidak jauh lebih akurat daripada akurasi prediksi manusia (49%).

pnas.org/content/112/4/…

Tapi apakah dengan memprediksi personality user FB, Cambridge Analytica bisa mengubah pilihan yang masuk ke kotak suara pemilu—i.e., klaim (2)? Menurut sejumlah peneliti, microtargeting tidak (belum) terbukti mengubah perilaku.

theverge.com/2018/3/20/1713…

Menurut artikel itu, ada empat penyebab mengapa microtargeting memakai data digital (Like di FB) tidak terbukti jitu:
1) Prediksi memakai data Like bisa meleset
2) Sumber data lain lebih jitu utk memprediksi pilihan pemilu (mis., partai, pendapatan, tempat tinggal) drpd data Like

3) Daya guna Like untuk memprediksi bisa meluruh sepanjang waktu. Misal, 5 tahun yang lalu kamu me-Like One Direction. Sekarang kamu mungkin udah tidak suka 1D tapi di FB masih tercatat me-Like 1D

4) Sebuah pesan yang di-microtarget juga tergantung konteks. Misal, andai Obama mengatakan X. Efeknya bisa beda dengan Clinton mengatakan X, walaupun keduanya sama-sama mengatakan X.

Dengan berbagai keterbatasan microtargeting digital di atas, jika ada konsultan politik yang mengklaim bisa mengubah perilaku pemilih dengan memakai data FB, kita musti tanya: bukti kongkretnya apa?