Thread by @lexdepraxis

se-trending apa sih perceraian di Indonesia? ini grafik yg saya bikin dari data-data berita. pola jelas makin meningkat, tapi sulit sekali diketahui angka persisnya karena:

a. media massa beritakan angka yang agak variatif, entah salah penulisan atau emg beda-beda konteks/lokal.

b. bukan cuma angka beda, kesimpulannya jg beda. ada yg bilang tahun sekian turun, ada yg bilang tahun itu naik. beda-beda jg kesimpulan naiknya brp persen.

c. angka nasional sulit diukur, data cuma ada di beberapa daerah, itupun biasanya hanya di rentang tahun tertentu.

d. sejauh ini ada dua sumber: Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung dan Biro Pusat Statistik. saya ga tahu apakah mereka hitung masing-masing, atau yg satu ambil dr yg lainnya. saya juga ga tahu angka itu cuma perceraian di Pengadilan Agama atau sudah tmasuk di Pengadilan Negeri.

saya coba kompilasikan sendiri info tingkat perceraian dari beberapa berita, dan berikut angka-angkanya yang saya jadikan grafik tadi..

tautan referensi beritanya ada di facebook.com/page.lexdeprax…

ada 24 perceraian / jam di tahun 2009, 37 jam di tahun 2013, dan sekitar 44 perceraian / jam di tahun 2018..

saya habisin 4 jam utk cari berita, berarti ada setidaknya 176 pasangan yg cerai di saat saya susun post ini..

atau 1 pasangan cerai setelah kamu selesai baca ini.

saya tidak lihai bermatematika, jadi mungkin banget saya keliru hitung angka-angka di atas. namun satu hal yang saya tahu persis sebagai relationship coach yang tiap hari melayani para couples: tren perceraian itu akan terus berjingkat dan melesat terbang tinggi.. 😢

kenapa perceraian akan terus meningkat?

karena masyarakat Indo masih gemar melihat pernikahan (serta beranak) sebagai ULTIMATE LIFE GOAL..

hidup serba susah, ga punya banyak pilihan ataupun kesempatan ngapa-ngapain lagi, jadi pada nafsu ngebut nikah aja.

masyarakat bukan cuma anggap nikah sbg PRESTASI, tapi juga sbg SOLUSI atas masalah kesepian, ketidakbahagiaan, kemiskinan, ketidakdewasaan, ketidakmampuan, keterbatasan, ketiadaantujuanhidup, dsb..

dikira nikah+beranak akan MENJAWAB semua itu.. padahal sih makin MEMPERPARAH. 😆

menikah = menambah beban pekerjaan.. lalu saat beranak, itu menambah segunung kerjaan lagi.

jadi jika semasa lajang aja sepi/pusing/cape/lemot/miskin/kepayahan/gahepi, setelah nikah ya akan BERLIPATGANDA masalahnya.. makanya banyak yang kecele lalu nyerah dan cerai. :)

masing-masing menyalahkan PASANGAN-nya (mis. tidak dewasa, tidak tanggung jawab, dsb) ataupun menyalahkan PERNIKAHAN-nya (mis. tidak harmonis, tidak sesuai standar, dsb)..

padahal DIRI SENDIRI-lah yang salah: otak nafsuan.. pengen cepet nikah atas dasar ngebet membuahi/dibuahi!

makanya di @kelascintacom saya selalu menganalogikan relasi cinta (dan rumah tangga) sebagai perusahaan dan rasa cinta/bahagia sebagai profit: kalau mau dapetin itu, ya keduanya mesti TERUS-MENERUS KERJA/USAHA..

punya perusahaan 'kan ga otomatis jadi kaya. ;)

bikin PERUSAHAAN kan bukan life goal, itu hanya MESIN untuk mencapai life goals. demikian juga PERNIKAHAN harusnya bukan life goal, melainkan hanya MESIN untuk mencapai life goals.. artinya mesti BANYAK+KONTINYU KERJA KERAS setelah nikah.