Profile picture
Zulfikar Akbar @zoelfick
, 28 tweets, 6 min read Read on Twitter
Saat @detikcom mengangkat guyonan @TretanMuslim dan @pardedereza dgn bungkus kemarahan, ada dua penanggap yang menarik perhatian saya di twitter.

Kedua penanggap ini, hematku, cukup mewakili dua alam pikiran menonjol di negeri ini dlm melihat persoalan.
Skrinsut ini mesti dibaca dari kanan ke kiri. Tidak bermaksud meniru kitab suci. Cuma salah posisi.
Bagi saya kedua komika ini tidaklah punya maksud melecehkan agama. Tidak juga bermaksud mengejar popularitas.

Mereka hanya berusaha mempopulerkan bgm melihat agama scr lebih asik walaupun agama mmg berbeda-beda.

Juga bgm melihat perbedaan dgn gembira, bukan marah²an.
@detikcom dalam masalah video kedua komika ini cenderung menggiring pembaca utk melakukan penghakiman atas mereka.

Padahal terlalu berbahaya jika berita detik tsb justru menyulut emosi bbrpa kelompok yang punya sumbu mudah terbakar.
Dalam berita @detikcom ttg kedua komika ini terkesan me-highlight adanya penistaan agama dgn mengacu pd pendapat salah satu pemuka agama yg sama sekali blm tabayun kpd kedua komika ini.

Ini jadi tidak ubahnya upaya menghasut publik utk turut menghakimi sblm melakukan konfirmasi.
Menanggalkan cover both sides menjadi persoalan serius dilakukan Detik.
Aksi mereka dgn video tsb sangat meyakinkan bahwa itu cuma utk mengajak merenungi perbedaan sbg sesuatu yang asik, sesuatu yg saling mengisi, saling melengkapi.

Mereka bs dipastikan tdk punya maksud melecehkan agama, kecuali hanya mengajak merenung lewat guyonan.
Silakan lihat² video mereka yg lain², hanya berisikan ajakan melihat agama dengan cara lebih manusiawi. Tidak ada tendensi pelecehan.
Bahwa mereka punya kegeraman thd tren beragama yg kontradiktif, mmg terasa. Namun toh mereka tdk meluapkan kegeraman itu scr kasar, melainkan mengubah kegeraman atas tren itu dgn guyonan.
Persoalannya mmg mereka berada di lingkungan masyarakat yg semakin gampang terbakar.

Padahal kalau direnung2, bgm bisa mengatakan agama sbg sumber kesejukan jika agama justru makin sering diperlihatkan pemeluknya sbg bensin yang rentan terbakar dan membakar.
Di kalangan sebagian santri ada guyonan semisal "warka'u ma'arroki'ien" yang dipleseti artinya jadi "merokoklah bsm yang merokok," apakah ini juga mau diblg penistaan agama?
Bisa dibayangkan jika utk guyon saja harus mengikuti kemauan kelompok yang tak pernah tertawa.

Takkan ada yang berani melempar guyon. Jadilah negeri yang katanya paling ramah ini berubah jadi negerinya para pemarah.
Mbok, ya tidak perlulah menyempitkan agama dengan kebiasaan apa-apa marah. Jika begini, agama yang katanya dikirim Yang Mahabesar malah jadi terlihat kecil.

Siapa yang mengecilkan? Bukan orang lain, tapi pemeluknya sendiri.
Jika meyakini agama sbg pemberian Yang Mahabesar, semestinya bisa mengekspresikan keberagamaannya dgn pikiran besar, sudut pandang luas, dan tidak cuma tertumpu pd sudut pandang yang sempit.
Banyak yang tidak beragama justru berlomba-lomba membawa manfaat utk dunia dan masyarakat dunia.

Masak yang beragama jadi berkutat pd konsep "bela agama" yang mengawang-awang saja, tidak membumi.

Padahal yang beragama sering mengklaim dirinya lbh baik drpd yg tak beragama.
Cobalah baca-baca cerita humor sufi. Lihat bgm asiknya mereka dalam bertuhan.
Bahkan ada sufi yang saat mendengar suara bahwa dialah Tuhan, sufi ini melawannya bukan dgn ayat ini atau ayat itu saat menyadari ini cuma tipuan setan.

Dia mengambil jalan mengusir setan dgn cara di luar dugaan. Ia mengambil sandal dan melempar ke arah suara itu.
Atau kali lain ada calon sufi diceritakan ikut salat jenazah. Ia diminta jadi imam, lalu justru melakukan salat jenazah lengkap dgn ruku' sampai sujud.

Ia berdalih itu salat jenazah khusus krn jenazah ini terlalu byk dosa, jadi tdk cukup dgn salat jenazah umumnya. Sbg kilahnya.
Bahkan ada sufi yang dihukum mati karena dia menyebut "Akulah Tuhan."

Maqamnya mmg sudah sampai pd titik bahwa dia sendiri tidak ada, yang benar² ada cm Tuhan.
Ada lagi sufi yang dituduh sakit jiwa. Saat dibesuk teman2nya malah dilempari batu.

Saat ditanya, knp melempari teman sendiri, ia menjawab, "Inilah caraku menguji teman. Bgm dia mengaku temanku jika batu saja bisa bikin dia menjauhiku."
Soal berita gaya cepat begini juga sampai hoax "penganiaan Ratna" begitu cepat merebak dan sempat menjadi bola liar yang menghantam orang2 yg sama sekali tidak salah.
Ada banyak kelucuan dan kegembiraan dlm beragama. Sayangnya makin ke sini makin banyak yang mendefinisikan sikap beragama terbaik adalah sebaik apa seseorang bergaya layaknya orang berduka.
Padahal katanya mengingat Tuhan sajalah maka hati tenang. Lha ini kok yang mengaku plg rajin mengingat Tuhan makin lengket dgn kesan makin resah, gelisah, marah, terlalu semangat ingin perang, dlsb.
Katanya rahmat bagi sekalian alam. Namun utk orang bicara apa adanya saja bisa bikin mereka terancam. Lha, rahmatnya di mana?
Yah, jadi makin jauh ngelantur. Padahal pesan yg mau kusalurkan di sini cm berharap jgn buru2 menghakimi @pardedereza dan @TretanMuslim.

Mereka adalah dua anak muda--yg berwajah lbh tua drku--yg bgmpun msh gigih menebar pesan damai dlm perbedaan.
Mereka punya keahlian lewat humor, mereka menyampaikan pesan itu lewat gaya humor.

Jadi, lihatlah dgn kacamata humor sambil merenung2 pesan baik yg mereka bawa. Jangan pakai kacamata hakim.
Hakim saja yang belajar ilmu hukum bisa saja keliru dlm menghakimi.

Lha kita yang pengetahuan hukum saja masih asal-asalan masak semangat amat buat menghakimi.
Tapi jika semangat menghakimi sudah sedemikian tinggi, maka berdoalah. Ya, berdoa saja bisa menemukan mertua seorang hakim.

Itu lebih membahagiakan daripada sekadar menghakimi. Sebab menghakimi ini bahkan bikin calon jodoh pun bisa makin menjauh.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Zulfikar Akbar
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!