Seseorang ketika merasa terdesak, apapun yang membuatnya merasa terdesak, bisa melakukan sesuatu yang mungkin tidak bisa kita bayangkan. Maka, ketika kita ada di circle orang tersebut, dekati, ajak berbicara bahkan beri pertolongan
Seperti kasus mhsw yang memalsukan undangan wisuda, membiarkan ortunya jauh2 datang hanya untuk membongkar kebohongannya, jelas menyakitkan. Orang lain yg tau aja nyesek, apalagi ortunya sendiri
Tapi apakah kita tau duduk permasalahannya? Tentu saja tidak. Di mata kita, anak itu jahat, durhaka sama orang tuanya. Memang benar!
Tapi klo ditarik kembali kenapa hal itu sampai terjadi, maka kita semua bertanggung jawab atas kejadian itu
Mungkin dalam perjalanannya kuliah di perantauan dia bertemu teman yang memberikan pengaruh negatif. Sampai membuatnya bergeser dari tujuan utama dia datang jauh2 ke kota perantauannya
Pada saat itu terjadi, adakah teman yang merasa orang baik yang ada di circlenya berusaha mendekati, mengajaknya berbicara bhw yg dia lakukan salah, membantunya kembali ke tujuan awal?
Sebagian besar kita, termasuk saya, seringkali membiarkan ketika kita tahu ada yang salah dengan teman kita. Bisa jadi karena tidak ingin mencampuri urusan orang lain
Tapi sadarkah kita, dengan mencampuri kehidupan orang lain yang sedang bermasalah, bisa saja membantunya keluar dari permasalahan itu?
Di sisi lain, orang tua yang tinggal jauh dari anaknya tidak tau benar apa yang dihadapi anaknya di perantauan. Sering hanya memastikan kiriman uang datang tepat waktu agar anaknya tidak sampai berkekurangan, dianggap menjadi satu2nya tanggung jawab
Apalagi jika orang tua yang mungkin belum sempat merasakan bangku kuliah, tidak tahu apa yang menjadi beban sang anak. Cukup memastikan kabar anaknya baik dan sehat saja tanpa tau perkembangan akademiknya dari semester ke semester lainnya
Nah, dititik yang mestinya sang anak sudah seharusnya lulus tapi belum juga menunjukkan tanda2 lulus, mulai si ortu menanyakan kapan si anak lulus. Semakin lama semakin keras tekanannya ke si anak
Tapi apakah ortu mencoba menanyakan di mana letak permasalahannya? Apa yang terjadi dengan si anak selama masa perkuliahan? Meskipun sebenarnya sudah terlambat menanyakan hal itu ketika 4 tahun masa studi telah terlewati tanpa hasil yang jelas
Lain lagi dengan sistem pendidikan di perguruan tinggi yang somehow menciptakan hubungan dosen-mhsw tidak se-intens pendidikan dasar. Karena menganggap mhsw cukup dewasa untuk mandiri dan bisa menyelesaikan permasalahannya
Selain itu, satu orang dosen belum tentu bertemu dan mengajar mhsw yang sama berulang di tiap semester. Jadi, jika ada mhsw yang tidak menonjol di kelas ya tidak akan dikenal oleh dosennya
Namun, jika si dosen mengamati tingkat absen seorang mhswnya cukup tinggi, seharusnya dia menanyakan ke teman2nya atau lgsg ke yg bersangkutan terkait alasan seringnya dia tidak hadir
Dari perhatian kecil itu, jika ada indikasi permasalahan yang lebih besar dibaliknya maka akan segera terendus. Apakah perlu tindak lanjut penyelesaian ke dosen wali atau kaprodi/sekprodi untuk membantu mhsw tersebut keluar dari permasalahan
Dan seharusnya pula dikomunikasikan permasalahan mhsw tersebut ke orang tua, sehingga mereka juga tahu apa yang sedang dialami sang anak sedari awal
Intinya harus ada saling sinergi antara mereka yang ada di circle mhsw tersebut
Maka, hendaknyalah kita melihat suatu kejadian dengan lebih bijaksana dan tanpa menghakimi. Bisa jadi kita punya andil dalam kejadian tersebut tanpa kita sadari. Dengan menanamkan ketidakpedulian pada sekitar kita
Ini juga akan jadi pengingat buat diri saya sendiri. Sekian.
