-A Thread-
(Thread ini ditulis oleh Rizky, founder EfektifKreatif, cofounder & ex-CEO dari NAH Project (brand sepatu online), dan juga pernah bekerja sebagai Content Marketing di Brodo Footwear.)
"Gimana sih ceritanya pas pertama kali mulai bisnis?", "kenapa mutusin buat bikin brand sepatu?", "kenapa produknya sepatu?"
Saya yakin hal-hal ini ditanyakan oleh temen-temen yang baru mau memulai.
"Karena gw passion di sepatu. Gw cinta banget sama semua hal tentang sepatu & pengen bikin sepatu yang bagus."
Sorry but i have to tell you, that was a lie. A bullshit i made up.
Tapi setelah banyak ngobrol dengan para entrepreneur, mungkin 9 dari 10 memulai usahanya karena satu hal. Apa itu?
Kesempatan. Peluang. Opportunity. Same thing.
Entering the first chapter:
A. Opportunity is the first door.
Bahkan faktanya, saya gak pernah sekalipun beli sepatu online sampai sekarang hehehe.
"Oh, bisa nih kita mulai bisnis sepatu online.."
Apa aja tuh?
pengalaman kerja di bisnis model serupa
Itu ngebantu banget karena saya jadi gak clueless dalam ngembangin bisnisnya. Dari satu step ke step lain, milestone yang harus dicapai, ada gambaran yang cukup jelas
Tapi kan threadnya tentang cara mulai sebuah brand, bukan bisnis.
Loh emang bedanya apa brand sama bisnis?
Jelas beda dong.
Sampai momen di mana orang-orang suka dengan produk yang kamu tawarkan, di sini lah baru kamu mulai berpikir tentang branding strategy.
Jangan fokus di branding dulu saat belum mulai apa-apa.
1. We made formal office shoes = meh.
2. We experiment with white shoes = Sold like crazy.
3. We realize our market is full of teenagers that love sneakers. We develop knit sneakers. = Sold like crazy.
4. We create brand guideline (after 6 months run)
Ketika mulai untuk fokus untuk bikin branding strategy, kamu udah punya pemahaman yang jelas tentang customer-mu.
Eh pas udah mau mulai tren marketnya udah berubah terus produknya gak laku. Hehehe
Kita ngobrol dan saya tanya keunggulan dari brandnya, dia jawab (bersambung)
(lanjutan)
1. Produknya eco friendly.
2. Bahan pewarnanya dibuat dari bubuk (bukan dari cairan seperti natural dye pada umumnya)
3. Dibuat dengan riset doktor S3
4. Desainnya merepresentasikan rumah adat di Indonesia (traditional heritage)
And the list goes on~
Me: Kira-kira orang peduli gak sama poin tadi?
Her: (setelah berpikir sebentar) "tapi harganya bersaing. Hampir sama dengan yang gak pake pewarna alami."
Me: What? Why didn't you say so.. gw udah keburu takut duluan.
Ayo kita uji "message hierarchy"nya jadi sebuah kalimat.
"Foundernya lulusan fashion di Milan, berkolaborasi sama doktor S3, produknya dibuat dari natural dye bahan serbuk hasil disertasi. Desainnya traditional heritage"
What people thought = ah mahal nih pasti.
"Harga batik ini sama kaya harga batik lainnya,
udah gitu, bedanya, kita pake pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Eco-friendly abis. Kualitasnya juga proven karena produk ini hasil disertasi S3.
What people thought? (Coba reply di tweet ini.)
Untuk kasus tadi, misalnya:
Setelah tahu harganya murah > penasaran sama produknya > tahu produknya bagus, penasaran sama foundernya > tahu foundernya keren, penasaran sama visi misi dari brand.
The next step? You just have to grow with them.
You just started your first brand.
You're officially a creative entrepreneur.
#EndofThread
#EfektifKreatif
#Howtostartabrand
Jangan lupa follow twitter & instagram @efektifkreatif buat dapetin asupan harian kerwn tentang bisnis dan industri kreatif.
Cheers!
#HowtoStartaBrand