Diundang salah satu perusahaan, ngomongin soal ini. Kalau saya bagikan di sini, kamu mau baca?
Thread #EmotionalHealingBarengAdjie
Menurutmu, apa sih sumber penyebab keinginan-keinginan ini?
Tapi iya sih, rasa takut dan insecure kita ini kian menjadi-jadi karena dikompori sebagian perusahaan, media, dan iklan. Menggiring kita agar keinginan kita membesar untuk membeli, membeli, membeli.
Berlebihan membeli dan tak sadar mengonsumsi barang-barang tak terkira jumlahnya yang sebenarnya tak benar-benar kita butuhkan.
Buat saya, 2 ilmu penting yang sangat bermanfaat dalam perjalanan pemulihan batin saya adalah hening (mindfulness) dan minimalis (essentialism).
Hidup minimalis adalah penyeimbang derasnya ombak konsumerisme.
Apa akibatnya? Keinginan saya untuk beli baju baru, sepatu keren, gadget canggih pun surut...
Saya tetap punya keinginan untuk beli ini itu, tapi mungkin ukurannya tak sebesar keinginan banyak orang. Saya jadi lebih punya kendali untuk tidak harus memuaskannya. Dan lebih mampu mengikhlaskannya.
Kalau urusan gini, social media emang cara yang efektif :)
Kita pingin punya uang sebanyak mungkin. Caranya? Kerja mati-matian melampaui batas tenaga manusia, mengorbankan kesehatan dan kewarasan. Kalau tetap enggak cukup, hutang hingga terlilit...
Kita jadi tau, ternyata sumber masalah keribetan hidup ini adalah kengototan kita untuk memuaskan keinginan yang berlebihan, atau gaya hidup yang maksimalis.
Maka jawabannya: Hidup minimalis.
Waktu dan perhatian buat anaklah yang dikorbankan. Duh :(
Saya membenahi pola pikir dulu. Ada 2 cara. Pertama, membiasakan diri untuk berhenti sejenak dan bertanya ke diri sendiri, merenung. “Beli ini bayar itu secara berlebihan tanpa saya sadari, sebenarnya buat apa sih?”
Ini udah berlebihan. Perlu pengurangan...
Kalau cuma keinginan, saya belajar untuk mengikhlaskannya.
Tapi saya percaya, ini bisa dilatih. Berbekal niat kuat, tekad bulat, dan upaya sepenuh hati. Minimalis abis.
Sekian 🙏