, 27 tweets, 4 min read Read on Twitter
Banyak yang memutuskan untuk menjalankan bisnis sendiri, tapi sebagian besar tak mampu mempertahankan bisnisnya dalam waktu cukup lama. Apa saja faktor-faktor yang sering menyebabkan kegagalan bisnis, terutama pada pebisnis pemula?

A thread
1. Seorang teman resign dr kerjaan kantor bergaji 5juta/bulan krn mau fokus berbisnis. Saya tanya, bisnis apa? Dia jawab, jualan tahu bakso buatan ibunya. Saya tanya lg, knp tahu bakso? Dijawab, krn itu makanan buatan ibunya yg paling enak.

Bisnisnya cm bertahan 4 bulan.
2. Ada juga teman berbisnis kaos merchandise. Tiap ada konser artis terkenal, dia produksi kaos sablon yg lalu dijual di venue. Kalau konsernya di luar kota atau LN, ia bela-belain beli tiket KA atau pesawat ke sana. Sudah 6x, ia selalu rugi. Kaos tak pernah laku terjual.
3. Banyak kasus serupa itu. Bisnis yang dijalankan tak bisa lama bertahan sebelum gulung tikar.

Kalau ditanya "kenapa kok bisnismu gagal?", tak pernah bisa menjawab dengan tegas. Biasanya menyebut takdir, atau berdalih "menghabiskan jatah gagal".
4. Gagal dalam bisnis itu memang hal biasa. Tidak masalah. Tapi bukan berarti bisa kita cuekin.

Tiap kali gagal, kita lakukan evaluasi apa yang kira2 menjadi penyebab utamanya, agar kegagalan yang sama tidak terulang lagi pada bisnis berikutnya.
5. Kesalahan pertama yang sering menjadi penyebab kegagalan bisnis adalah pemilik biasanya memutuskan utk menjual produk apapun yang bisa mereka buat.

Prinsipnya, apa yang bisa saya buat/dapat, itu yang akan saya jual; "to sell what we can make". Ini salah besar.
6. Menerapkan "to sell what we can make" artinya mengawali keputusan bisnis bukan dari peluang pasar; atau apa yang diinginkan oleh konsumen. Padahal, bisa jadi apa yg dibuatnya bukanlah sesuatu yang disukai oleh konsumen.

Kalau konsumen tidak suka, bagaimana produk bisa laku?
7. Jadi, semua keputusan bisnis seharusnya berawal dari jawaban atas pertanyaan "kira-kira konsumen suka dan mau beli produk yang seperti apa ya?".

Utk menjawabnya, jangan dipikir atau dikira-kira sendiri. Lakukan riset pasar dgn baik.
8. Dengan riset pasar sebagai dasar penetapan produk yang dijual, kita disebut menerapkan "to make what we can sell".

Produk yg dijual harus sesuai dgn peluang pasar; cocok dgn selera konsumen. Dgn cara ini, produk yg ditawarkan punya peluang lebih besar utk laku terjual.
9. Kesalahan kedua yg sering terjadi dalam merancang strategi adalah pebisnis tidak tahu produknya ditawarkan utk konsumen seperti apa.

Jika ditanya "siapa target konsumen Anda?", sering dijawab "produk saya untuk semua orang".

Ini salah.
10. Faktanya, jarang ditemui produk yang bisa memuaskan semua orang.

Misal, bakso. Tidak semua orang menyukai bakso yang sama. Ada yg lebih suka bakso murah, tp ada yg tdk terlalu peduli harga asal rasanya enak banget. Ada yg peduli kebersihan tempat, ada juga yg tidak.
11. Konsumen dgn selera yg berbeda-beda ini perlu diidentifikasi berdasarkan karakteristik atau preferensi mereka hingga terbentuk beberapa kelompok konsumen dgn karakter atau preferensi yg sama.

Pengelompokan konsumen dgn karakter/selera yg sama ini disebut Segmentasi Pasar.
12. Setelah punya gambaran ttg segmen konsumen yg ada, kita bisa menentukan mau memilih melayani segmen konsumen yg mana. Misal, apakah kita akan jualan bakso utk memuaskan konsumen yg peduli pd harga, atau yg lebih peduli dgn kualitas tinggi.

Pemilihan ini disebut Targeting.
13. Memilih konsumen mana yg mau kita layani (targeting) merupakan langkah penting, krn pilihan tsb menentukan produk seperti apa yg harus kita buat, berapa harganya, bagaimana cara distribusi & mempromosikannya.

Jadi, segmentasi dan targeting dulu; baru menentukan produknya.
14. Kita tdk akan bisa memuaskan semua orang dgn satu produk & satu strategi yg kita miliki krn tiap orang punya keinginan dan preferensi yg berbeda. Kita harus memilih konsumen spt apa yg akan kita puaskan dan merancang strategi produk, harga dll dgn berfokus pd konsumen tsb.
15. Kalau mau memuaskan lebih dari satu segmen konsumen, tentu kita harus punya lebih dari satu jenis produk. Strateginya pun harus berbeda; tidak bisa disamakan. Konsekuensinya, investasi yg dibutuhkan juga lebih besar.
16. Misal, kalau mau jualan nasi bungkus di kampus, pastikan dulu targetnya mahasiswa atau karyawan/dosen. Bagi mahasiswa, harga murah & porsi besar itu penting. Bagi karyawan/dosen, rasa enak & kemudahan pemesanan itu lebih penting. Dua kelompok ini punya pertimbangan berbeda.
17. Emang gak bisa bikin nasi bungkus yg enak, porsi besar, harga murah utk memuaskan mhsw & dosen? Bisa, tp susah!

Utk membuat makanan enak, bahan baku harus bagus, padahal harganya tidak murah. Kalau bahannya mahal, mhsw gak beli. Kalau rasa kurang sedap, dosen gak mau beli.
18. Kalau kita memaksakan mengambil "jalan tengah" utk memuaskan kelompok konsumen yg berbeda dgn satu produk yg sama, sangat mungkin justru tidak ada yg tertarik pd produk yg kita tawarkan.

Kita tidak bisa memuaskan semua kelompok konsumen. Pilih!
19. Kesalahan ketiga yg sering terjadi adalah produk yg ditawarkan tidak punya diferensiasi yg jelas. Maksud diferensiasi adalah sesuatu yg ada pd produk kita yg bisa membedakan dgn jelas produk kita dgn milik pesaing.

Artinya, produk kita beda tipis dgn produk pesaing.
20. Yg dijadikan diferensiasi seharusnya sesuatu yg dianggap penting BAGI KONSUMEN. Bukan asal berbeda.

Misal, toko kue menawarkan diferensiasi berupa kotak kue yg cantik. Jika bagi konsumen kotak kue itu tidak penting (asal kuenya enak), maka itu bukan diferensiasi yg efektif.
21. Contoh lain, jualan kaos. Pemilik beranggapan desain gambar kaosnya sangat bagus. Istimewa!

Tapi kalau bagi konsumen, desain itu dianggap sama saja; beda tipis dibanding desain kaos milik pesaing; maka diferensiasi itu tidak akan membuat konsumen beli.
22. Diferensiasi yg efektif adalah yg bisa berperan sebagai "the reason to buy" produk kita daripada produk pesaing. Artinya, diferensiasi itu harus bisa membuat konsumen punya alasan memilih produk kita drpd pesaing.

Jadi, penentu efektivitas diferensiasi adalah konsumen.
23. Problemnya, kebanyakan pebisnis beranggapan bahwa produknya bagus atau berbeda (dari perspektifnya sendiri), tanpa memastikan apakah konsumennya punya anggapan yg sama. Padahal, yg menentukan konsumen mau beli atau tidak adalah penilaiannya, bukan anggapan pemilik produk.
24. Tentu ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan kegagalan bisnis; misalnya model bisnis yg kurang bagus, cara kerja yg tdk efisien, strategi pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) yg kurang pas, dll. Cuma, 3 faktor di atas yg berkontribusi paling besar.
25. Ketiga kesalahan di atas dapat dihindari dgn riset pasar yg baik. Bisnis UMKM sekalipun perlu lakukan riset pasar sederhana.

Riset pasar bisa memberi informasi yg sangat bernilai terkait banyak keputusan bisnis, termasuk keputusan produk yang sebaiknya dijual. (end)
Ada yg butuh atau mau menyimak kalau saya buat thread ttg Riset Pasar sederhana untuk pebisnis pemula?
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Sony Kusumasondjaja
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!