Mahluk apa itu?
Di tengah hutan belantara ini gw sendiran, ketakutan.
#memetwit
@InfoMemeTwit
Kejadian yang sepertinya menjadi titik balik atau apalah istilahnya, karena setelahnya gw jadi mulai menerima keadaan yang sering “bertabrakan” dengan frekuensi dengan “sisi lain”.
***
Waktu gw berniat untuk mudik ke Cilegon, dan akan mampir ke Bogor untuk menjemput Rai yang kebetulan libur kuliah juga, sekalian mudik bareng.
Seperti biasa, gw duduk di belakang kemudi, Rai bertugas sebagai DJ musik dan navigator, tentu saja gak ketinggalan ocehannya terus menerus menemani selama perjalanan.
“Brii, ada pantai yang gw baru denger, namanya Pantai Rancecet. Kita ke sana yuk, dengar-dengar katanya bagus, kayak Kuta.”
“Daerah ujung Kulon Brii, yaaahh jalan santai enam jam lah dari sini. Gak usah lama-lama, kalo udah gelap kita pulang.”
Begitu kata Rai.
Akan memakan waktu kira-kira enam jam perjalanan dari kota Serang.
***
Maka, ke Cibaliunglah tujuan kami.
Waktu itu hari kamis, bukan hari libur kerja, jadi perjalanan agak lowong, target kami paling lambat jam empat sore sudah sampai tujuan.
Nanti kapan-kapan gw cerita, gak malam ini.
***
“Makanya, nanti kita gak usah lama-lama, serem juga lewat daerah ini malam-malam.” Gw menjawab dengan kalimat yang berisi kegusaran.
Di Cibaliung kami hanya melintas, mengejar waktu untuk segera sampai di Rancecet, menurut penduduk yang kami tanya, jaraknya masih dua puluhan kilomenter lagi.
Ciri lainnya, banyaknya tanaman yang banyak hidup di tempat yang berair payau, gw lupa nama tanamannya apa.
***
Lalu kami memasukinya..
Mulai banyak terlihat pohon kelapa yang berjajar rapih, rumput kering dan ilalang masih terlihat memenuhi pemandangan, belum bisa dibilang sebagai tempat wisata yang indah.
Sampai juga di tujuan..
“Ah tapi mungkin kalau sabtu minggu rame Brii..” Begitu kata Rai menanggapi omongan gw.
Ya mungkin aja, semoga saja begitu.
Pada saat sedang berjalan menuju kendaraan, langkah kami terhenti ketika melihat ada bangunan yang berdiri beberapa belas meter di sebelah kanan jalan.
Entah gak memperhatikan atau gimana, kami memang gak melihat ada bangunan ini ketika datang tadi, ya mungkin saja karna terlalu excited melihat ke arah pantai.
ketika sampai di terasnya, barulah kami menyadari kalau bangunan ini ternyata adalah hotel.
Gak jauh dari tempat kami berdiri ada meja panjang yang sepertinya diperuntukkan sebagai meja lobi atau resepsionis.
Lagi-lagi, kami gak menemukan satu orang pun di tempat ini, sepi dan kosong.
Sepinya bangunan hotel membuat kami juga menjadi lebih banyak diam tanpa suara, terus memperhatikan keadaan sekitar yang menurut kami cukup aneh.
Apakah ada karyawan di dalamnya?
Banyak pertanyaaan dalam benak.
Suara Rai memecah kesunyian.
Ketika gw melihatnya, Rai sedang memandang pintu kaca yang ada di sebelah kanan meja lobi. Karna penasaran, gw jadi ikut mengarahkan pandangan ke pintu kaca itu.
Walaupun samar, tapi kami dapat melihat kalau itu adalah seorang laki-laki, mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih, berdasi kupu-kupu, bercelana panjang hitam.
Sesaat kami terpaku, seperti terhipnotis gak bisa bergerak.
Sampai akhirnya sosok itu membalikkan badannya dan berjalan masuk lebih ke dalam bangunan, kemudian menghilang dalam gelap.
Gw mengajak Rai pergi setelah sadar kalau ada yang gak beres dengan bangunan ini.
Hotel yang aneh..
Kemudian kami meninggalkan pantai Rancecet.
***
Setelah selesai kami lanjut perjalanan.
Jendela kami biarkan terbuka sebagian, membiarkan angin malam untuk masuk, ini juga yang membuat terdengar suara hutan yang sedang kami susuri jalan di tengah-tengahnya.
***
Gw langsung menginjak rem dalam-dalam, seketika itu juga mobil berhenti.
Pandangan kami tertuju ke depan, beberapa meter di depan mobil ada sesuatu yang menghalangi jalan.
Benda sebesar pohon kelapa itu ternyata bergerak,
Ular yang sedang menyeberang jalan, benar-benar ular yang sangat besar.
Ular paling besar yang pernah kami lihat selama hidup.
***
“Lah dari tadi kan gak ada jalan bercabang Rai, kita kan ikutin jalan satu-satunya ini, nyasarnya di sebelah mana coba?”
Saling berpandangan di dalam gelap, kami seperti saling bertanya satu sama lain, “Gimana nih?”
***
Rai bilang begitu sebelum berlari cepat meninggalkan gw yang masih diam memperhatikan gerakan api obor.
Begitu ucap gw dalam hati. Terlambat, karena Rai sudah keburu menghilang dalam gelapnya hutan.
Setelahnya, gw menunggu Rai untuk kembali, sesekali menyalakan lampu mobil sebagai pertanda untuk Rai kalau gw masih di tempat yang sama.
Nyaris tengah malam buta, di hutan belantara, gw sendirian.
***
Seperti mengajak berinteraksi..
Sampai akhirnya ketakutan semakin menjadi-jadi ketika beberapa belas meter di depan gw melihat ada sesuatu yang bergerak.
Yang pasti, gw sedang berada di tengah hutan belantara, sendiran dan ketakutan.
***
Semakin jelas juga terlihat kalau sang pemilik mata adalah hewan sejenis anjing dengan ukuran yang cukup besar.
Benar, setelah sudah cukup dekat barulah terlihat kalau mata merah itu berbentuk seperti anjing dengan ukuran yang besar, tingginya lebih dari satu meter.
Sampai akhirnya dia tepat berada di pintu samping, sementara gw masih terus mengintipnya dari dalam, ketakutan.
Pada saat itulah jantung seperti berhenti, gak bisa bernafas, hanya bisa melongo ketakutan ketika akhirnya gw dapat melihat cukup jelas bentuk dari binatang itu.
Tapi, keyakinan kalau mahluk itu adalah hewan menjadi berantakan ketika gw akhirnya dapat melihat kepalanya.
Gw sama sekali gak bisa bernapas, ketakutan, keringat dingin mengucur deras.
Ternyata gw salah, mahluk itu sebelumnya bukan berjalan dengan empat kaki, tapi merangkak dengan dua tangan yang berada di depan.
Sosok yang sangat mengerikan..
Dia mengetuk kaca dengan kukunya..
Gw semakin ketakutan, di ambang pingsan.
Hingga akhirnya dia seperti mencoba membuka pintu yang dalam keadaan terkunci.
Terus berusaha memaksa untuk membuka pintu.
***
Suara Rai membangunkan gw yang masih berada di dalam mobil.
Dia berdiri di luar dengan seorang Bapak yang gw gak mengenalnya.
Ternyata hari sudah pagi, sudah gak gelap lagi. Melirik jam tangan, sudah jam tujuh pagi.
Lalu, Rai kemana aja semalaman itu?
Apa yang dia alami?
Kok malah kembali laginya pagi hari?
Minggu depan gw lanjut ya.
Maap, mau mengingatkan sekali lagi, untuk yang belum, silakan untuk ikutan PO buku #rumahteteh, tinggal dua hari lagi. Kalo udah di toko buku gak dapet kelebihan yang ada di PO. ☺️
Met bobo, semoga mimpi indah..
Salam
~Brii~