Oke lanjut.
Salah satu kantor yang terletak di Kota S******* memutuskan untuk memberangkatkan 1 orang pegawai untuk melakukan perjalanan dinas ke daerah yang memang terkenal sebagai daerahnya orang-orang 'pintar'.
Pak Romi punya istri yang parasnya masih rupawan, dengan dikaruniai beberapa anak. (Aku gatau pasti disini anaknya berapa)
Sekitar jam 10 malam, beliau baru sampai di perbatasan dan langsung menuju hotel yang sudah dipesan duluan oleh pihak kantor.
Matahari pagi kembali datang dengan Pak Romi yang sedang siap-siap untuk sarapan. Semalam memang mereka berjanjian ketemu di restoran hotel untuk sarapan bersama.
"Oh jadi mas kesini karena tugas?" ucap Dian setelah mengelap mulutnya dengan tisu. Rupanya ritual makannya telah selesai dan tersisa piring kosong dengan sendok dan garpu yang dibuat terbalik.
Pak Romi masih belum merasakan keanehan disana, baginya pemandangan di depannya ini tak boleh di sia-siakan begitu saja. (aku mikirnya, dia ga ingat apa ya istrinya dirumah)
"Mas, jalan-jalan ke rumah yuk."
(aku gatau ya Pak Romi ini ngaku kalau dia punya istri apa gak, soalnya kan ini si Dian juga ganjen banget gitu)
"Gak kok, naik ojol juga nyampe dari sini."
Pak Romi sedikit berpikir dan langsung menyetujuinya.
Pak Romi kembali terhenyak dengan tawaran itu, namun ia sendiri tidak sadar kenapa bisa menyetujui ajakan Dian itu.
Tak tahan lagi, Pak Romi segera keluar semenit setelah Dian.
"Oh iya, mas balik dulu ya, nanti di cariin sama orang di hotel." ujar Pak Romi, mungkin sebagai alasan agar ia bisa keluar dari sana, walaupun memang itu masuk akal.
Seolah ada yang sedang mempermainkan perasaannya, tapi ia sendiri tidak tau apa dan siapa. Ia merasa ada sesuatu yang memaksanya tinggal dan tak membiarkannya keluar dari rumah itu.
Didalam tidurnya, Pak Romi bermimpi di datangi oleh kakeknya yang saat itu sudah lama pergi. Beliau berpesan seperti ini, "kalau ada sesuatu yang mengikatmu, itu pertanda yang buruk. Pergi
Tiba-tiba saja ia terbangun dengan keringat mengucur deras. Selain karena mimpi tadi, juga memang karena hawanya yang sama sekali tidak berubah seperti tadi siang. Sesak dan mencekam, seperti seluruh atmosfer perlahan menipis.
"Mereka menandai seseorang dengan pakaian yang pertama ia pakai saat melihatmu, jadi kalau mau melepas ikatannya, lepaskan pakaian pertamamu."
"Loh mas, kenapa mas?" Beberapa orang sontak berkerumun dengan suara gemuruh mempertanyakan hal itu
"Tolongin saya mas, saya dari rumah itu. Di dalam saya berasa ditahan untuk keluar." Bla bla bla.
"Oh," wajah orang-orang di sana terlihat biasa saja. Seperti sudah biasa mengalami kejadian seperti ini. "Rumah itu memang pawangnya dedemit mas, sudah banyak korban -
Oke sampe sini aja utas ku, maaf ya baru pertama kali buat, jadi harap maklum kalau berantakan.
Yuu dada babayyy😗