“Kami menyebutnya di PKI-kan. Bagaimana para penghayat itu disiksa, dibunuh, bahkan dikubur hidup-hidup,” ujar
Di tengah ketakutan ini, tetua adat Pangeran Jatikusuma mendapat petunjuk spiritual untuk menyelamatkan generasi. Yakni berteduh di bawah cemara putih yang
“Saat itu kondisi sedang genting. Penghayat ada yang masuk Protestan ataupun Katolik. Yang penting gereja,” terangnya.
Sebelum masuk ke gereja, Pangeran Jatikusuma bernegosiasi dengan pastur. Penghayat bersedia mengikuti aturan gereja asal
Namun, seiring berjalannya waktu, pastor Belanda cenderung misionaris. Saat hendak mengadakan peringatan 1 syuro di gereja, pastor
Apalagi, pastor tersebut sudah tinggal di tanah Sunda, sehingga wajar jika menghargai akar budaya sunda. Namun usul itu ditolak panitia liturgy.
Daripada memunculkan konflik internal, Pangeran Jatikusuma
“Banyak ketidakcocokan. Misalnya saat acara serentaun yang diwariskan leluhur untuk mengakomodasi semua golongan, ada acara doa bersama lintas agama. Tapi setelah masuk Katolik, pastor keberatan,” terangnya.
Setelah keluar dari Katolik,
Seperti yang dilakukan Asep dan keluarganya. Dia tetap bertahan di cemara putih karena
Bagi Dewi Kanti sendiri, perbedaan agama bukan menjadi pemisah. Dia tak ingin terjebak pada pembungkus agama itu berasal.
“Ayah saya punya delapan anak, ada yang Katolik, malah ada yang jadi pendeta Kristen, tak masalah. Di Cigugur, peran adat menjadi perekat. Kita berbaur
Adat, sambung Dewi Kanti, berfungsi sebagai fasilitator. Bahkan dalam berbagai advokasi yang dilakukan para penghayat. Dari perjalanan panjang tersebut, kini sekolah di Kuningan, memberi ruang bagi penghayat untuk mempelajari keyakinannya di sekolah.
Hal
Selain itu, saat ini Dewi dan penghayat
Rencana tersebut ditolak penduduk lereng Ciremai. Para
Advokasi ke DPR pun terus dilakukan. Dalam sidang pleno DPR, penghayat pernah mengusulkan dua opsi. Pertama, kolom agama
Salah satu yang datang ke pleno DPR adalah Ira Indra Wardhana. Sebagai antropolog, dalam sidang tersebut dia menyampaikan, agama itu religi.
Religi adalah unsur
Ajaran Sunda Wiwitan Menurut Pangeran Djatikusuma, Sunda Wiwitan berarti Sunda permulaan, akar, atau
Pengeran Djatikusuma meyakini,
Pertama, cara-ciri manusia (kodrat manusia) yakni unsur-unsur dasar yang ada di dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada lima unsur dalam konsep Sunda Wiwitan.
Yakni welas asih (cinta kasih), undak usuk (tatanan/hierarki dalam kekeluargaan, tata krama (tatanan
Kedua, cara-ciri
Itulah mengapa,
“Kami tak pernah membeda-bedakan agama, suku, ras, dan lainnya. Karena Katolik di sini, Katolik yang Nyunda. Islam di sini
Namun sayangnya, masih ada orang yang menganggap penghayat orang yang berbeda. Karena itu, pihaknya tak akan pernah letih berjuang dan melakukan advokasi. (gin)
sejuk.org/2014/08/15/ber…
#dewikanti #sundawiwitan #cigugur #kuningan