, 20 tweets, 4 min read
My Authors
Read all threads
Lagi heboh ngomongin situs film bajakan yang tutup. Banyak yang nanya komentar saya gimana. Bingung juga jawabnya karena ini bisa sesensitif isu agama hehe. Tapi mungkin begini penjelasan saya. Yang mau nambahin monggo, ya.
Kita bahasnya dari sisi konsumen aja ya, nggak usah dari sisi provider.

Gini.
Dulu waktu kecil sejak umur 5 tahun, saya suka banget nonton film. Satu-satunya yang nayangin film dulu cuma bioskop. Saluran TV cuma TVRI. Nayangin film cuma di malam minggu dalam acara Film Cerita Akhir Pekan. 😀
Karena nggak punya uang, saya sering nonton di bioskop, namanya Remaja Theatre di Medan, lewat lubang ventilasi, letaknya di dekat tanah mengarah ke layar. Rugi nggak pemilik film/bioskopnya saya curi-curi? Bisa diperdebatkan. Tapi kalau nggak curi nonton, nggak beli tiket juga.
Karena beneran nggak punya uang. Digiles sampai gepeng juga yang keluar benda-benda lain. Nggak ada duitnya. Toh saya yang nonton dapat wawasan dong kan. Bukan kah bagus bikin satu anak manusia bertambah wawasannya?
Jaman lalu berganti. Akses ke nonton film buat masyarakat di Indonesia semakin besar. Di tahun 80an muncul film dalam bentuk kaset VHS, Betamax. Jarang banget yang beli. Kami nyewa.
Jaman terus berganti. Akses ke film semakin besar. Awal 90an sampai awal 2000an muncul VCD, DVD, lalu Blu-Ray. Semua format ini gampang sekali digandakan oleh pembajak, dalam kuantitas masif termasuk film-film yang tidak bisa diakses secara legal di Indonesia.
Periode ini adalah periode revolusi (ciee) nonton film di mana film-film yang tadinya nggak bisa diakses, dari banyak negara tiba-tiba gampang sekali dapetinya. Banyak orang tiba-tiba melek film dan ada beberapa yang jadi pembuat film dari menonton film-film ini.
Pertengahan 2000an sampai sekarang, koneksi internet menggila. Unduh satu film secara ilegal bisa cuman 5 menit, dan streaming film bisa nggak berhenti-berhenti. Gimana tuh, oke-oke aja nggak? Rugi nggak yang punya film?

Jawabannya. Uhm... Mungkin begini.
Ambil contoh perfilman Indonesia dulu ya.

Sama seperti makhluk hidup, pembuat film nggak bisa ada dengan berdiri sendiri. Harus ada ekosistem-nya, yang isinya termasuk exhibitor (penayang bioskop spt bioskop, platform OTT kayak Hooq, iFlix), dan penonton.
Pekerja film bukan cuma sutradara dan penulis skenario yang ngetop-ngetop. Tapi juga para kru dari mulai kepala departemen sampai tukang sapu. Dari aktor terkenal sampai para figuran yang kerja sekeras yang lain tanpa dikenal. Mereka ini bergantung pada industri film yang kuat.
Mereka butuh industri film semakin kuat supaya bisa menghidupi keluarga mereka. Secara langsung, para pekerja film ini bisa terus bekerja kalau ada penonton yang membayar dan uangnya masuk industri pembuatan film.
Ketersediaan film secara legal sekarang luar biasa besarnya. Selain di bioskop, ada layanan streaming legal yang bisa diakses. Netflix, Prime Video, iTunes, Hooq, iFlix, dll. Kalau pakai VPN lebih besar lagi. Harga langganannya sebulan kira-kira satu atau dua bungkus rokok.
Atau secangkir kopi waralaba-waralaba. Tiap layanan streaming ada yang eksklusif kontennya. Mungkin harus langganan lebih dari satu.
Yang membatasi ketersediaan film secara legal itu jahanam sih, termasuk provider internet lokal yg blokir layanan streaming resmi. Dan kita semua berharap semakin cepat lah pembatasan akses konten sesuai lokasi regional ini berakhir. Biar konten OTT bisa diakses di semua negara.
'Tapi kan gue nggak mampu juga beli tiket bioskop atau langganan streaming.'

Ya nggak tau juga saya. Mungkin betul.

Tapi, sama halnya dengan pembuat film, pembajak film juga nggak bisa ada dengan berdiri sendiri. Harus ada ekosistem-nya yang termasuk penonton bajakan. 😀
Artinya, apapun motif kita mengakses situs film bajakan, artinya kita adalah bagian dari ekosistem industri ilegal pembajakan film. Industri ilegal ini menghambat pertumbuhan industri film yg artinya menghambat para pekerja film dapat kesempatan kerja dan hidup yang lebih baik.
Tentunya, bakal tetap ada yang mengakses film secara ilegal. Mungkin karena filmnya nggak tersedia di mana pun secara legal. Mungkin ya cuek aja walaupun secara sadar merugikan industri film.

But who am I to judge. 😊
Yang pasti, pembajakan film bukanlah kejahatan yang tanpa korban.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Joko Anwar

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!