My Authors
Read all threads
Konflik Akibat #Mayoritarianisme di India dan Indonesia
(A Thread)

Selamat berhari Minggu semua. Sembari rebahan, yuk Gusmin ngajak diskusi soal konflik yang diakibatkan oleh mayoritarianisme.
Baru-baru ini Mbak @AlissaWahid mendapat banyak mention dari berbagai orang, baik dari dalam atau luar negeri. Sebabnya, mbak Alissa menyinggung soal mayoritarianisme sebagai salah satu penyebab konflik di India. Lha kok bisa? Yuk, diskusi bareng Gusmin…
Pertama, ada banyak yang gagal paham arti mayoritarianisme. Kata ini berbeda dengan kata mayoritas. Mayoritarianisme itu sikap menempatkan kepentingan mayoritas di atas segalanya. Sementara mayoritas adalah realitas adanya kelompok yang jumlahnya lebih banyak/besar.
Apanya yang berbeda? Gini. Tidak semua mayoritas itu mayoritarianisme. Masih ada banyak kelompok yang secara jumlah itu mayoritas, tetapi menempatkan kepentingan umum di atas segalanya. Bahkan kelompok mayoritas itu mengayomi kelompok minoritas.
Sebaliknya, mayoritarianisme menempatkan mayoritas sebagai segala-galanya. Sebisa mungkin kelompok minoritas tidak punya nyali untuk sekadar menampakkan diri. Perampasan hak, diskriminasi, dan lain sebagainya menjadi praktik yang biasa terjadi.
Hal ini terjadi di berbagai kasus. Tidak melulu soal white supremacy atau pun agama. Yang paling sederhana bagaimana kelompok difabel diperlakukan. Saat ini sudah banyak infrastruktur yang memudahkan kelompok difabel. Meski masih ada banyak pula yang tidak benar-benar berfungsi.
Contohnya adalah gambar di bawah ini. Bhaaaa…. Seringkali orang berpikir "Lha, kan itu jarang dipakai?" | "Aku gak pernah tuh lihat orang jalan ke situ" dll. Nah, itulah #mayoritarianisme.
Kembali ke mayoritarianisme, sikap ini berbahaya karena ditunjang dengan ketakutan akan hilangnya kekuatan mayoritas di masa mendatang. Banyak narasi-narasi yang mengatakan bahwa jika kelompok A dibiarkan maka akan membesar dan membuat kelompok B musnah di masa mendatang.
Gusmin mendengar cerita dari banyak teman lintas agama bahwa narasi seperti ini muncul di kelompoknya masing-masing. Dan harus diakui, semua kelompok agama memiliki kelompok ekstrem ini. Tak jarang, perilaku ekstrem inilah yang membuat orang lain takut dan melakukan generalisir.
Indonesia mengalami berbagai pengalaman konflik suku dan agama. Yang mengerikan adalah konflik ideologi di tahun 1965. Setelah itu, pasca reformasi ada Maluku (1999-2002), Poso (1998-2001), Sampit (2001) adalah beberapa contohnya. Korbannya?
Ada banyak versi mengenai jumlah korban tewas. Gusmin merujuk pd beberapa data berikut: Konflik 65 (200.000), Sampit (315), Poso (577), Maluku (1.132). Korban luka, kehilangan rumah dll mencapai jutaan. Sejarah kelam ini bisa dijadikan pelajaran agar tdk terulang.
Dalam film yang dirilis oleh @watchdoc_ID & @crcsugm berjudul "Beta Mau Jumpa", diceritakan bagaimana konflik Ambon meletus. Kasus ini diawali dari adanya konflik pemuda yang kebetulan berbeda agama.
Konflik ini ditarik menjadi konflik agama yang berujung pada pertumpahan darah. Orang yang awalnya bertetangga langsung berpencar.
Cukup lama konflik tersebut membuat traumatis. Hingga kemudian ada pihak yang berinisiatif untuk mengunjungi tetangga beda agamanya yang jaraknya sekitar 7 kilometer. Hal sederhana ini justru membuat tembok kecurigaan dan ketegangan runtuh.
Kini, ketika ada perayataan Idul Fitri, kelompok kristiani akan mengunjungi rumah-rumah kelompok muslim. Sebaliknya, ketika perayaan Natal, kelompok muslim akan mengunjungi rumah-rumah kelompok kristiani.
Mereka mulai sadar bahwa perpecahan bukanlah cara yang baik dalam mensyukuri nikmat Tuhan berupa keberagaman. Bukankah perbedaan itu indah?
Jika Tuhan mau, pasti kita diciptakan sebagai satu identitas. Mengapa kita diciptakan berbeda-beda? Bagi Gusmin, Tuhan menciptakan perbedaan untuk menguji hamba-Nya, supaya berlomba-lomba dalam kebaikan. Cara terbaik utk membuktikan mana yg paling benar adl dg melakukan kebaikan.
Praktik seperti di Ambon tersebut tdk selalu terjadi di semua tempat. Masih ada banyak yg menganggap bahwa perbedaan disikapi dengan cara membangun tembok perbedaan. Tidak cukup sampai di situ, pihak yg merasa jumlahnya banyak akan menindas yang sedikit. Inilah mayoritarianisme.
Sayangnya, gejala ini dibarengi dengan mental inferior. Ketakutan, kecemasan, merasa terancam, dan lain sebagainya. Lalu munculah narasi-narasi ketertindasan dan ajakan untuk melawan pihak minoritas.
“Jika dia yg jadi, nanti kita akan ditindas” | “Jika dia yang jadi, nanti mayoritas akan…”. Narasi-narasi ini adl narasi yg dikembangkan oleh kelompok-kelompok ekstrem, termasuk di India. Di India ada kelompok bernama Rashtriya Swayamsevak Sangh atau RSS rss.org.
RSS disebut memiliki keterkaitan langsung dengan partai pemerintah. Banyak yang menyamakan RSS dengan gerakan fasis Mussolini dan Hitler. Sila cek news.detik.com/dw/d-4634971/k…
RSS hanyalah satu contoh gerakan ekstrem kanan yang melembaga. Dan terang-terangan mengekspresikan sikapnya yang anti dengan kelompok minoritas. Sementara ide ekstrem bisa berwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Penolakan rumah ibadah, undang-undang yang berpihak pada satu kelompok, diskriminasi karena latar belakang, adalah sebagian contoh yang mudah untuk dilihat. Jika demikian, satu-satunya hal yang bisa kita upayakan adalah mengampanyekan ideologi kemanusiaan.
India pernah punya Gandhi. Perjuangan kemanusiaannya tidak disukai oleh kelompok ekstrem India yang menganut mayoritarianisme. Ia kemudian dibunuh oleh kelompok ekstrem tersebut. Pada tahun 2019, politisi dari partai pemerintah menyebut pembunuh Gandhi sebagai pahlawan.
Ya, Gandhi pernah dituduh sebagai tokoh yang pro-muslim. Narasinya hampir sama dengan pejuang keberagaman lain yang dituduh aneh-aneh. internasional.kompas.com/read/2019/05/1…. Mengerikan, bukan?
Di Indonesia, salah satu tokoh yang gigih memperjuangkan kemanusiaan adalah Gus Dur. Ia pun tidak disukai oleh kelompok ekstrem kanan di Indonesia.
Gus Dur kerap dituduh sebagai agen Yahudi, agen Kristenisasi, dan agen-agen lainnya. Lha padahal Gus Dur berasal dari latar belakang muslim religius. Ayahnya, Wahid Hasyim, adalah menteri agama pertama Indonesia.
Kakeknya, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari adalah ulama terkemuka, pendiri pesantren Tebuireng Jombang yang menjadi basis Islam di masa perjuangan. Gus Dur sendiri merupakan intelektual muslim yang dihormati ulama-ulama terkemuka.
Dalam kurun 1984 – 1999, Gus Dur menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU, organisasi massa Islam terbesar di dunia. Latar belakang yang sebegitu muslimnya masih saja dituduh sebagai anti Islam.
Inilah mengapa mayoritarianisme tidak selalu dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar mayoritas secara jumlah. Singkat kata, mayoritarianisme adalah sebuah ideologi. Bisa jadi pelakunya sebenarnya adalah sempalan identitas tertentu yang justru sangat minoritas.
Hanya saja mereka mencatut identitas tertentu untuk melegitimasinya. Dari sekian rakyat India, Gusmin sangat yakin mayoritas menginginkan hidup damai.
Di negara-negara Barat, dulu islamophobia sangat kuat. Apalagi setelah terjadi banyak kasus teror yang mengatasnamakan Islam. Ada banyak istilah seperti jihadis, islamis, dan lain sebagainya di media yang membuat citra itu kian memburuk.
Ada banyak media yang mulai menggunakan istilah teroris untuk melabeli perilaku teror. Kini, kesan itu mulai luntur karena ada banyak muslim yang membuktikan bahwa Islam tidak sama dengan kekerasan.
Di Inggris, misalnya, Mohamed Salah membuat islamophobia turun drastis. talksport.com/football/55325….
Sikapnya yang humble, perangainya yang baik, bisa bersahabat dengan siapapun membuat orang mulai memiliki pandangan yang berbeda tentang Islam. Kita membutuhkan orang-orang seperti Salah yang bisa menjadi agen umat beragama yang baik.
Dari sepakbola kita bisa belajar tentang kehidupan sosial. Semua bisa berpelukan tanpa memandang asal-usul. Hal ini bisa terjadi karena adanya pertemuan. Nah, konflik biasanya terjadi karena ada dua belah pihak saling menutup diri.
Karenanya, Gusmin mengajak kepada gaes semua untuk membuka pertemanan dengan siapapun. Nabi menganjurkan untuk belajar sampai Cina. Kalimat ini menyimpan banyak makna. Mengapa harus Cina? Karena Cina memiliki peradaban yang berbeda dengan Arab.
Untuk menjadi manusia, kita mesti mengenal berbagai perbedaan. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal...
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujarat:13)
“Makin berbeda kita, makin jelas titik-titik persatuan kita” kata Gus Dur. #IndonesiaRumahBersama
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Jaringan GUSDURian

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!