My Authors
Read all threads
Yuval Noah Harari, penulis best seller buku Homo Deus" baru saja menulis artikel "The World After Coronavirus". Tulisan ini berlandas dari sikap optimis ketika umat manusia berkali-kali berhadapan dengan wabah (pandemi). Black Death, Small Pox, Spanish Flu berhasil dilewati.
"This storm will pass." Badai pasti berlalu, pernyataan optimis di awal artikelnya. Sebagian besar umat manusia akan selamat menghadapi corona (Civid19). Hanya saja pilihan-pilihan yg dibuat sekarang dapat mengubah cara hidup kita di tahun-tahun mendatang.
Kehirukpikukan manusia mengatasi wabah baru yg serba tiba-tiba melahirkan banyak tindakan darurat jangka pendek. Keputusan yg biasanya dipikirkan sangat lama, bertahun-tahun, dipangkas. Disahkan dalam hitungan jam.
Sederhananya, resiko tidak melakukan apapun akan membawa akibat lebih besar. Pengambilan keputusan singkat, penggunaan teknologi yg belum teruji, atau berbahaya dijadikan jalan. Negara-negara terkontaminasi menjadi kelinci percobaan dalam eskperimen skala besar.
Pada masa normal, intitusi pemerintah, bisnis, kampus tidak akan sepenuhnya mengijinkan orang cukup bekerja dari rumah dan berkomunikasi jarak jauh atau semua proses belajar cukup lewat internet (online).
Ya, semuanya menjadi boleh karena situasi abnormal. Dan kata Harari, dalam masa krisis ini terdapat 2 pilihan yg sangat penting: 1) pilihan antara pengawasan ketat (totaliter) dan pemberdayaan warga; 2) antara isolasi nasionalis dan solidaritas global.
Di China, telah dikerahkan alat pengawasan baru. Memonitor secara cermat smartphone, memanfaatkan ratusan juta kamera yg mampu mengidentifikasi wajah, dan mewajibkan orang utk melaporkan suhu tubuh dan kondisi medis. Apa dampak lain dari tindakan ini?
Pemerintah China dapat dengan cepat mengidentifikasi suspect corona. Selain itu? Melacak pergerakan mereka dan mengidentifikasi siapa saja yg berhubungan dengan mereka. Bahkan ada aplikasi yg memperingatkan warga tentang kedekatan mereka dengan pasien yg terinfeksi.
Apa yg dilakukan China, dilakukan Israel. Israel Security Agency diberi otoritas utk menggunakan teknologi pengawasan, yg biasanya diperuntukan utk memerangi teroris, guna melacak pasien corona. Ketika ditolak parlemen, kebijakan ini tetap jalan dgn alasan "keputusan darurat".
Mungkin tidak ada yg baru. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan perusahaan telah menggunakan teknologi canggih utk melacak, memantau, dan memanipulasi orang. Namun kata Harati, epidemi menandai daerah penting dalam sejarah pengawasan.
Epidemi Corona, menjadi alasan untuk dapat terlihat normal dalam menyebarkan alat pengawasan secara massal di negara-negara yg selama ini menolaknya. Lebih dari itu, menandakan transisi dramatis dari pengawasan "di atas kulit" ke pengawasan "di bawah kulit".
Maksudnya apa? Kalau sebelumnya jari Anda menyentuh dan mengklik smartphone pemerintah hanya ingin tahu apa yg Anda klik, sekarang lebih dari itu. Pemerintah mau tahu suhu jari dan tekanan darah Anda.
Kita mungkin akan menyebut bahwa tindak biometrik ini hanya tindakan pengawasan sementara selama masa darurat. Dicabut saat kondisi kembali normal. Sayangnya, tindakan sementara memiliki kebiasaan buruk dalam mengatasi situasi darurat, selalu ada keadaan darurat baru.
Intinya apa? Ketika infeksi corona berakhir, pemerintah dapat berargumentasi bahwa mereka perlu mempertahankan sistem pengawasan biometrik karena kuatir gelombang kedua Corona akan datang atau karena strain Ebola baru berkembang.
Oleh karenanya, krisis corona bisa menjadi titik kritis pertempuran privasi. Sebab apa? Ketika orang diberi pilihan antara privasi atau kesehatan, kebanyakan akan memilih kesehatan.
Salah satu masalah saat kita bekerja adalah bahwa tidak satupun dari kita yg tahu persis bagaimana kita diawasi. Teknologi pengawasan berkembang cepat.
Ada pemikiran tiap warga negara mengenakan gelang biometrik yg memonitor suhu tubuh dan detak jantung tiap saat. Data yg dihasilkan ditimbun, dianalisis oleh algoritma. Algoritma akan tahu bahwa Anda sakit, tahu sedang di mana, dan siapa yg ditemui. Rantai infeksi diperpendek.
Keren bukan? Ini akan memberi legitimasi pengawasan baru. Jika saya mengklik tautan MetroTV (CNN) dan bukannya TVOne (Fox) maka Anda akan tahu pandangan politik saya. Tapi jika Anda tahu suhu tubuh, detak jantung, tekanan darah pada saat saya menonton video, Anda punya hal lain.
Anda akan mempelajari apa yg membuat saya tertawa, menangis, dan marah. Kegembiraan, kebosanan, kemarahan adalah fenomena biologis seperti demam dan batuk. Teknologi yg digunakan utk mengidentifikasi batuk juga bisa utk mengidentifikasi tawa.
Lanjut ga nih?
Jika pemerintah dapat memanen data biometrik warga, maka mereka dapat mengenal lebih jauh tiap orang, memprediksi perasaan dan juga memanipulasinya. Menjual apapun yg warga inginkan, produk atau politisi. Taktik peretasan ala Cambridge Anallytica menjadi usang.
Bayangkan Korea Utara 2030, jika Anda mengenakan gelang biometrik saat mendengarkan pidato Pemimpin Besar dan punya tanda-tanda kemarahan maka Anda akan tamat.
Kembali ke soal kesehatan dan privasi. Memilih di antaranya adalah salah. Orang harus bisa mendapatkan keduanya. Mengehentikan pandemi bukan dengan melembagakan rezim pengawasan totaliter, melainkan dengan memberdayakan warga negara.
Korsel, Taiwan, dan Singapura menggunakan cara yg kedua. Mereka mengandalkan pengujian ekstensif, pelaporan yg jujur, dan kerjasama sukarela dari masyarakat berpengetahuan. Pemantauan tersentralisasi dan hukuman bukan satu-satunya cara. Ketika orang percaya fakta ilmiah dan...
Percaya otoritas publik, warga dapat melakukan hal yg benar. Mencuci tangan dengan sabun menjadi kemajuan terbesar manusia. Tindakan sederhana ini kita terima begitu saja sebelum ada corona dan sering diabaikan. Sekarang, milyaran orang melakukan karena paham faktanya.
Untuk patuh dan kerjasama sampai level itu, orang perlu mempercayai pengetahuan, otoritas publik, dan media. Politisi yg tidak bertanggungjawab telah merusak ketiganya. Kita perlu membangunnya kembali.
Pilihan penting berikutnya adalah isolasi nasional dan solidaritas global. Baik epidemi maupun krisis ekonomi yg diakibatkan adalah masalah global. Dapat diselesaikan secara efektif dengan kerjasama global. Berbagai informasi, memproduksi dan mendistribusikan perlatan medis.
Bahkan termasuk kerjasama mengirim tenaga medis secara global. Pun sama halnya di bidang ekonomi. Lalu membuat kesepakatan terkait perjalanan internasional untuk menghambat dan melawan corona.
Dalam krisis keuangan 2008 dan epidemi ebola 2014, AS telah mengambil peran sebagai pemimpin global. Tetapi pemerintahan saat ini (Trump) telah menurunkannya. Krisis telah menciptakan peluang, apakah akan menempuh jalan perpecahan atau solidaritas global.
-End
Ada pertanyaan atau pernyataan?😁
Please unroll @threadreaderapp
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Dwi Winarno

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!