Profile picture
Pandita Ratu @MrsEuscha
, 28 tweets, 4 min read Read on Twitter
Awal didikan ke anak-anak, aku tekankan prinsip "manner before knowledge".
Sebelum lancar angka dan alfabet, mulut mereka harus pandai melafal tolong-maaf-terima kasih.
Sampai hari ini, orang pintar (baik yang sok pintar, pura-pura pinter, keminter atau beneran pinter) buanyak banget jumlahnya.
Orang sopan dan berbudi serta beradab? Bisa dihitung pakai jari.
Poin-poin ini musti diajarkan sejak anak di dalam kandungan. Caranya? Orang tua yang memulai praktek. Biar jadi kebiasaan. Karena di awal hidupnya, anak belajar dengan cara mencontoh.
Manner yang kayak gini harus ditekankan dari kecil. Tanamkan dalam-dalam ke sanubari biar saat dewasa, masih tetap kebawa.
Masih sering ga liat orang dewasa makan dengan suara mengecap yang bikin pengen pukul mulutnya pake centong nasi?
Mungkin ga tau ya kalau baiknya, saat mengunyah mulutnya ditutup.
Gpp. Belajar yuk sesuai ini. Atau ajarin anak-anaknya ya.
Dari keriuhan timeline beberapa hari yang lalu, masih banyak yang menganggap meminta ucapan terima kasih adalah bentuk pamrih.
Well, begitulah orang dewasa ya. Mau melakukan apapun dipikir keuntungannya. Ketulusannya sudah hilang. :)
Hai, orang dewasa. Ini boleh lho dibaca dan direnungkan.
Ngajarin anak di kondisi sosial yang kayak sekarang ini susah banget. SUSAH BANGET.
.
.
.
.
SUSAH ANJIR!
SUMPAH SUSAH.
.
.
.
BNGST BANYAK YANG MALAH NYUSAHIN. 😂😂😂😂
Contoh: aku ngajarin anak soal buang sampah ke tempatnya, kalau ga ada tempatnya, kantongin dulu.
Tapi tiap hari sepanjang jalan ke sekolah, orang taruh sampah di pinggir jalan. 😂
Aku membiasakan anak-anak untuk tahan pintu apabila ada orang di belakang mereka.
Orang-orang malah neriakin, "Jangan mainan pintu!" atau "Jangan halangin orang masuk!"

Sungguh aku pengen jepitin kelingking kaki mereka ke pintu. 😂
Kalian yang suka nyinyirin orang tua hambok ya setidaknya juga berperan serta mencerdaskan anak bangsa dengan memberi respon yang benar toh yaaaaa.
Aku kan sebel.
😂😂😂
Oke. Sekarang aku ngomong dengan tidak memposisikan diri sebagai orang tua ya.
Sekarang aku adalah orang dewasa, gemar bersenggama, tak bisa lepas dari internet, mem-follow lambe turah, dan percaya bahwa kylie jenner memang hamil.
Jadi gini.....
Bisa ga mulai sekarang kita memberi kata "terima kasih" dan jawabannya sebagai program membagi kebahagiaan.
Kesampingkan soal pamrih, sok berbudi pekerti atau apalah.
Setelah kemelut terima kasih itu tercipta, aku melakukan studi singkat soal "terima kasih".
Pada suatu hari aku berkegiatan di luar rumah dengan mengobral kata maaf-tolong-terima kasih kepada siapapun yang aku temui.
Supir angkot. Tukang parkir yang bantu nyebrangin jalan. Driver ojol. Pengendara yang ngasih jalan. Pak ogah di perempatan. Orang-orang asing yang ga sengaja bertabrakan. Dll dsb.
Hasilnya apa?
Aku jadi lebih bahagia lho.
Muka-muka lelah orang-orang di jalan yang terisi senyum saat aku bilang "terima kasih" itu mengisi hatiku juga.
Bahkan lebih dahsyat.
Besoknya aku pergi berkegiatan tanpa "magic words" itu. Hanya senyum aja.
Hasilnya?
Hari aku terasa lebih berat. Mood pun jadi ga asik. Jalan yang aku lalui berasa panjang. Dan kegiatanku terasa melelahkan.
Kedengeran omong kosong?
Monggo sana buktiin sendiri. 😉
MEREKA ITU MEMANG MAGIC WORDS!
Bukan cuma sebagai alat bersosialisasi yang bagus, tapi juga sebagai pemenuh kebahagiaan.
Aku suka bilang ke suami, "Terima kasih telah bekerja keras untuk menghidupi kami."
Apakah aku mengharap uang belanja tambah? Nggak. Aku berharap itu bisa menghapus lelahnya dan memberi senyum di mukanya.
Senyum di muka suami itu besar banget harganya di hati istri.
Itulah yang bikin istri merasa PENTING dan BERARTI di mata dan hati suaminya.
Balik lagi ke anak nih ya.
Udah emosi, capek, lelah, stres sama anak dan rumah yang berantakan terus lalu tiba-tiba anak bilang "Mommy, maaf ya aku bikin Mommy stres."

GILAK ITU STRES NTAH ILANG KE MANA. :')
Mengajarkan manner itu sebenernya keuntungan terbesarnya bukan buat keluarga, nusa bangsa, atau umat manusia aja.
Tapi buat kita sendiri.
Kita?
Aku.
Kamu.
Iya, Kamu.
Terserah kamu mau mengajarkan manner ini ga ke anak-anakmu, yang jelas aku akan selalu ajarkan anak-anakku.
Jadi saat suatu hari nanti kamu bertemu anak-anakku, aku bisa bilang, "INI LHO YANG GUE KULTWIT-IN KEMARIN. AJAK YANG LAIN FOLLOW NGAPAAA."
Eh, btw, btw.
Sering banget aku dapat protes soal manner ini anak-anak.
Kayak kemarin yang aku suruh mereka antri, taunya orang ga antri.
Mereka pasti bingung dong. Yang selalu aku bilang adalah "Tetap pada ajaran Mommy dan Daddy."
Dan selalu aku bilang bahwa ajaran dan aturan tiap rumah itu berbeda. Mereka harus bertoleransi dan kalau bisa ngasih tau.
Mengajarkan soal respect adalah PR kedua setelah masalah manner bisa teratasi.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Pandita Ratu
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!