Tapi gw lebih banyak diam dan memperhatikan, karena pertanyaan2 yg ada di dalam benak sudah diwakilkan oleh yg lain.
Ketika sudah tidur, tiba2 Ana terbangun karena merasa ada yang memegang keningnya.
Ternyata itu teteh, yang berdiri membangunkannya dari sisi tempat tidur. Lalu teteh menggandeng tangan dan membawanya keluar kamar.
Tapi sebelum itu. Ana bilang ke Teteh agar boleh mengajak om Brii untuk ikut serta, teteh bilang boleh.
Kemudian Ana langsung mengetuk pintu kamar, dan gw muncul dari dalam.
Kemudian Ana bilang tiba2 mereka sampai di suatu taman, dengan Teteh yg masih menggenggam erat tangannya.
Taman luas dan besar, beralaskan rumput hijau dan bersih. Suasananya seperti sore hari, dengan matahari bersinar gak terlalu panas.
Ana gak sendirian, ada beberapa anak2 kecil lain yg bermain di situ. Mereka tampak gembira dan senang, sesekali bertegur sapa dengan Ana. Mereka gembira semua.
Tiga orang dewasa itu hanya berdiri diam di pinggir taman, sama seperti teteh.
Sampai pada saat teteh bilang kalau mereka harus kembali pulang.
Sebelum pulang, teteh berjanji akan mengajak Ana kembali ke taman itu esok hari..
Kurang lebih seperti itulah rangkuman cerita Ana yg bisa kami tangkap.
Aneh, tapi nyata, dan begitulah adanya..
Kepada papanya Irwan dan keluarga, akhirnya kami cerita tentang sosok teteh di #rumahteteh seluruhnya.
Tapi papanya Irwan beda, beliau malah tertawa melihat anak perempempuannya yg ketakutan.
Beliau lebih percaya dengan alasan logis, untuk saat itu..
~~~
Sampai jam sembilan malam itu, kami (gw, irwan, papanya Irwan, Asep, dan Nando) masih berbincang di ruang tengah. Sebagian besar pembicaraan membahas tentang "petualangan" Ana pada malam sebelumnya.
Gw dan teman yg lain mulai was-was dengan cara berfikir dan omongan beliau, takut teteh mendengar dan marah.
Suasana mulai terasa gak enak ketika papanya Irwan berkata:
Omongan beliau memang benar, tapi kan.. takut ya tetep aja takut..
Terbuka perlahan..
Kami semua langsung terdiam..
Memperhatikan pintu yg setengah terbuka..
Gw, Irwan, Asep, dan Nando tau, kalau itu pertanda teteh sudah mulai akan beraksi.
Lalu tiba2 papanya Irwan beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati kamar teteh,
"Nih...om nyalakan lampunya ya, supaya kalian tenang dan yakin kalau gak ada apa-apa di dalam sini.."
Kemudian beliau keluar kamar dan menutup pintu.
Kami menuruti omongannya..
~~
Yang biasanya jendela kamar dibiarkan terbuka, kali ini gw tutup rapat2, selain gak tahan dengan angin dingin yg masuk, juga karena takut ada hal-hal seram mungkin terlihat dari luar.
Anehnya, tiba2 aja gw ngantuk berat, entah karena lelah dengan kegiatan pada siang harinya, entah ada hal lain.
Dan gw pun tertidur..
Pulas..
~~
mimpi yang sangat jelas, nyaris seperti bukan mimpi..
Seperti antara sadar dan gak sadar..
Gw seperti berada di sebuah taman, taman yg rindang, taman indah yg tampak seperti taman bermain anak2,
Beralaskan rumput hijau, beratap langit cerah..
Iya, taman ini persis seperti taman yang diceritakan oleh Ana.
Pandangan gw berhenti pada satu anak perempuan yg menarik perhatian.
Gw melihat Ana yg sedang berlarian gembira..
Dia belum melihat gw yg berdiri memperhatikan. Ana masih asik bermain bersama "teman-teman"nya..
Itu teteh..
Kami berjarak sekitar 15 sampai 20 meter..
Anehnya, dalam mimpi itu gw gak merasa takut, biasa aja..
Langkah kaki terasa ringan, gak seperti mimpi-mimpi gw sebelumnya..
Ketika jarak kami sudah cukup dekat, tiba-tiba..
"Om brii...!!" Suara Ana membuat gw menoleh ke arah kanan, Ana berlari mendekati gw..
Gw hanya terdiam tersenyum, belum mampu berkata apapun..
Teteh terlihat tersenyum, ketika gw menoleh ke arahnya..
"Iya om..." jawab Ana dan langsung kembali bermain,
Gw kembali berjalan mendekat ke arah teteh..
Tiba-tiba gw merasa takut..
Dalam mimpi itulah akhirnya gw bisa melihat teteh seutuhnya, dengan rambut panjangnya, dengan wajah yang nyaris gak terhalang apapun.
Jelas gw melihat parasnya..
Gw terdiam, gak bisa bicara..
"Aku ajak Ana main sebentar ya, sebentar lagi kami pulang..."
Gw tetap terdiam gak bisa bicara, hanya bisa mengangguk..
Bajunya berwarna putih cerah, gak kusam dan kotor..
Gw tertegun melihatnya..
Gw? Tetap berdiri diam, gak bisa bicara dan berbuat apa-apa..
Gw mulai semakin ketakutan..
Dan tiba-tiba..
Kaget, gw langsung keluar kamar..
"Ana hilang lagi..." Irwan membuka omongan.
Jam tiga pagi itu, seluruh penghuni rumah ternyata sudah berkumpul di ruang tengah.
Mama dan neneknya Ana terlihat menangis, papanya Irwan tetap sibuk mencari Ana ke setiap sudut rumah.
Kami semua berdoa, semoga Ana cepat kembali..
~~
Dan setelahnya, terdengar ketukan dari pintu belakang yg memang dalam keadaan tertutup.
Papanya Irwan langsung berlari ke arah pintu dan membukanya,
Ada Ana berdiri di balik pintu, dia tersenyum..
Tanpa ada pertanyaan apapun dari kami semua..
~~
Aneh, teteh berani menampakkan wujudnya dengan jelas. Mungkin karena kami sudah "kenal" cukup lama..
Mungkin..
~~
Bedanya, malam kedua di taman itu, Ana bilang Om Brii juga ada, dan berbincang dengan tante teteh.
Begitu katanya..
~~
Selesailah "petualangan" Ana di #rumahteteh..
☺️
Tapi alhamdulillah, hanya Ana yg diajak "jalan-jalan" oleh teteh, gak pernah terulang lagi kejadian yg pernah dialami oleh Ana..
Oh iya, tampaknya ini akan jadi thread terakhir tentang rumah teteh.
☺️
Mohon doanya supaya bukunya cepat selesai dan segera terbit..☺️
Doain ya..
Met bobo, semoga mimpi indah..
Salam
~Brii~