Thread by @zoelfick

Kata "kelahi" di pikiran penggemar tawuran bikin mereka langsung terbayang adu pukul atau bunuh-bunuhan.

Beda dengan mereka yang dewasa, kata "kelahi" adalah spirit untuk berdiri dengan berani, menghadapi semua tantangan, melakukan yang lebih baik daripada lawan.

Baiklah, kita bedah soal "kelahi".

Di kalangan intelektual, berkelahi bagi mereka adalah mengadu ide, mengadu gagasan, menguji kebenaran. Bahkan jika lawan lebih baik, maka akan diakui baik.

Namun segigih mungkin, mereka akan menunjukkan bahwa mereka lebih baik.

Berkelahi. Ini hanya dipahami sebagai aksi baku pukul oleh kalangan yang hanya memiliki fisik, tapi melupakan bahwa mereka punya kepala yang memiliki kekuatan mengubah dunia.

Berkelahi. Bagi yang menyadari bahwa ada potensi besar di dalam dirinya, akan memahami ajakan berkelahi sebagai ajakan untuk bertanding, bersaing, menunjukkan bahwa kami bisa bekerja lebih baik daripada orang yang hanya sekadar merasa lebih baik.

Kata "kelahi" bisa dikatakan sebagai kata halus untuk mental pemberani. Bisa juga merupakan kata untuk sebuah semangat berjuang, seperti "Bushido" di kalangan ksatria Jepang.

Bushido atau bisa dibahasasederhanakan dengan "kelahi" dalam bahasa kita sehari-hari, di Jepang sudah dijadikan ruh untuk kerja, dedikasi, dan semangat berkompetisi.

Bagi yang melihat kata "kelahi" dari Pak Jokowi dengan kacamata jernih, maka akan terlihat ini sebagai pesan untuk berani menghadapi segala tantangan. Sebab yang kita hadapi adalah banyak negara maju, yang berlari lebih kencang dan lebih jauh.

Kata "kelahi" hanya terlihat sesederhana bayangan adu pukul, bagi yang merasa cukup berpikir sederhana saja.

Bagi yang memilih berpikir lebih jernih, akan menangkap ini sbg pesan baik agar bisa menghadapi apa saja tantangan yang ada.

Kata "kelahi" jelas berbeda muatan pesan dengan "perang". Sebab perang lebih dekat dengan bunuh-bunuhan, hancur-hancuran, dan kematian.