Sebuah thread opini pribadi saya tentang #Golput
Sekumpulan temen (say 7 orang) mau makan bareng. Ada yang nanya “Mau di mana nih?” Dan jawaban di grup Telegram (anjer anti-mainstream): “terserah” “ngikut aja” “dimana aja kuy” dsb.
Nyebelin kan?
BEUH SOLUTIF NIH GUE SUKA! GAS!
Berangkat, sampe, makan dan ngobrol.
Ngobrolnya sih asik. Tapi makanannya lamaaa bet sampenya. Pas udah sampe makanannya, jir ga enak banget.
Gapapa lah ya, at least masih sama temen2.
Rosmiati nyeletuk sambil m-banking (karena numpang bayar ke Hendraning) “MILIH TEMPAT GA BECUS BET LAH LO JAENUDIIIN”
Ditangkis oleh Jaenudin “LAH MENDING GUE NGASIH TEMPAT, LO KUY KUY DOANG ROSMIATIIII”
Dia tambah lagi “NI MAKANAN MAHAL BET, MENTANG2 LO TANGGAL MUDA JADWAL GAJIAN LO ANEH, GAK THOUGHTFUL BET”
Whose side are you on? #TeamJaenudin #TeamRosmiati
Hubungan sama golput apaan Ul?
Oke, case di atas obviously gak bisa terlalu cocoklogi sama pemilu.
Pilihan restoran kan jauh lebih banyak ya daripada pilihan capres. Andaikan capres sebanyak tempat ayam geprek di Jakarta, kertas suara kayanya bakal berukuran A0
Kalian HANYA AKAN DIDENGAR kalo kalian bersuara.
Dari situ, ada satu lagi prinsip turunannya:
Kesunyian kalian TIDAK AKAN DIDENGAR oleh demokrasi.
Ya, golput itu pilihan. Tapi ada perbedaan mendasar:
Kalo 01 banyak yang milih, dia bakal menang.
Kalo 02 banyak yang milih, dia bakal menang.
Kalo yang golput banyak, dia gak bakal menang. Tetep di antara 01 sama 02 yang menang.
Kamu punya hak untuk bilang mereka buruque. Itu standar masing2. But, tebak siapa yang bertanggung jawab atas sistem yang kamu salahkan?
Orang-orang yang dipilih. Di Pemilu. YANG KAMU BOIKOT.
It’s just a really ineffective way to get what you originally wanted (better candidates).
Golput itu actively letting other people decide your fate for you, which is like THE OPPOSITE OF ACTIVISM.
Ini mengutamakan kepentingan pribadi (peace of mind kalian u/ gak memilih orang yang kalian gak suka) daripada kepentingan bersama (getting the best leader/representative available).
Menurut saya golput = selfish.
Udah ada beberapa sumber yang oke untuk itu (bisa @WikiDPR atau Googling aja “Profil Caleg 2019”)
Tapi dengan golput? Gak efektif sama sekali. Malah ngebikin situasi lebih buruk untuk orang lain.
Yuk lebih aktif. Jangan pasif-agresif.
Ada yang setuju bahwa memilih secara pragmatis penting. Ada yang gak setuju dan fokus ke poin golput itu sah-sah aja. Semua sudut pandang kalian gue hargain dan makasih udah join di diskusi ini!
Anjr kangen kajian :(
cc @timyongg kak bikininn doonggg