"Heh koe ngerti Ra ren, adikelase dewek wis sue banget Ra mlebu" (hei, kamu tau gak ren, adik kelas kita sudah-
"Paling ya meriyang, wis lah aja ngomong sing ora ora" (paling juga sakit, sudahlah jangan ngomong yang tidak tidak)
"Ih, temenan seh. Wong kiye jere wis sewulan ora nang umah. Gweh deleng, wong tuane ngantek-
"Bocah koh ya, kaya kue tok digawe ribut"(anak ini, cuman gitu aja dibikin ribut) bela rendi untuk sedikit mengalihkan perhatiannya.
"Husss ngawur. Aja ngomong kaya kue." (Husss ngawur, jangan bicara seperti itu)
Dan tiba tiba bel masuk pun berbunyi. Saat diperjalanan Rendi menuju rumahnya
"Hoaaaaammmm. Ya Bu" saut Rendi dengan nada yang pelan karena bangun tidur. Rendi pun sempat mengecek hapenya dan tak sengaja dia melihat jam yang menunjukkan pukul 17.13 sore
"Lah bukane Melu ibu Karo mban Rani arisan ya ?" Loh bukannya ikut ibu Sama mbak rani arisan ya ?)
"Iya Bu." Sahut rendi
"Mbak, Mbak Rani" panggil Rendi dengan nada tinggi
"Hoiii apa yah. Lagi ngempani ayam koh ya" (hoiii apa yah. Lagi ngasih makan ayam)
Disini kepanikan mulai terjadi. Rendi yang sedari tadi mencari ke rumah rumah disekitar nya belum juga menemukan adik keponakan nya itu. Lebih dari 8 rumah disekitar rumahnya sudah di tanyai. Tapi tak ada yg melihat.
"Pak pak, tolong ambilkan senter" teriak Rendi ke ayahnya yang berada di teras rumah.
Setelah beberapa menit ayah Rendi datang dan memberikan senter yang diminta. Rendi benar benar menerangi semua sudut kandang ayam nya. Dan tidak ditemukan apapun berkali kali Rendi menerangi kandang ayam itu tak ada apapun yg ditemukan
Setelah Rendi melihat kebawah kandang ayam yang tadi, Rendi melihat
"astaghfirullah apa kue" (astaghfirullah apa itu)
"Astaghfirullah Tian, kamu ngapain disitu sendirian" teriak Rendi dengan nada yang sedikit ngos-ngosan.
Tian hanya terdiam seperti orang linglung. Setelah nya ayah Rendi langsung
"Koe kang ndi Bae. Uti khawatir meng koe"(kamu darimana saja, Mbah uti khawatir ke kamu) tangis ibu Rendi
"Tian daritadi kemana ? Bunda nyariin kok gak ada"
Dengan nada yang sangat polos Tian menjawab "Tian dari tadi disitu Bun gak kemana mana"
Semuanya terdiam dan saling memandang.
"Padahal tian mau ngenalin temen Tian. Dua. Satu cewe, satu cowo Bun."
Semua orang semakin heran, kecuali Rendi.
"Malem apanya om. Orang tadi Tian juga liat om. Tian malah bingung om terang terang mbawain senter"
"Siang ommm. Orang Tian mainan pasir sama temen temen Tian" sahut Tian lagi
"Makannya Tian kaget waktu Kakung nggendong Tian. Kok tiba tiba gelap"
"Naaaahh kemaren tuh siang siang kaya gini om waktu om ndatengin Tian pake senter" sahut Tian secara tiba-tiba
Dan Rendi melihat punggung Tian yang sudah melepuh terkena air sekaligus mengeluarkan banyak darah"
"Enggak om, perih doang sedikit" jawab Tian dengan tegas. Dan sejak malam kejadian itu, kawan ayah Rendi yang notabennya kiyai datang kerumah Rendi silih berganti. Dan Alhamdulillah nya lagi sampai saat ini
"Aku wedine Nang umahmu ana portal sing ngubungna ndunyane dewek Karo ndunyane mereka"
"Aku ya wedine kaya kue. Tapi Alhamdulillah sampel siki ora ana kejadian apa apa maning"